EP. 11 : Pangeran Brahma

4.3K 640 84
                                    

SHIELDA
EP. 11 : Pangeran Brahma

• • ๑ • •

Ah, apakah ini berarti Shielda berbohong? Tentu tidak---menurutnya. Yang mengucapkan kekasih itu bukan mulutnya, tapi mulut kakaknya. Jadi Shielda merasa tidak berbohong, mungkin dirinya bisa di sebut ikut berpartisipasi dalam kebohongan ini.

"Untuk apa aku bohong?" Alde berkata pongah, dagunya terangkat tinggi.

"Menjijikan," Algea secara terang-terangan mencibir pasangan di depannya.

"Kau berkata seperti itu karena kau iri, kan?" senyum Alde semakin sombong.

Algea memejamkan matanya sejenak, senyum Alde tampak sangat menjengkelkan di matanya. Mata miliknya tak kuat melihat senyum itu lebih sama. Merasa cukup, Algea membuka matanya dan langsung menatap Shielda.

"Benar?" tanyanya pada Shielda.

"Apa?" tanya Shielda balik. Dia tahu benar maksud ucapan Algea, tapi Shielda berpura-pura tak tahu karena dia tidak mau membenarkan. Membenarkan berarti sama dengan dirinya berbohong.

Sebelum menjawab pertanyaan Shielda, Algea lagi-lagi tersadar. Telinga ajaibnya tak mendengarkan apapun, baik dari Shielda dan Alde. Mereka berdua tak ada yang berbicara dalam hati ataupun pikiran.

Algea merasa telinganya masih berfungsi dengan baik, sebelum kedatangan dua orang itu, dia masih bisa mendengar suara hati orang-orang di dekatnya. Dan kenapa sekarang setelah di hadapan mereka, kekuatan alaminya itu tak berfungsi?

Algea harus cepat-cepat kembali ke Griffin lalu menanyakan hal ini pada tetua. Segera! Ingat itu.

Melihat raut frustasi Algea, membuat Putra Mahkota Phoenix tersenyum penuh kemenangan. Aldebaran sudah berusaha mati-matian untuk berkata apapun dalam hatinya. Alde dan Algea itu bisa di bilang sahabat karib, mereka kenal satu sama lain dengan baik, termasuk kekuatan bawaan penyihir murni bangsawan.

Dan sekarang Alde berharap bahwa adiknya tidak memikirkan apapun dalam pikirannya. Dan menurutnya itu terealisasikan karena raut Algea masih frustasi.

Algea menghela napas, lalu menatap Shielda. "Apakah benar kalian sepasang kekasih?"

Shielda tak menjawab, dia diam membisu. Oh, apakah ini yang di sebut senjata makan tuan? "Tanya saja pada Alde," tuturnya. Berusaha meyakinkan, Shielda sampai memanggil kakaknya dengan nama.

Algea menggeleng, "Si bajingan itu tak dapat di percaya." Katanya jujur membuat Alde membelalakan matanya. Sial! Dia di sebut bajingan.

"Ya sudah kalau tidak percaya," kata Shielda acuh.

"Ayolah," Algea memelas.

"Kenapa kau ingin tahu?" tanya Shielda.

"Aku hanya penasaran. Bajingan seperti Aldebaran tak mungkin mendapatkan kekasih cantik sepertimu, Alde lebih cocok dengan Kai."

"Hei!" seru Alde tak terima. Detik berikutnya seolah tersadar, Alde menatap sekelilingnya, tidak ada Kai. Apakah lelaki itu tertinggal di istana tadi? Kasihan sekali.

"Kau lihat?" Algea menunjuk Alde dengan mata yang menatap Shielda. "Dia sekarang pasti tengah mencari Kai," tebaknya tepat sasaran.

"Ingatkan aku untuk mengusir Algea pergi setelah ini."

"Hei!" ini suara Algea. Begitu telinganya mendengar suara Alde yang di ucapkan dalam hati sedikit membuatnya kesal. "Kau tak bisa mengusirku!"

Shielda menatap Algea heran, "Siapa yang ingin mengusirmu?"

SHIELDAWhere stories live. Discover now