bagian tiga

Mulai dari awal
                                    

Hm, rencana yang sudah sangat matang Taehyung susun. Benar-benar apik.

Itulah trik Taehyung selama ini menjadi pemburu lubang—maksudnya, pemburu perempuan. Atau, pemburu kenikmatan?

Selama Taehyung bercinta—atau berhubungan seks, ia tidak pernah dengan senang hati menyumbangkan spermanya kepada perempuan manapun.

Alangkah lebih baiknya aku sedekahkan untuk seprei agar tidak terjadi masalah.

Masalah yang Taehyung maksud, dimana ia akan dituntut karena melakukan tindakan pemerkosaan. Padahal keduanya berhubungan seks dengan kesepakatan dan persetujuan. Taehyung tidak pernah memaksa siapapun. Masalah terburuknya adalah, Taehyung benci dengan kata tanggung jawab.

Menjadi Papa? Hei, Bung. Aku ingin menikmati masa muda dengan mencicipi beragam perempuan yang terasa lezat setiap harinya. Dalam konteks normal. Dan tidak ingin terikat dalam status pernikahan.

Taehyung pemilih soal santapan. Tidak akan sembarangan menancapkan pedangnya. Sebab, Taehyung tentu saja tidak buta dengan beragam penyakit yang dapat ditularkan melalui kontak badan.

Alih-alih Taehyung berpikir jika Jiyeon adalah perempuan yang sangat berpengalaman, mahir dan hebat, sebab Jiyeon berhasil menggodanya dan masuk dalam perangkap gadis itu. Kini Taehyung harus dibuat tercenung ketika gerakan bibir Jiyeon sangat kaku. Lumatan yang Taehyung rasakan sangat berbeda untuk pertama kalinya.

What?!

Maka, Taehyung menangkup wajah kecil itu. Membawa kedua wajah mereka untuk saling menjauh sejenak.

"Kenapa denganmu? Ciuman mu bahkan terasa kaku. Berikan aku pelayanan yang hebat," merupakan bentuk protes Taehyung, tanpa memedulikan Jiyeon yang sedang terengah-engah.

Meneguk ludah kasar, Taehyung mendapatkan gelengan kepala kecil dari Jiyeon. "A-aku lelah."

"APA?!"

Menyisakan Taehyung yang mengedip cepat. Bentuk ekspresi yang terpampang benar-benar terkesiap hebat. Diluar dugaan, sebab mereka belum sampai menginjak awal permainan.

Masuk saja belum, tapi dia sudah lelah?

Itulah yang tertancap di benak Taehyung sekarang.

"Hei, Nona. Jangan pura-pura," balasan Taehyung terdengar tidak mengenakkan. Tangannya memaksa Jiyeon agar mereka saling memaku pandangan. "Aku menunggu pelayanan mu—"

"P-pelayanan apa, aku tidak paham maksudmu!" Jiyeon menjawab dengan intonasi yang sedikit ditinggikan. "Aw, kepalaku pusing."

"Seharusnya aku yang pusing," ah, sial. Taehyung kecilnya mulai mengamuk di bawah sana.

Bagaimana ini? Haruskan aku sekarang yang bergerak?

Taehyung tidak akan mau menjadi pihak aktif. Sebab, akan terasa lebih menakjubkan jika ia yang menjadi pasif.

Namun, dalam keadaan seperti ini Taehyung tidak bisa pergi ke hotel satunya lagi. Untuk berjalan saja, Taehyung benar-benar tidak sanggup. Sebab, miliknya menggembung luar biasa di bawah sana. Haus akan kepuasan.

"Sial, untuk kali ini saja. Ya, untuk kali ini saja," gumamnya beberapa kali untuk meyakinkan diri. Dengan mata terpejam, dan geligi yang saling mengetat. Tidak lupa kerutan yang turut hadir di epidermis keningnya.

Dengan kening berkerut, Jiyeon menatap Taehyung bingung. Memiringkan kepala dengan bibir yang mencebik.

"Tuan, kau bilang ap—akh!"

Dan Taehyung berhasil merubah posisi mereka dengan gerakan yang mulus. Membawa Jiyeon kembali terlentang pasrah dibawahnya.

Satu tangan Taehyung menyibak surai bagian depannya sembari memaku sorotan ke dalam iris Jiyeon.

ᴇʟᴇᴜᴛʜᴇʀᴏᴍᴀɴɪᴀ [M] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang