bagian tujuh

1.3K 177 39
                                    

Hello?

***

Choi Taehyung hanya dapat meringis di dalam hati melihat kelakuan Park Nara—gadis manis dengan potongan rambut sebahu yang dijodoh-jodohkan oleh sang ayah padanya, manakala perempuan itu selalu sibuk berceloteh hingga mulutnya nyaris berbusa. Tidakkah ia tau bahwa Taehyung tengah mengacuhkannya dengan sibuk menarikan jemari pada layar pipih dalam genggaman? Ada yang lebih menarik atensi dibandingkan meladeni tingkah Nara di depan matanya yang terang-terangan memandang kagum.

Taehyung sangat suka tantangan. Apalagi ketika berhadapan dengan seorang gadis—ah, sayangnya tidak lagi setelah Taehyung berhasil bermalam panas dengannya, perempuan itu; Son Jiyeon.

Bibirnya spontan membingkai senyum. Terhitung lima hari mereka tidak berjumpa karena ia sibuk mengurus beberapa pekerjaan kantor yang dilimpahkan ayah padanya. Lelaki tua itu beralasan bahwa tenaganya sudah tidak semuda dulu lagi jika dihadapkan dengan ratusan lembaran kertas yang menumpuk di meja kerja dan menunggu untuk ditandangani.

Yang benar saja, dan dia menyuruhku?!

Tentu saja. Taehyung tidak akan henti-hentinya memberikan gerutuan dalam hati kepada sang ayah.

"Taehyung?!"

Gebrakan pelan permukaan meja yang dilakukan Nara menghancurleburkan isi pikirannya yang tidak fokus dalam pelataran.

Bola matanya bergerak naik, memandangi Nara yang balas menukikkan alis. Lantas Taehyung bergumam singkat, "Mm?"

"Ck." Melipat kedua lengannya seraya menyandarkan punggung di kursi, Nara buang muka dan menyahut, "Kau mendengarku tidak, sih?" Ada nada kesal yang terselip disana.

"Tidak, tuh."

"Tuh, 'kan!" Ia lantas merengek. Inilah sikap Nara yang paling Taehyung sesalkan. Ketika sifat kekanakannya mencuat pada dasar tertinggi.

Menarik napas kelewat dalam sembari memainkan lidah di dalam mulut, lantas Taehyung memperbaiki posisi duduknya yang berubah tidak nyaman setelah disuguhkan ekspresi wajah Nara.

"Nara, dengar," ia buka suara dengan tone dalam. "Jujur saja, aku sangat benci ketika kita bertemu," ungkapnya. Mengabaikan raut kengerian Nara, Taehyung menimpal lagi, "Karena kenapa? Itu karena aku tidak menyukaimu. Jadi, mari kita tidak pernah bertemu lagi."

Ada hening menghinggapi untuk beberapa sekon ke depan. Selama itu, Taehyung menyelami dengan serius iris Nara yang tampak bergetar, namun tak merubah keadaan.

"Sudah kuduga kau orangnya kasar sekali," ujar Nara dengan suara yang kecil. Nyaris menyerupai bisikan.

Kepala Taehyung mengangguk dua kali, berkata tanpa peduli, "Ya, benar. Dan jika dihitung ini adalah keluhanmu yang sama untuk ke tiga puluh sembilan kalinya kudengar. Oleh karena itu .." Taehyung sengaja menjeda frasa, mengatupkan kedua telapak tangannya seperti tengah menyambut asa. ".. demi kebaikan kita bersama, mari kita berakhir," sambungnya dengan serius.

"Taehyung. Ini adalah permintaan Ayahmu dan Ayahku. Kita sudah dekat cukup lama—"

"Dan aku tidak bisa cocok denganmu, Nara," potong pria itu tidak sabaran. Ia menghela napas, menggaruk alisnya yang tidak gatal seraya berucap, "Keberadaan mu membatasi pergerakan ku."

ᴇʟᴇᴜᴛʜᴇʀᴏᴍᴀɴɪᴀ [M] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang