KILIG 44 : BAYANGAN HARAPAN

263 30 15
                                    

🎶 Senyum dan Harapan - GAC and The Overtunes

🌻🌻

"Cukup satu orang saja yang bisa memahami aku dengan baik, aku sangat bersyukur."

🌻🌻

Sekarang Damesha sudah kalah telak oleh kenyataan, dia tidak bisa mengelak apapun lagi mengenai fakta bahwa Darrel sering menyakiti dirinya sendiri secara fisik. Darrel pun salah satu korban dari rasa trauma yang begitu mendalam, akibatnya dia memiliki gangguan prilaku.

Saat ini mereka sedang berada di UGD, Damesha memaksa lelaki itu agar mengobati lukanya yang tampak serius. Dia meringis ngilu saat Dokter mulai periksa pergelangan tangan Darrel yang sudah membengkak dan berwarna ungu gelap.

"Sejak kapan kamu melakukan ini? Darah kamu membeku dan beberapa jaringan tanganmu rusak. Jika seperti ini kamu bisa kehilangan nyawa," celoteh Dokter perempuan berusia 30 tahun.

"Sudah satu minggu, Dok." Damesha menjawabnya dengan yakin, sedangkan Darrel tampak bingung. Bagaimana bisa gadis itu tahu?

"Bagaimana bisa kamu menahan rasa sakitnya selama 7 hari, Darrel? Saya sarankan kamu segera menemui psikiater. Untuk pengobatannya saya akan melakukan operasi kecil untuk mengeluarkan gumpalan darah beku, jika dibiarkan dapat menyumbat aliran darah," papar Dokter itu. "Saya butuh wali kamu untuk menyetujui beberapa dokumen," sambungnya.

"Bukannya ini operasi kecil? Mengapa harus ada wali?" Darrel memprotes.

"Walaupun ini operasi kecil, tetapi prosedur rumah sakit harus diikuti. Tolong agar cepat diurus karena saya khawatir semakin lama mengambil tindakan, kondisi kamu semakin parah."

"Ya udah, dia wali saya." Darrel menunjuk Damesha.

"Darrel, kamu apa-apaan sih, aku mau panggil Tante Bella dulu," tolak Damesha.

"Dia pacar saya, Dok, lagi pula dia yang memaksa saya buat dateng ke sini, maka dari itu dia juga yang akan bertanggung jawab mengenai administrasinya." Pernyataan Darrel membuat gadis itu membeku, bibirnya terbuka akibat terlalu syok mendengarnya.

"Baiklah, kalau begitu silakan kamu urus administrasinya dan tolong tanda tangani beberapa dokumen persetujuan. Saya akan mempersiapkan ruang operasinya," jelas sang Dokter.

"Baik, Dok." Damesha menjawab pasrah.

Darrel meraih tangan Damesha sesaat dokter itu meninggalkan mereka berdua. "Tolong jangan katakan apapun mengenai kondisi gue ke Mama, gue mohon," pintanya memelas.

"Tapi, Darrel, aku rasa Tante Bella harus tau kondisi kamu. Kamu pun sama hancurnya seperti Kak Dayan, jangan dipendam sendirian, kamu membutuhkan orang lain, Darrel," celoteh Damesha, lalu menghela napas panjang.

"Ada lo aja udah cukup. Gue nggak perlu banyak orang untuk berada di sisi gue, punya satu orang aja yang bisa memahami gue dengan baik, gue sangat bersyukur." Darrel menatap intens ke arah Damesha, ibu jarinya mengusap lembut punggung tangan gadis itu. "Terima kasih udah bertahan di sisi gue, walau sebenarnya gue tau, lo takut sama gue."

"Ih apaan sih, aku kan udah bilang kalau aku gak takut sama kamu. Sama hantu aja aku berani kok."

Darrel terkekeh pelan mendengar pelafalan Damesha yang terkesan lucu di telinganya. "Lo bisa bohongin orang lain, tapi lo gak bisa bohongin diri lo sendiri, Dam. Udah sana, ke bagian administrasi, gue pengen cepet selesai, dokternya bawel."

Senyuman Damesha mengembang, raut wajah yang semula penuh kekhawatiran kini perlahan surut karena melihat Darrel sudah bisa tersenyum kembali serta berbicara hal-hal konyol. Walau sebenarnya Darrel masih terjebak dalam situasi terpuruk.

[WPS #2] KILIGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang