KILIG 13 : BULLY

788 72 134
                                    

🎶 Without me - Halsey

☕☕

"Satu hal yang harus lo tau, sesulit apapun rintangannya, gue gak akan nyerah dan selalu ada bersama lo. Paham?"

☕☕

Kaki Damesha gemetar ketika dua cewek menghadang jalannya untuk keluar dari kamar mandi, wajah keduanya sangat tidak bersahabat. Dia ingat salah satu cewek itu, mereka pernah satu meja saat di kantin, tetapi bukan Damesha jika dia ingat nama cewek tersebut.

"Kalian mau ngapain?" Damesha bertanya, suaranya gemetar takut.

"Masih inget gue?" sinis salah satu cewek itu.

Damesha melirik badge yang tertera pada kemeja cewek itu. Maya! Iya, dia baru ingat sekarang, cewek itu bernama Maya. Cewek yang mengibarkan bendera perang saat pertama kalinya mereka bertemu.

Damesha mengangguk samar.

"Kalau punya mulut itu di pake!" bentak cewek disebelahnya. Damesha juga pernah melihat cewek itu saat ingin memasuki UKS dulu.

Tifanny! Nama cewek disebelahnya Maya, dia ingat karena Darrel menyebutkan nama itu lebih dari lima kali, menyebalkan!

"Jadi dia yang deket sama kak Darrel?" Tifanny memerhatikan penampilan Damesha dari kepala sampai ujung kaki, kemudian menyeringai. "Udah berani ya sekarang berbuat ulah, kak Queta?" bisik Tifanny tepat di telinga Damesha.

Mendengar panggilan itu tubuh Damesha mendadak kaku, jantungnya berdegub kencang sehingga dia sulit bernapas. Memori buruk itu terputar kembali, kenangan yang membuatnya tidak berani untuk berteman dan bersosialisasi lagi.

Gadis berseragam putih biru itu berjalan gontai di koridor sekolah. Banyak pasang mata menatapnya sinis.

Dia mengernyit heran melihat pintu kelasnya tertutup, tidak biasanya pada jam istirahat pintu kelas tertutup rapat. Dia membuka pintu itu dan..

Byurrr

Satu ember berisikan air got mengguyur tubuh mungilnya hingga basah kuyup. Semua orang yang melihatnya tertawa kencang, dan mencibirnya terus menerus.

"Yhaaaaa, si aneh jadi bau deh," ledek Galih, salah satu cowok nakal dikelasnya.

"Kasihan banget deh, udah aneh, jelek, bau lagi," sahut teman disebelahnya.

"Yah, jadi bau deh." Tifanny tertawa remeh. "Udah pantes kok jadi orang gila. Lusuh, bau, ngomong sendiri dan ngawur. Cocok kok, kak Queta," ledeknya.

Damesha hanya diam tidak berani membuka mulutnya, dia melihat seseorang sedang menatapnya lirih dari pojok kelas.

Adik kelas membully kakak kelas, itulah yang dilakukan Tifanny pada Damesha saat ini, tentunya dibantu dan didukung oleh banyak orang.

"Temen-temen, masih ada yang mau gak temenan sama dia?" teriak Tifanny membuat semua yang menyaksikkan bergidig ngeri dan menatap jijik kearah Damesha.

"Kamu keterlaluan, Tif! Aku salah apa emang sama kamu?" ujar Damesha sembari terisak.

"Salah kakak apa? Emang ya, orang gila gak pernah tahu kesalahannya."

"Kesalahan lo itu 'Aneh', ngomong sendiri, bilang bisa lihat hantu, kalo ngomong ngaco, terus kebanyakan halu. Kita dan sekolah ini tidak menerima orang aneh seperti lo," sahut Galih diangguki semua orang yang ada disana.

[WPS #2] KILIGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang