KILIG 15 : AADD?

713 65 90
                                    

🎶Nyaman - Andmesh

☕☕

"Sepertinya aku sedang tidak baik-baik saja."

☕☕

"Darren pulang!" teriak Darrel dari pintu.

Kedua orang tuanya yang sedang menonton televisi, kini mengalihkan perhatiannya ke arah Darrel yang sedang membuka kaus kaki kemudian diletakkan asal-asalan.

"Darrel, itu kaus kakinya langsung masukin ke keranjang kotor," tegur Bella-- Mamanya Darrel.

Bukannya menuruti ucapan Bella, Darrel malah duduk di antara Mama dan Papanya sambil memasang wajah tak berdosa. 

"Nanti dulu, Ma," jawab Darrel, lalu tersenyum lebar.

"Sejak kapan kamu ganti nama jadi Darren?" Binshon menatap heran saat menyadari ucapan Darrel sebelumnya.

"Darren itu singkatan dari Darrel keren. Bukan Duda keren, ya," jelasnya.

Bella hanya menggeleng kepala melihat tingkah anak semata wayangnya itu. "Iya-iya terserah kamu. Mandi sana, bau."

"Nanti dulu, Ma."

"Kamu ini, setiap disuruh pasti jawabannya 'Nanti dulu', 'Entar dulu', begitu aja terus," omel Bella.

"Ma, Pa, aku mau tanya ..." Darrel menjeda ucapannya, "kalau aku jadi penulis, apa kalian akan melarang?" tanyanya tiba-tiba.

Binshon menepuk bahu Darrel. "Itu pilihan kamu, masa depan mu, dan kamu yang akan jalani semuanya. Kami sebagai orang tua hanya bisa mengarahkan dan mendukung."

Darrel tampak berpikir sejenak sebelum memberikan pertanyaan selanjutnya pada kedua orang tuanya. "Tapi kalau itu bisa membahayakan Darrel, apa kalian masih tetap memperbolehkan aku untuk jadi penulis?"

"Kamu mau jadi penulis memangnya?" tanya Bella membuat Darrel menggeleng cepat.

"Kalau menurut Papa, mau jadi apapun kamu, semua memiliki resikonya masing-masing. Dan sudah menjadi tugas orang tua untuk mengarahkan anaknya agar dapat menghadapi serta meminimalisir resiko tersebut. Sampai sini, paham?" terang Binshon.

Bisa dibilang, Darrel beruntung karena memiliki kedua orang tua yang mampu mengerti keinginannya, tidak banyak menuntut harus jadi apa di masa depan. Namun bukan berarti Darrel bisa santai, dia harus membuktikan bahwa tanpa paksaan siapapun, dia bisa sukses dengan pilihannya nanti.  

"Paham. Masalahnya, temen aku pengen jadi penulis tapi ayahnya ngelarang, dan aku udah terlanjur bilang mau bantu dia mewujudkan impiannya," kata Darrel, terdengar nada frustasi di dalamnya.

Binshon tersenyum jahil. "Teman? Cewek atau cowok?"

"Cewek, namanya Damesha. Anaknya cantik, cuman Introvert. Cita-cita dia jadi penulis dari kecil." Tanpa diminta, Darrel menjelaskan pada Binshon dan Bella, hal itu membuat kedua orang tuanya saling melempar tatapan.

"Temannya pakai spesial enggak?" pancing Bella.

"Pakai, Ma," ceplos Darrel tanpa sadar. "Eh, enggak. Kok spesial sih, Ma, dikira martabak. Sekalian aja pakai karet dua terus dibungkus," sungutnya.

Binshon dan Bella menggelakkan tawanya melihat raut wajah anaknya menahan kesal sekaligus malu. Binshon mengambil ponselnya di meja, dan jari-jarinya berselancar di atas layar mencari satu kontak.

"Kalau naskah teman kamu sudah siap, kontak aja Om Gerry, istrinya editor penerbit, siapa tau cocok," ucap Binshon.

Mata Darrel berbinar saat mengecek ponselnya, setelah itu dia langsung memeluk Papanya dari samping seperti binatang koala yang sedang memeluk sebatang bambu. 

[WPS #2] KILIGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang