Tiga Puluh Sembilan

Start from the beginning
                                    

Setahun setelah kembali ke Indonesia, Vanilla, Vanessa, Zero dan Kevin terlibat dalam sebuah kecelakaan yang disengaja. Pelakunya adalah seorang pria seumuran Kevin yang ingin balas dendam kepada keluarga Bharmantyo. Karena insiden tersebut, Vanessa koma beberapa bulan dan Kevin harus merenggang nyawa. Rey yang saat itu baru beberapa tahun menjadi dokter harus mengambil keputusan berat atas keinginan Vanilla yang ingin mendonorkan satu ginjalnya pada Vanessa yang memang sejak kecil mengidap penyakit gagal ginjal. 

Belum berhenti sampai disitu, Zero pun langsung berubah seratus delapan puluh derajat, menjadi acuh tak acuh pada Vanilla. Bahkan Zero menyalahkan Vanilla atas insiden kecelakaan yang mereka alami. Ditambah lagi dengan memburuknya keadaan Vanilla yang di diagnosis mengalami trauma dan Alter ego. Keluarganya langsung memasukan Vanilla ke dalam rumah sakit jiwa selama hampir setahun sebelum akhirnya keluarga Gustavo memutuskan untuk membawa Vanilla kembali ke Jerman dan menjalani perawatan lebih intensif.

Di umurnya yang ke enam belas tahun, Vanilla kembali seolah-olah telah melupakan apa yang terjadi beberapa tahun ke belakang. Vanilla kembali tinggal bersama keluarganya dan mencoba untuk membangun kembali hubungan antar keluarga yang retak. Vanilla berusaha keras agar terlihat baik-baik saja, padahal ia tersiksa. Vanilla menahan semua rasa sakit yang ia derita agar bisa bahagia. Sederhana, Vanilla hanya ingin kembali ke masa kecilnya, dimana ia memiliki keluarga harmonis yang saling menyayangi.

Untung saja Vanilla memiliki sahabat seperti Raquella dan Leon yang menemani masa sekolahnya. Vanilla pun bertemu dengan Dava yang menjadi cinta pertama sekaligus pacar pertama Vanilla. Meski hubungan mereka tidak berlangsung lama karena satu persatu rahasia Vanilla mulai terbongkar dan kembali di teror oleh masa lalu, Vanilla tetap bersyukur. Setidaknya ia memiliki alasan untuk tetap kuat dan bertahan. Walau akhirnya tidak berjalan sesuai dengan harapan dan keinginan Vanilla, Vanilla tetap bersyukur karena masih diberi kesempatan untuk mencari kebahagiannya.

Dering ponsel langsung mengembalikan Vanilla dari ingatannya yang tiba-tiba terputar sendiri. Sejenak Vanilla seperti orang yang kehilangan arah sebelum sadar bahwa ponselnya sedari tadi berdering dan Jason tak henti-hentinya memanggil namanya

"Are you okay?" tanya Jason sedikit khawatir melihat wajah Vanilla yang tiba-tiba pucat dan berkeringat. Vanilla tidak menjawab, ia langsung sibuk mencari handphonenya yang tertumpuk diantara barang-barang yang berserakan.

Ponselnya kembali berdering entah untuk yang ke berapa kalinya, dan berkat dering tersebut Vanilla menemukan benda pipih tersebut berada diantara tumpukan buku. 

Vanilla langsung melihat siapa yang sedari tadi menelponnya. "Siapa?" tanya Jason penasaran.

"Vanessa," jawab Vanilla sembari mengirimkan pesan kepada Vanessa. "Hari ini gue janji mau ketemu sama dia."

"Tumben, ada apaan?"

Vanilla hanya mengangkat kedua bahunya seraya mencari tas dan juga kunci mobilnya. "Lo gak ke kantor?" tanya Vanilla di sela-sela kesibukannya mencari barang yang belum ia temukan. 

Jason langsung memperhatikan jam di pergelangan tangannya, "gue ada janji makan siang sama klien," jawab Jason dan Vanilla hanya manggut-manggut. Setelah mendapat kunci mobilnya yang terselip, Vanilla langsung berpamitan pada Jason seraya keluar dari dalam kamarnya.

"Kamar Lo mau dirapihin ART gak?" teriak Jason yang masih berada di dalam kamar.

"Gak usah. Nanti gue rapihin sendiri." Vanilla balas berteriak. Ia cepat-cepat menuju garasi dan masuk ke dalam mobilnya, lalu melaju meninggalkan mansion keluarga Gustavo.

Sebelum bertemu dengan Vanessa, Vanilla harus bertemu dengan pemilik gedung yang rencananya akan ia beli. Vanilla berencana mendirikan butik dan juga wedding organizer. Padahal Jason menawarkan Vanilla pekerjaan di kantor, namun ia menolak mentah-mentah dengan alasan pekerjaan kantor dan apapun yang berhubungan dengan perusahaan milik keluarga Gustavo bukanlah keahliannya. Jadi Vanilla memilih untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan kemampuan dan keahlian yang ia miliki.

Vanilla juga harus bertemu dengan Sandra untuk membahas gaun pengantin yang akan di gunakan teman kuliahnya itu. Sandra sendirilah yang meminta Vanilla untuk membantunya membuat desain gaun pengantin. Sandra ingin gaun yang indah untuk hari spesialnya nanti. Dengan senang hati Vanilla membantu Sandra, karena bagaimana pun juga, Sandra sangat berjasa di kehidupan Vanilla. Mungkin jika bukan karena Vanilla berteman baik dengan Sandra, ia tidak akan bertemu dan kembali ke keluarganya.

*****

Sejenak flashback ke buku pertama dari series ini. Di ketik Desember 2013, di publish november 2015, selesai Maret 2016, di terbitkan April 2017.
Sampai sekarang ada gak yang belum baca cerita lengkapnya di buku?

Senin, 31 Agustus 2020

If You Know When [TELAH DITERBITKAN]Where stories live. Discover now