pertemuan tak terduga

565 29 1
                                    

"Tania...."

Pelengkingan suara yg sangat keras dari arah luar. Tania mengucek matanya di lihatnya jam menunjukan pukul setengah 7 pagi. Siapa yang memanggilnya? Bisakah aku bangun lebih siang hari ini, hari ini kan hari minggu. Gumam tania.
Tania merasa lelah sekali beberapa hari ini, sepulang dari TK tania harus pulang pergi ke rumah sakit , menggantikan bunda hani, menunggu nana yg sedang sakit tipes. Nana adalah anak panti asuhan bunda hani.

"Tania.... Ih mana sih tuh bocah" ujar yg memanggilnya dari tadi. Tania tau itu pasti suara siska. Mau tak mau tania bangun dari tempat tidurnya , berjalan menuju pintu. Tania membuka pintu, benar saja di sana sudah ada siska yg sedang berdecak pinggang

"Lo tuh ya enak banget bangun siang, "

Tania sebenarnya malas menanggapi siska , ia selalu saja semena mena seolah dialah satu satunya penguasa di sana.

"Nih.. (siska menyodorkan secercik kertas) lo ambil tuh pesenan ibu, sekarang ya. Gak pake lama."

"Tunggu deh sis, ini kan tugas kamu. Ko nyodorin ke aku?" Ujar tania ketus

"Aduh banyak omong ya lo, gw mau pergi mana sempet ngurusin kaya ginian, lagian lo kan gk kemana mana." Siska semakin nyolot

Tania menarik napas panjang
"Ya udah aku ambil , tapi nanti."

"Sekarang tania."

Tania masuk ke dalam rumah , menyambar kerudungnya dan pergi berlalu meninggalkan siska. Bisa saja tania menolak tapi hari ini malas sekali berurusan dengan siska. Yg ia fikirkan hanya ingin istirahat itu saja.

"Eh neng tania , mau ke mana?" Ujar mang aim , mang aim adalah tukang kebun di rumah ibu dais.kebetulan mang aim sedng membersihkan kebun di depan gerbang saat tania berjalan.

"Mau ngambil pesenan ibu mang!" Jawab tania

"Mamang anterin ya."

"Boleh mang."

"Ya udah tunggu ya mamang ambil motor dulu."

"Tapi kerjaan mamang gk papa nih di tinggal?"

"Gak papa neng , sekalian ini mamang mau beli pupuk. Tapi neng mamang gk bisa nungguin nanti ya."

"Gak papa mang, nanti tania biar naik angkog aja,udah di anterin juga alhamdulillah."

Mang aim pun masuk mengambil motornya, tak berapa lama mang aim sudah berada di depan tania kembali

"Ayo naik neng".

motorpun melaju meninggalkan pekarangan rumah

* * *

Tania keluar dari toko , menenteng 2 bungkusan pelastik belanjaan. Tania lupa kalou tadi ia berangkat buru buru hingga tidak bawa dompet, bahkan iapun tidak tau penampilannya sekarang seperti apa. Pulang dari rumah sakit semalam tania beluk mandi hanya ganti baju. yg ia sadar hanya sendal yang ia pakai bisa 2 toko, bukan pasangannya. Tania menepuk jidatnya ya allah selalu saja ia ceroboh seperti ini, terpaksa iapun harus jalan kaki. Lumayan sih jaraknya tak terlalu jauh tapi tetap saja cape jika di tempuh jalan kaki. Untung belanjaan yg di pesan bu dais tidak banyak.
Langkah tania tiba tiba berhenti di salah satu gedung, asrama TNI. Tania melihat ke arah sekitar terlihat ada dua anggota TNI sedang berjaga di pintu depan. Pandangan tania pun menelusur hingga ia berhenti di satu titik terlihat beberapa anggota TNI sedang olah raga. Ahh sungguh pemandangan indah gumam tania.

"Indah apanya ba?"

Tania kaget bukan main. Ia menengok ke arah suara terlihat seseorang berbadan tegak dengan otot otot badannya yg terlihat menonjol, karna ia tidak memakai baju alias telanjang dada. Kepala botak dan muka yg terlihat sangar. Celana loreng hijau.

"Embanya gk papa?" Ujar laki laki tersebut ,membuyarkan kekagetan tania

"Ah maaf pak, saya ... Saya.... Saya permisi dulu"

tania mengambil tengtengannya yg sempat terjatuh karna kaget tadi. Tania benar benar di buat kikuk tak tau harus menjawab apa tadi , ia benar benar terlihat bodoh. Tak terasa langkah taniapun yg awalnya berjalan cepat menjadi berlari.

Di rasa sudah cukup jauh , tania menghentikan langkahnya ia tertunduk lalu berjongkok berusaha menetralkan napasnya yg menggebu.

"Gila gila banget tadi." ujarnya .

"Ko bisa sih bapanya tiba tiba di samping aku."

Di rasa cukup baik, tania mengambil tentengannya dan berdiri. Lagi lagi ia di kagetkan dengan seseorang yg tepat berdiri di depannya, laki laki itu sedang menatap ke arahnya , badan tegap, tinggi sekitar 170, wajah yang terbilang tampan kulit putih terlihat mengkilaukan pandangan. Udara yg mulai panas pun mendadak dingin kembali.

* *. *
Back to tamma

Tamma mengutak atik handponenya malas. Ia hanya membuka kabar kabar berita di sebuah aplikasi , yang menurutnya tidak ada yang menarik. Sesekali ia bermain game tapi tidak ada yang membuyarkan rasa sepinya.
Ia hanya sendirian di rumah. Ibu pergi ke rumah sakit sedangkan abigael di asrama. Hanya ada si bibi yang sedang sibuk dengan pekerjaannya.

bi inah datang membawa teh menyodorkan ke arah tama

"Sepi ya den, makanya cepet punya istri den biar ada yg nemenin nge-teh. Ibu juga kan mau berenti bekerja kalou nden udah punya istri"Ujar bi inah , mencoba menggoda tama.

Memang ibu tama pernah berkata ibu gk akan berenti kerja sebelum ibu punya cucu.

Tama hanya tersenyum "makasih bi."

"Sama sama , oh ya den bibi mau ke pasar. Nanti kalou pergi lari pagi. Kuncinya titip pak damar aja (tukang kebun)."

"Iya bi nanti saya titipin."

Bi inah pun berpamitan.

Lari pagi ya tama melirik jam tangannya, jarum jam menunjuk angka 07.45 masih ada waktu ujar tama.
Tama bergegas mengganti pakaian , ia akan lari pagi hari ini sekalian pulangnya main ke barak.

Kunci sudah di titip persiapan sudah selesai bismillahirohmanirohim. Tama mulai berlari pelan menikmati setiap langkah sambil melihat lihat sekitar.

Langakahnyapun semakin jauh .
Beberapa meter lagi sampai barak gumam tama. Dari kejauhan tama melihat seseorang sedang berlari ke arahnya. Sambil tetap berlari Tama memperhatikan orang tersebut sepertinya ia mengenalnya. Benar saja bukankah ia adalah wanita itu wanita yg menjadi bayangan di pikiran tama selama ini wanita di pasar itu wanita di halte busway itu , tania.

Tama mengehentikan langkahnya , begitu juga gadis tersebut , tania terlihat kecapean. Tama tidak berani menegur. Tama masih tak menyangka ia bakal bertemu lagi dengan wanita yg bernama tania.

*. *. *
Back

Tania masih mematung beberapa saat , begitu juga tama. Tania membuyarkan pikirannya dilihatnya penampilannya emang aneh sih terlihat acak acakan. Celana kebesaran dan baju tidur di tambah sendal 2 tokonya. Mukanya yg belum di cuci , belum mandi dari kemarin pemandangan yang sangat buruk sedangkan laki laki di hadapannya , laki laki tampan nyaris sempurna keringat yg meluncur di samping pipinya menambah kemenawannya. Akhhh aku tidak bisa membayangkannya terlalu lebih guays

Tania menguatkan hatinya , ia melangkah melewati laki laki tersebut. Sedangkan tama masih mematung , iya ia ingin menegur tania tapi bibirnya terasa kaku. Kenapa kenapa seperti ini bagaimana jika ini pertemuan terakhir bagaimana jika ia tidak bertemu lagi dengan tania. Pikiran itu muncul tapi tetap saja tama tidak bisa berkata apa apa.

Sedangkan tania tetap melangkah sambil terus saja menggerutu menyalahkan dirinya, kenapa seperti ini sih, ini sebenarnya keberuntungan atou musibah sih . Gumamnya. Tania menengok ke belakang terlihat tama juga tengah melihat ke arahnya. Akhhhh.. taniapun segera berlari kenapa ini terasa memalukan sekali

 Dia Abdi NegaraWhere stories live. Discover now