Chapter 13 - Emosi

491 51 19
                                    

Judul: Mission

Author: Swanrovstte_11

Summary:
Perang dunia empat telah berakhir, kedamaian seharusnya sudah mampu diraih. Akan tetapi, kasus per kasus muncul dan harus dihadapi pula. Begitulah manusia, tertelan oleh keserakahan hingga membentuk sebuah bahaya bagi orang lain.

Temari paham apa yang dia ambil. Menjalankan misi tingkat tinggi untuk desanya. Dia adalah wanita tangguh, semua orang tahu itu. Bahkan dia sendiri tahu, misi ini memiliki peluang diantara ... nol(mati) dan satu(hidup).

Fandom:
Naruto © Masashi Kishimoto
Pair:
ShikaTema (Shikamaru x Temari) © Masashi Kishimoto

---

Chapter 13 - Emosi

Jaga mulutmu. Kau yang jalang—Temari

---

Kala itu sang wanita bermahkota pirang pasir indah itu menaruh atensi pada sosok yang jauh di pandangannya. Di tengah medan perang dia bertemu kembali dengan keluarga terdahulunya, ingin dia meraih, ingin dia mengucap kabar. Namun, dia semakin sadar, walau dia adalah anak sulung bukan berarti dia menjadi pusat perhatian keluarganya. Pandangan yang begitu harmonis, di tengah pasir emas berpadu dengan pasir biasa, dua sosok ayah-anak itu berbincang dalam jarak jauh hingga iris hijau milik sang wanita melihat pasir membentuk seorang wanita dan memeluk adik bungsunya. Tak tahu harus dia bersenang atau bersedih.

Di tengah medan perang ke-empat itu, sang wanita menyembunyikan rasa perih itu dan menaruh fokus pada lawannya. Di saat dia bukan sosok yang menjadi pusat perhatian, dia berharap dia masih memiliki kegunaan. Mati di medan perang atau tidak, dia tak peduli. Setidaknya, dia berusaha untuk berguna.

Dia berkepribadian angkuh dan keras kepala. Dia memiliki status tinggi tetapi tak mendapatkan selayak tuan putri lainnya. Dia hidup di tengah ancaman hingga saat ini. Dia kesepian dan menaruh rasa iri pada sang pahlawan shinobi dalam diam. Dia adalah Temari dari Suna.

"Kau sudah bangun, ya." Suara itu memasuki gendang telinga, begitu lembut nan kecil, sudah dapat langsung diduga bahwa seorang perempuan yang tengah mengajaknya bicara. Matanya berat, tubuhnya lelah seolah tak memiliki energi penuh. Dengan susah payah, Temari menggeliat pelan untuk menoleh dan menaruh atensi ke asal suara. Pandangan pertama yang dia dapati adalah jeruji ketat, tanah dingin yang merasuki kulitnya.

Mata hijau itu terlihat sayu dan lemah. Dia perlahan melepas senyuman miris. Aku gagal, eh?

"Kenapa kau tidak membalasku?" Pertanyaan kembali dilontarkan oleh gadis di luar jeruji, membuat Temari membuka mata kembali untuk menaruh atensi pada sang gadis. Helaian hitam menutup kedua, ada boneka bulat putih terlihat di atas kepala gadis tersebut.

"Sesuai dengan yang kau lihat, aku masih hidup," respon Temari. Melakukan pergerakan begitu sulit kala kedua tangan terikat di belakang. Dengan posisi berbaring samping membuatnya jauh lebih sulit untuk bangkit.

MissionWhere stories live. Discover now