Chapter 5 - Kenangan Singkat

380 39 5
                                    

Judul: Mission

Author: Swanrovstte_11

Summary:
Perang dunia empat telah berakhir, kedamaian seharusnya sudah mampu diraih. Akan tetapi, kasus per kasus muncul dan harus dihadapi pula. Begitulah manusia, tertelan oleh keserakahan hingga membentuk sebuah bahaya bagi orang lain.

Temari paham apa yang dia ambil. Menjalankan misi tingkat tinggi untuk desanya. Dia adalah wanita tangguh, semua orang tahu itu. Bahkan dia sendiri tahu, misi ini memiliki peluang diantara ... nol(mati) dan satu(hidup).

Fandom:
Naruto © Masashi Kishimoto
Pair:
ShikaTema (Shikamaru x Temari) © Masashi Kishimoto

---

Chapter 5 - Kenangan Singkat

Ada apa dengan dirimu? Kehilangan pendirian seolah berpikir kematian menunggu. Mungkinkah dirimulah yang menanti kematian itu sendiri?

---

Mentari telah berpulang berganti rembulan berpatroli pada bumi. Suhu udara padang gurun sudah turun hingga mengurangi kadar gula. Oleh karena itu, ketiga insan itu memutuskan untuk beristirahat lebih dahulu. Walau hal itu terjadi tanpa kesadaran atau peringatan dari organ tubuh seperti berkata 'hei, minum atau makan yang manis, kadar gulamu sudah turun'. Sebagai warga Desa Suna pastinya sudah mengetahui kondisi alam seperti ini.

Ameno mengeluarkan teko dari gulungan yang dibawa. Api telah dinyalakan oleh Shisio. Sedangkan Temari? Dirinya tampak tengah duduk dan menyandarkan kepala pada batu besar. Dia terlihat mencoba mengambil istirahat sejenak. Jika sampai tubuhnya tidak sehat maka itu akan menghambatnya dalam menjalankan misi. Ameno dan Shisio juga tidak keberatan bila atasan mereka mengambil waktu istirahat dan mereka yang menyiapkan teh manis. Sebab, mereka memahami kondisi Temari yang belum kunjung sembuh total.

Hawa dingin menusuk, untung jubah dan pakaian mereka cukup menghangatkan mereka dari rasa dingin. Tinggal di sebuah padang pasir dengan suhu siang hari tinggi dan malam hari rendah adalah sebuah tantangan juga. Banyak warga desa lain tanpa pengetahuan cara bertahan hidup di gurun pastinya sudah tewas di tempat. Ya—itu terkadang terjadi.

"Ini tehnya," ucap Ameno, mengarahkan segelas teh manis hangat pada Temari. Raut wajah netral ciri khas itu tidak mrmberi ekspresi khusus.

Kelopak mata milik Temari terbuka, mendapati segelas teh manis hangat yang diarahkan padanya. Dia menerima dan berucap terima kasih sebelum mendekatkan ke bibir. Pandangan tertuju pada cairan teh yang memantulkan seperbagian wajah. Dia menangkap jelas iris jade miliknya. Dengan pelan, dia menyeruput teh manis itu sembari mencoba menenangkan pikiran untuk ulang berpikir cara menyambungkan bukti-bukti yang telah dikumpulkan.

Api unggun kini menjadi penerangan utama mereka selain rembulan. Memberi kehangatan bagi tiga insan tersebut. Keheningan melanda membiarkan mereka menikmati manis serta hangatnya teh.

Shisio menyereput teh, kemudian menaruh atensi pada Temari. "Temari-sama," panggilnya membuat yang dipanggil melirik, tidak membeti respon.

"Teknik dari pria berambut hitam tadi ... mirip dengan Shinji, bukan begitu?" tanya Shisio, memberanikan diri. Dia mengenal siapa Shinji, lelaki yang baru saja mendapat gelar chunin, salah satu murid kebanggaan Temari. Kemampuan angin dengan menggunakan dua belah pedang berukuran panjang medium. Ciri khas dari Shinji sendiri adalah memegang pisau atau pedang dengan terbalik sehingga membuat Shisio bahwa lelaki tadi familiar.

MissionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang