Prolog

3.9K 247 9
                                    

"Aku takut"
_Adiba

"Aku takut"_Adiba

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•••••

Sudah tiga hari lamanya, Adiba berada di sini. Di sebuah gubuk tua di hutan yang jauh dari tempat tinggal warga. Hutan yang bahkan jarang disentuh atau didatangi oleh orang lain.

Adiba, gadis kecil yang malang dan memiliki takdir yang buruk. Gadis itu diculik oleh dua orang penjahat. Entah apa keuntungan mereka, yang pasti katanya jika Adiba lepas maka mereka tidak akan mendapatkan sepeser uang dari orang yang menyuruh mereka.

"Om, Diba lapar. Boleh Diba dikasih makan, Om?" tanya Adiba dengan suara yang amat kecil dan bergetar. Gadis kecil itu terlihat sangat pucat dan gemetaran karena lapar. Sudah tiga hari lamanya, Adiba hanya diberi makan sekali dalam sehari, yaitu hanya pada malam hari. Adiba, gadis itu baru berumur tujuh tahun sudah mengalami nasib yang sangat berat.

Mendengar ucapan Adiba tadi, orang yang dipanggil dengan sebutan Om itu terkekeh sinis. Dengan sekuat tenaga ia mendorong Adiba kecil hingga kepalanya terantuk ke sebuah kursi tua yang berada di dalam gubuk.
"Ngasih kamu makan? Kita aja belum dikasih uang sama Bos. Enak aja minta makan, jatah makan cuman malam, gak usah banyak permintaan," ujar seseorang dari antara mereka dengan sarkas kepada Adiba.

Mendengar ucapan itu Adiba hanya bisa terisak. Kepalanya sangat berat. Tiga hari berada di sini, selama tiga hari juga ia harus merasakan siksaan dari kedua orang itu. Entah apa keuntungan mereka, Adiba kecil tidak menemukan jawaban untuk persolan yang rumit itu.

Sementara Adiba masih menangis, kedua orang itu beranjak keluar dari gubuk itu dan meninggalkan Adiba sendirian di ruangan yang pengap dan gelap itu.

•••••

"Lepasin Diba, jangan ganggu Diba. Pergi!" jeritnya dengan suara serak dan lemah. Tubuh mungilnya bergetar hebat dengan ketakutan yang sangat luar biasa.
Sedangkan dua pria berbadan besar menatap bringas ke arahnya.

"Diam, Bocah." Ucapan itu mampu membuat gadis kecil itu terdiam dengan masih dalam keadaan sesenggukan.

"Bos, lo yakin kita bakalan habisin ini bocah? Udah tiga hari kita culik dia, kita juga udah siksa dia sesuai keinginan si Bos. Sekarang, ya kali kita tega perkosa sama bunuh dia? " Satu di antaranya bertanya dengan ragu. Membuat gadis kecil kian merasa terancam.

Namun, sebuah suara mampu meruntuhkan harapan itu.
"Yakinlah, ini bocah cantiknya pake banget. Udah gitu kalau kita habisin ini bocah kita dapat uang. Gimana, sih," gerutu pria brewok itu dengan atensi yang sepenuhnya tertuju pada Adiba.

Tak ada tatapan iba di matanya. Hal itu membuat Adiba semakin sesak dan tubuh semakin bergetar dengan hebat.

"Lepasin Diba, Om. Diba takut," lirihnya membuat kedua pria itu tertawa dengan keras dengan raut wajah seperti sedang meledeknya.
Wajah Adiba sangatlah pucat pasi seperti tidak ada lagi darah di tubuhnya.

"Udah, gak usah lama-lama lagi. Gue juga gak sabar pengen rasain ini bocah. Biar kita langsung habisin dan bakar ini bocah." Setelah itu satu di antaranya berjalan ke arahnya dengan tatapan yang sangat amat mengerikan.

"Jangan sentuh Diba!" jeritnya lalu meringkuk lebih dalam lagi. Tangannya berusaha meraih sesuatu yang bisa dilemparkan ke arah keduanya.

"Diam!" Bentakan itu mampu membuat gadis kecil itu terdiam. Tubuhnya kian bergetar hebat dengan napas terengah-engah.
Tidak, ruangan itu terlalu pengap dan gelap untuknya.

Dadanya kini sesak diliputi rasa takut yang begitu besar.
Sedikit lagi, pria berbadan besar itu akan menyentuhnya. Namun, sebuah dobrakan di luar sana membuat keduanya terhenti.

Wajah mereka berubah panik saat di sana, di pintu tersebut menampakkan beberapa orang dan juga polisi.
Keduanya terdiam dengan tubuh kaku.

Kemudian satu orang pria menggendong Adiba dan mengarahkan sebuah pisau tajam ke leher gadis kecil itu.
"Kalian maju, anak ini mati!" serunya tersenyum remeh.
Walaupun hatinya gundah, tapi otak liciknya masih saja berjalan.

"Adiba!" jerit seorang wanita paru baya yang diketahui adalah ibu dari gadis kecil itu.

Tubuh Adiba bergetar takut dengan napasnya yang sudah tak beraturan.
Tak ada jeritan yang keluar dari mulut mungil itu.

Dor

Satu tembakan berhasil meluncur ke arah kaki pria yang menggendong Adiba.
Adiba yang berada di gendongnya pun terjatuh begitu saja ke lantai.

Tubuh mungilnya tergeletak lemah di atas lantai gubuk.
Dengan segera sang Ayah dari gadis itu membawanya ke dalam dekapannya.
Tanpa disangka, gadis itu berteriak histeris.

"Jangan sakiti Diba," jeritnya menjauhkan diri dengan cara merangkak.

Ketahuilah, ada banyak hati yang terluka dan sakit mendengar ucapan itu. Ucapan yang seakan ditunjukkan kepada orang jahat.

Sang Bunda langsung menangis histeris. Sekelebat pikiran buruk datang menyapa otaknya.
Bagaimana jika putrinya mengalami Androphobia.

Kenapa harus putrinya Tuhan! Kenapa harus putri kecilnya yang perjalanan hidupnya masih panjang.

Hatinya sangat amat sakit melihat putrinya yang terlihat begitu ketakutan pada mereka semua.
Dengan pelan tapi pasti, wanita itu berjalan  ke arah putrinya.

Saat sampai di hadapan Adiba, wanita itu langsung membawa putrinya kedalam dekapan hangatnya.
"Bunda di sini, Sayang," gumamnya saat merasakan tubuh putrinya tersentak kaget.

Mereka semua panik saat Adiba ternyata sudah jatuh pingsan.
Dengan segera keluarga itu membawa putrinya pergi meninggalkan tempat terkutuk itu.

Setelah ini, semuanya akan berubah.
Hidup berwarna itu kini telah kelam.

Semua harsa kini harap, terganti dengan lara yang menusuk atma.
Entah bagaimana kehidupan Adiba setelah ini, biarlah takdir yang berjalan.

•••••

Selamat datang di kehidupan Adiba

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Selamat datang di kehidupan Adiba.
Jangan lupa dukung selalu dan tinggalkan jejak kalian.

Adiba phobia [Complete]Where stories live. Discover now