Nineteen

2.2K 604 101
                                    

Saat Yedam mengucapkan permohonannya pada Jeongwoo tadi, situasi yang awalnya sudah tegang semakin menjadi-jadi. Bahkan tanpa Yedam sendiri sadari, pengaruh mantra pengendalinya sudah tidak lagi bekerja pada Haruto dan juga Junkyu.

Tapi alih-alih segera membebaskan diri dan beranjak dari sana, mereka justru sepakat untuk tetap mengamati kejadian di hadapan mereka dengan seksama. Agaknya otak keduanya masih belum selesai mencerna situsi apa yang sedang terjadi saat ini.

Jelas sekali tadi Yedam menyebutkan sosok Jeongwoo dengan nama Lucifer. Iblis tertinggi yang kerap kali disebut sebagai satan. Satu dari tujuh pangeran neraka yang konon dulunya pernah mendiami surga, namun di usir oleh Tuhan karena kesombongan yang menjadi petaka bagi dirinya sendiri.

Rasanya agak sulit dipercaya jikalau sosok iblis itu justru menjadikan Jeongwoo sebagai wadah fananya. Meski tak terpungkiri bahwa Jeongwoo adalah half-demon, putra dari Leviathan, tapi tetap saja kekuatan yang ada di dalam jiwa Lucifer begitu besar dan sulit untuk ditanggung oleh setengah manusia.

Jeongwoo tidak akan bertahan lama, Haruto tahu itu.

Tubuhnya mungkin akan membusuk dalam hitungan kurang dari 24 jam.

Haruto menyenggol punggung Junkyu, memberikan isyarat bertanya. Namun sosok itu malah menggelengakan kepalanya pelan, ia juga sama bingungnya dengan Haruto. Bahkan mungkin jauh lebih parah.

Pada akhirnya Haruto hanya mendesah. Ia menutup matanya yang mulai agak memberat. Sebenarnya ia sedang memfokuskan indra keenamnya untuk mencari sesuatu yang mungkin bisa membantu.

Tapi lagi-lagi ia dibuat terkejut ketika mendengar suara bisikan samar di dalam kepalanya.

Itu jelas suara Jeongwoo.

'Haru? Lo bisa dengar?'

Haruto terdiam beberapa saat. Ia belum pernah melakukan pembicaraan dari batin ke batin sebelumnya. Dan lagi ia benar-benar tidak tahu kalau Jeongwoo ternyata bisa melakukan hal demikian.

Jeongwoo berdecak kesal. Ia tampaknya tahu kalau kawan beberapa harinya itu sedang bertanya-tanya saat ini. 'Nanti aja bingungnya, To. Cepat kabur dari sini dan cari bang Jihoon.'

'Terus lo gimana?' Tanya haruto dalam hati. Harap-harap caranya berkomunikasi sudah benar.

'Kita gak punya banyak waktu, haru. Sesuatu yang buruk mungkin aja terjadi kedepannya kalau lo kebanyakan bacot.'

Haruto dengan ragu mengiyakan. Disaat dirinya kembali mencoba untuk bertanya pada Jeongwoo ternyata remaja itu tidak lagi menjawabnya.

"Kyu, mau jalan-jalan ke dunia bawah gak?"

Junkyu yang mendapat pertanyaan itu sontak dibuat terbengong-bengong. Haruto tiba-tiba saja berbicara setelah sebelumnya tidak sadarkan diri karena tertidur.

Belum saja Junkyu sempat angkat bicara. Mendadak Haruto berdiri dari duduknya, tali yang tadi mengikat mereka sudah putus entah sejak kapan.

Dalam secepat kilat, Haruto merenggut kalung berbandul pipa miliknya. Setelah itu dengan ajaibnya benda itu berubah menjadi tongat setinggi bahu dengan ujung menyerupai tanduk. Dihentakkan Haruto tongkat tersebut sekali, dan setelahnya sebuah lubang hitam tercipta di bawah kaki Harto dan juga Junkyu, membuat keduanya langsung terjun bebas ke dalam sana.

BRAKK!!!

"Aghhh..."

Junkyu meringis ketika merasakan tubuhnya menghantam tanah lumyan keras. Kakinya yang patah langsung bereaksi, membuat rasa ngilu dan perih yang luar biasa bercampur menjadi satu.

✔ [1] FATE | TREASURE : Haruto, Jeongwoo, Junkyu (On revision)Where stories live. Discover now