Eight

3.3K 820 158
                                    

|

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

|





Suara desir angin menghantam telinga Jeongwoo tatkala remaja tanggung itu membuka pintu rooftop. Matanya lantas langsung terkunci pada seorang gadis yang berdiri di penghujung bangunan, ia mendekat perlahan, namun sebelum sempat bersuara, kekehan milik sang gadis sudah lebih dulu lolos.

"Lo telat..." Pelan dan lirih, namun masih bisa ditanggap dengan jelas oleh Jeongwoo.

Dengan hati-hati, kakinya melangkah kedepan, mencoba untuk mengikis jarak diantara keduanya.

"Jiheon, lo jangan aneh-aneh." Peringat Jeongwoo. Mendengar itu Jiheon justru terkikik kecil, kepalanya ditolehkan kebelakang. Rambut gadis kelahiran 2003 itu terkibas ditiup oleh angin. Wajahnya nampak sayu, tatapannya kosong.

"Bukannya lo yang pengen dia mati?" Sarkasme itu terdengar aneh di telinga Jeongwoo.

Dia, dia siapa?

Cowok itu bahkan tidak memiliki dendam dengan siapa pun.

Jeongwoo mengulurkan tangannya, hendak meraih pergelangan tangan Jiheon. Anehnya, ketika kulit mereka saling bersentuhan, dada Jeongwoo mendadak sakit.

Jantungnya seolah sedang ditusuk-tusuk menggunakan jarum tak kasat mata.

Erangan pilu tak luput dari bibir tipis Jeongwoo. Ia terbatuk keras, darah tiba-tiba terdorong keluar dari mulutnya, mewarnai seragam putihnya dalam satu detik.

Ditatapnya Jiheon menyelidik, "Lo siapa?" Tekannya, kemudian berdesis karena tangan kanannya tiba-tiba keram. Rasanya seolah seluruh saraf dan ototnya dipaksa untuk bergerak, tangan Jeongwoo pun direntangkan kedepan, mendorong Jiheon yang awalnya memasang ekspresi datar.

Tubuh gadis itu pun limbung, dan di detik-detik terakhir, Jeongwoo dapat menangkap raut ketakutan yang begitu ketara disana.

Jiheon meninggal, dengan kepala yang terlebih dahulu menubruk lapangan, tulang lehernya mencuat keluar, otak serta darahnya berceceran di sekitar tubuhnya yang terbaring kaku.

Jeongwoo yang melihat hal itu merangkak kebelakang, ia meremat dadanya yang masih terasa begitu sakit. Namun disisi lain, tangannya sudah kembali normal seperti semula.

"Kenapa bisa?" Cicitnya pelan.

Pandangannya memburam seiring waktu, dan saat itulah Haruto datang dengan raut kebingungan.

"OEMJI ITEM KU, LO KENAPA BISA GINI ANGJI? HABIS LULURAN PAKE SAUS TOMAT APE GIMANA?"

Jeongwoo melirik sekilas ke arah Haruto. Cowok itu mencolek-colek seragamnya dengan jijik.

"Ba tu de bi, babi!"

Kira-kira begitulah kata-kata terakhir Jeongwoo sebelum akhirnya pingsan, meninggalkan Haruto yang kelimpungan sendiri.

✔ [1] FATE | TREASURE : Haruto, Jeongwoo, Junkyu (On revision)Where stories live. Discover now