9.Gemes

234 13 0
                                    

Tinggalkan jejak sayang.

Perlahan mata kesya mengerjap, ia memegang batang hidungnya kepalanya kini terasa pusing. Alva yang melihat pergerakan kesya pun langsung menepikan mobilnya.

"sya, lo kenapa? Pusing? Mau kerumah sakit? ".tanya alva yang khawatir.

Kesya menatap alva sekilas lalu kembali menyandarkan kepalanya ke sandaran kursi dan memejamkan matanya menahan rasa pusing.

"anter gue balik".pinta kesya dengan suara serak.

"tapi lo sak-".belum selesai alva bicara kesya lebih dulu memotong"anter gue balik, atau gue balik sendiri".ujar kesya dan hendak membuka pintu mobil tapi ditahan oleh alva"oke,kita balik".ujar alva dan kembali menjalankan mobilnya menuju rumah kesya.

Sampai di depan rumah kesya alva langsung masuk ke perkarangan rumah kesya yang pagarnya telah dibuka oleh paj edi.

Alva turun dari mobil dan memutari mobilnya lalu membukakan pintu untuk kesya,saat hendak turun kesya kembali pusing dan hendak jatuh menghantam lantai kalo saja alva tidak menahannya.Alva menggendong kesya ala bridal style dan berjalan ke arah pintu rumah kesya.

"turunin gue".

"ga".

"turunin gue al".

"gue ga mau".

Kesya pun memilih diam membiarkan alva menggendongnya.Pak edi yang melihat anak majikanya pucat pasi langsung menyusul alva yang hendak membuka pintu rumah.

"den,non kesya kenapa?".tanya pak edi khawatir.

"pusing pak".jawab alva.

"perlu bapak panggilkan dokter? ".

Kesya yang mendengar perkataan pak edi langsung membuka matanya."ga usah pak, kesya kecapeean aja cuman butuh istirahat".ujarnya pelan yang langsung diangguki oleh satpamnya itu.

Alva membuka pintu dan masuk kedalam rumah mewah milik keluarga pranatahara.

"kamar lo dimana? ".tanya alva.

"lantai tiga,pintu cokelat.Lo bisa pake lift disana".ujar kesya lemah sambil menujukan lift yang berada didepan mereka. Alva tidak heran toh dirumahnya juga memiliki fasilitas yang sama dengan rumah keluarga pranatahara.

Alva menekan tombol lift dengan kesya yang masih digendonganya. Pintu lift terbuka menampakan dua kamar yang memiliki warna pintu berbeda. Alva langsung menuju pintu berwarna cokelat membukanya perlahan dan menampakan nuasa kamar yang jauh berbeda dengan kamar perempuan pada umumnya,alva terkekeh kecil kesya memang berbeda.

Alva langsung membaringkan tubuh kesya ke kasur Queen size."dapur lo mana? ".tanya alva setelah membaringkan kesya."dibawah".jawab kesya yang tetap memejamkan matanya. "lo ga punya pembantu? ".tanya alva keheranan mana mungkin rumah setara dengan istana tidak memilik ART menurutnya. "punya, tapi tukang kebun sama beres-beres doang kalo masak nyokap gue gak mau pake pembantu".ujar kesya panjang lebar yang langsung diangguki oleh alva.

Alva keluar dari kamar kesya menuruni tangga sebelum menuju dapur ia menuju pintu utama ia akan menemui pak edi satpam yang telah bekerja sebelum kesya lahir.

"pak edi".teriak alva dari pintu utama.Pak edi yang mendengar seseorang memanggilnya pun langsung keluar dari pos nya dan berlari kecil menuju arah suara.

"ada apa den? ".tanya pak edi.

"saya pesen bubur lewat delivery kalo ada ojol yang nganter bawa ke dalam aja pak".ujar alva sambil menyodorkan uang pada pak edi.

"baik den".

Alva pun langsung masuk dan menuju dapur. Saat ia membawa segelas air putih dan hendak menaiki tangga matanya menatap salah satu foto seorang pria berseragam putih abu-abu dengan jaket kulit hitam yang disampirkan ke pundaknya pria itu nampak gagah dan tampan.Senyum manis terukir dari wajah alva."gue kangen lo za".

Flasback.

Dibangunan tua yang dari luar sangat menakutkan memperlihatkan desain jaman dulu itu terdengar samar-samar suara seseorang yang berbicara dari dalam. Hanya ada dua orang disana, mungkin membicarakan hal yang hanya mereka berdua yang tahu. Pria berwajah tampan duduk dikursi kebesaranya.Memakai jaket kulit berwarna hitam dengan kaos berwarna senada ia nampak begitu tampan dengan style nya itu.

"kita bisa za, lo ga boleh lembek gini" ujar lelaki yang duduk disebelah pria yang dipanggil za itu.

"gue ga tau va, gue ga yakin untuk kali ini".ujarnya dengan wajah nanar.

"lo kok jadi gini?ini bukan lo za, ini bukan lo" .ujar alva pria yang tadi duduk disebelah reza kini telah bangkit berdiri.

"kalo gue gagal, gue minta lo jaga adek gue.Gue sayang banget sama dia va,mungkin kalo gue gagal kesya korban berikutnya".ujarnya reza yang langsung ikut bangkit dari duduknya mengahadap ke arah wakilnya, alva. Ia memegang erat kedua pundak alva."gue percayain semuanya sama lo kalo gue gagal,alatar, dan termasuk orang yang sangat berarti bagi gue".Ia mendongak menatap atap dari gedung tua itu menahan air mata yang hendak luruh dari pelupuk matanya.Ia berkata parau"Adik gue, Kesya niara pranatahara".

Flasback off.

"den".panggilan seseorang menyadarkan lamunan alva.Alva langsung menghadap asal suara menampakan pak edi dengan sebungkus bubur ditangannya.

"ini buburnya den".ujar pak edi menyodorkan bungkusan bubur ke alva.

"makasih pak".ujar alva dan mengambil bubur itu dari pak edi. Dan pak edi yang langsung pamit kembali ke posnya.

Alva naiki tangga menuju kamar kesya,ia membuka pintu kamar dan mendapati kesya sedang bersandar di sandaran kasurnya.

"makan dulu ya".ujar alva membuka bungkusan bubur yang ia beli dan duduk dipinggiran kasur menghadap ke arah kesya. Kesya melirik bubur itu sekilas dan kembali menatap arah luar dari pintu kaca yang langsung berhubungan dengan balkon kamarnya. "gue ga mau".ujar kesya.

"lo sakit sya, lo harus makan".bujuk alva sambil menyodorkan sendok ke arah mulut kesya. Kesya menatap alva tajam"panggil gue key".ujarnya."gue suka manggil lo dengan sebutan sya,biar beda sama yang lain".ujarnya sambil menekan sedikit kata sya. "terserah".

Alva kembali menyodorkan sendok kearah kesya."makan ya".Kesya pun membuka mulutnya perlahan membiarkan alva menyuapinya sebenarnya ia memang lapar.
Setelah menyelesaikan acara makannya kesya meminum obat pereda pusing yang alva ambilkan dari kotak obat di lemarinya.
Alva membaringkan kepala kesya ke bantal empuk dikasurnya lalu menutup tubuh kesya dengan selimut tebal.

"tidur ya".ujar alva sambil mengusap lembut puncak kepala kesya.

"gue ga mau, dan lo mending balik".ujar kesya yang barusaha mengusir pria yang tangah mengusap kepalanya ini.

"ga mau".ujar alva sambil menggeleng lucu.
"tidur sya, lo mau tidur atau gue tidurin".ujar alva dengan senyum denvil nya yang mampu membuat kesya bergidik ngeri.

"gila lo".balas kesya sambil menutup wajahnya dengan selimut, alva yang melihat itu sontak terkekeh geli. Ia menyingkap selimut yang menutupi wajah cantik kesya,dan menatap kesya dengan tatapan lucu.

"sayang,kamu kok gemesin banget si".ujarnya sambil mencubit gemas pipi kesya.

Deg

Lagi-lagi jantung kesya berdetak lebih cepat ketika mendengar kata sayang dari seorang alva radito mahendra yang terkesan kasar dengan wanita bahkan pernah memukulnya waktu kejadian dikantin beberapa hari lalu.

Tinggalkan jejak.

ALVA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang