Thirty Seven

13.5K 2.7K 46
                                    

Ara meneguk ludahnya saat Raja Panas berjalan mendekat ke arahnya. Semakin raja itu mendekat ke arahnya, maka semakin panas aura yang Ara rasakan. Wajah Raja Panas terlihat sangat mengerikan dengan kobaran api yang menyelimuti seluruh tubuhnya.

Ara berbalik, hendak berlari agar tidak ditangkap oleh musuh bebuyutan kerajaannya itu.

"Arrrggghhhhhhh!!" pekik Ara saat Raja Panas mengarahkan serangan ke arahnya. Ara memegang dadanya. Jantungnya terasa sakit setelah terkena kekuatan yang dikeluarkan oleh Raja Panas. Gadis itu bangkit dari jatuhnya.

"Kau tidak akan bisa lari dariku, Putri." Raja Panas semakin mendekat ke arah Ara.

Gadis itu mengepalkan tangannya kuat. Membaca semua mantra sihir yang dikuasainya. Ara berharap kekuatannya dapat digunakan di tempat ini. Ara benar-benar membutuhkannya atau kalau tidak nyawanya yang akan terancam.

Ara mengarahkan kedua telapak tanganya menghadap ke arah Raja Panas. Matanya terpejam karena fokus membaca mantra-mantra sihirnya. Ara terkejut saat kekuatan dahsyatnya tiba-tiba keluar. Raja Panas terjatuh ke belakang karena itu.

Ara melihat kedua tangannya tak percaya. Ia tersenyum bangga. Rupanya, kekuatan sihirnya dapat digunakan di sini.

"Sial," ujar Ara saat Raja Panas ingin membalas kekuatannya. Tak mau kalah, Ara pun kembali mengumpulkan kekuatan supernya.

"Hiyaaaaaaa!!!!" Ara mengarahkan kembali telapak tangannya ke Raja Panas. Gadis itu tertawa senang saat sinar biru ajaib miliknya berhasil membuat Raja Panas terpental jauh ke belakang.

"Kau pikir bisa mengalahkanku dengan semudah itu?" tanya Ara lalu tersenyum miring. Raja Panas kembali bangkit. Ara kembali bersiap mengeluarkan kekuatan supernya.

Sinar merah milik Raja Panas beradu dengan sinar biru milik Ara. Keduanya sama-sama berusaha untuk bertahan masing-masing. Ara berjuang mati-matian agar sinar birunya dapat menembus sinar merah milik Raja Panas.

"Arrrghhhhhhhh!!" pekik Ara kesakitan. Gadis itu terbatuk hingga mengeluarkan darah mengotori telapak tangannya yang sebelumnya sudah terluka. Ara memegang dadanya. Jantungnya terasa semakin sakit.

"Mau menantangku, gadis kecil?" Raja Panas mendekat ke arah Ara yang tersungkur di atas tanah. Baju yang gadis itu kenakan telah dikotori banyak darah. Raja Panas meremat rambut Ara hingga membuat gadis itu memekik kesakitan.

Rasa panas dan sakit menjalar di kulit kepalanya. Ara merasakan pusing yang sangat hebat. Seluruh tubuhnya terasa lemas akibat kekuatan yang dirinya keluarkan. Air mata gadis itu mulai mengalir.

"Menyerahlah kepadaku, Putri Dingin." Raja Panas semakin mencengkeram erat rambut Ara. Seolah-olah ingin melepaskan rambut gadis itu dari kepalanya.

Ara merasa marah. Tangannya mengepal mencoba untuk mengumpulkan kekuatan. Gadis itu membaca mantra di dalam hati. Mencoba menguatkan diri walaupun tubuhnya semakin melemah.

Ara tersenyum miring. Sepertinya, ia akan berhasil. Kekuatannya muncul lebih hebat dari sebelumnya. Efek dahsyat yang ditimbulkan membuat Raja Panas terlempar jauh darinya. Bahkan beberapa pohon di sekitarnya ikut tumbang karena kekuatannya.

Ara segera memanfaatkan keadaan. Gadis itu melangkah pergi dengan kaki yang terseok-seok. Beberapa kali dirinya tersandung ranting pohon hingga membuat lututnya ikut terluka. Penampilannya benar-benar kacau kali ini. Ara tidak tahu lagi harus berbuat apa.

Ia menatap ke belakang untuk memastikan apakah raja sialan itu telah sampai di dekatnya atau belum. Ara sedikit merasa lega saat dirasa belum ada tanda-tanda kedatangan Raja Panas.

Ia memutuskan untuk bersembungi di balik pohon yang begitu besar. Ara memejamkan matanya. Mengistirahatkan tubuhnya yang terasa sakit semua. Di saat-saat seperti ini Ara mengingat ibunya. Wanita cantik itu pasti akan merawatnya ketika sedang sakit.

"Ibu ..." lirihnya pilu.

"Uhuk." Ara kembali terbatuk darah. Gadis itu memegang perutnya yang terasa nyeri juga lapar. Dari kemarin siang hingga sore ini Ara belum menyentuh makanan sama sekali.

"Mau ke mana kamu?"

Ara terkejut melihat keberadaan Raja Panas yang muncul secara tiba-tiba di depannya. Ara yang duduk di atas tanah bergerak mundur ke belakang. Tubuhnya gemetar saat menatap mata Raja Panas yang menyala merah terang.

"Ingin merasakan sapuan lembutku?" tanya Raja Panas dengan seringaiannya.

Ara tahu yang dimaksud bukanlah seperti yang dikatakan. Melainkan Raja Panas ingin kembali menyakitinya.

Ara menutup wajahnya di antara lutunya yang ditekuk. Matanya terpejam erat saat tubuhnya terlempar beberapa meter dari tempat sebelumnya. Kepalanya menghantam keras batang pohon di belakangnya.

Ara mencoba untuk bangun, tetapi daya tubuhnya benar-benar hampir habis. Ia bisa merasakan cairan kental yang mengalir dari keningnya. Ara menangis kesakitan.

"Bukankah itu menyenangkan?" Raja Panas tertawa sadis. Ia kembali melayangkan kekuatan hebatnya ke arah Ara hingga membuat tubuh gadis itu terlempar ke dalam jurang yang begitu dalam. Menghantam bebatuan hingga membuat kepalanya merasakan sakit yang amat hebat. Dunia seolah berputar. Tubuh Ara seolah mati rasa. Ia masih bisa melihat Raja Panas kembali mendekat ke arahnya sebelum gelap benar-benar menguasainya.

****

Seluruh teman-teman Pangeran membantu pemuda itu untuk mencari keberadaan Ara. Pangeran dan juga Arka terkejut setelah mendapat kabar dari Tante Riri kalau Ara sama sekali belum pulang. Perasaan tidak enak Pangeran sedari tadi terbukti. Pemuda itu langsung keluar dari rumah sakit dan mengadakan rapat dengan Geng Handsome.

Dokter yang menanganinya juga beberapa suster terkejut setelah memeriksa keadaan Pangeran. Selama dia mengabdi sebagai dokter, belum pernah ada pasien ajaib seperti Pangeran.

Beberapa teman Pangeran berpencar untuk mencari keberadaan Ara. Sikap gadis itu yang ceroboh membuat Pangeran dan Arka khawatir dengan keadaannya saat ini. Apalagi hari yang sudah mulai petang.

"Gue takut dia kenapa-napa di luar sana," ujar Pangeran di tengah-tengah perjuangannya mencari keberadaan Ara. Matanya tidak mengizinkan untuk melewatkan satu titik pun tempat yang dilewati. Pangeran benar-benar teliti.

Pemuda itu memutuskan untuk berhenti terlebih dahulu. Ia menggunakan motor milik Mark karena motornya masih berada di bengkel. Pangeran mendial nomor seseorang.

"Halo? Gimana? Udah ketemu belum?" tanyanya tanpa basa-basi sama sekali.

Terdengar helaan napas dari seseorang yang dirinya hubungi.
"Belum. Gue udah nyari ke mana-mana. Tapi Ara belum ketemu juga."

"Gue juga sama, Ka," balas Pangeran kepada Arka. Ia memutuskan panggilan sepihak.

Pangeran mengacak rambutnya kesal. Mengapa ia tidak berpikiran untuk mengantarkan Ara saja tadi pagi? Lagi pula dirinya juga sudah sembuh sejak bangun dari tidurnya. Memang benar, penyesalan selalu datang di akhir.

Mata tajam milik Pangeran menerawang ke depan. Perasaan khawatir benar-benar menguasainya. Tidak peduli dengan dirinya yang baru saja sembuh dari sakit. Yang Pangeran butuhkan sekarang hanyalah Ara.

"Gue harap, lo baik-baik aja, Gil," ujarnya terdengar berat.

Sementara di tempat lain, Arka juga merasakan kesedihan yang sama seperti Pangeran. Matanya menyorot sendu ke depan. Arka tidak ingin ada hal buruk yang terjadi kepada Ara.

Lagi-lagi helaan napas berat keluar dari mulutnya. "Lo dimana sih, Ra?"

****

_1038 kata_

Putri Dingin (Lengkap) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang