Twenty Six

16.5K 3.2K 72
                                    

Selesai latihan drama, Arka, Ara, dan juga Pangeran bergegas menuju kantin sekolahan yang masih buka walaupun hari sudah petang. Banyak siswa-siswi yang akan tampil di acara ulang tahun SMA Arjuna, jadi mereka juga latihan seperti ketiga remaja itu. Setelah membeli minuman, mereka duduk di salah satu tempat yang terdapat tiga kursi. Cukup untuk mereka.

Ara yang kehausan pun meneguk habis minuman isotoniknya. Gadis itu menatap Pangeran yang sedang asyik bermain HP. Benda gepeng yang selalu dibawa orang-orang. Ara masih tidak tahu apa gunanya benda itu.

"Kamu ini bodoh sekali. Apakah kamu belum menghafalkan naskahnya?" tanya Ara mengingat beberapa kesalahan yang Pangeran lakukan saat berlatih drama tadi.

Pemuda itu menatapnya. Tangannya beralih mengambil minumannya lalu menegukknya hingga tersisa setengah. "Urusan gue banyak. Waktu buat ngehafal naskah cuma dikit," balas Pangeran jujur. Akhir-akhir ini memang dirinya sibuk. Apalagi mamanya yang sedang sakit.

"Atau kamu mendadak lupa gara-gara berakting denganku?" Alis Ara bergerak naik turun menggoda Pangeran.

"Ogah! Emang lo siapa sampai bikin gue grogi?" tolak Pangeran mentah-mentah.

"Aku?" Ara menunjuk diirnya. "Aku Ara, makhluk paling cantik di mana-mana," balasnya seperti biasa.

"Yang nanya!" tukas Pangeran.

"Perasaan kalian ribut mulu," celetuk Arka yang sedari tadi hanya diam saja.

"Dia yang mulai!" tuding Pangeran menunjuk Ara.

Tidak terima dengan tuduhan Pangeran, Ara pun dengan kesal meninju hidung mancung pemuda itu agak keras. Pangeran hanya bisa mengumpat dalam hati sembari mengelus hidungnya yang memerah. Ara benar-benar makhluk yang kurang ajar.

"Arka, kamu tidak usah mempercayainya. Sesat," ujar Ara kepada Arka. Pemuda itu mengacungkan jempolnya tanda setuju dengan perkataan Ara.

"Dasar dua cunguk!" ujar Pangeran. Pangeran jadi semakin yakin kalau Ara adalah seorang dukun. Mengingat kejadian kemarin membuatnya semakin yakin. Jangan-jangan Arka baik kepada Ara gara-gara disihir gadis itu?

Pangeran bergidik ngeri. Sepertinya Ara memang bukan gadis sembarangan. Ia tidak ingin disantet olehnya. Apalagi Ara sepertinya memiliki dendam kesumat kepadanya.

"Ka," panggil Pangeran.

Ara yang penasaran pun melihat ke arah Pangeran yang ingin berbicara dengan Arka.

"Apa lo liat-liat?!" ujar Pangeran tidak suka. Pemuda itu menutup sebelah wajahnya agar Ara tidak melihatnya berbicara.

"Ayo gue rukiyah," ujar Pangeran karena dia yakin kalau Arka sudah dipengaruhi sihir dukun. Alias Ara.

****

"Nanti malem, mau ikut gue pergi?" tanya Arka menawari Ara.

Ara mengetukkan jari di pelipisnya. Kebiasaannya ketika sedang berpikir. Sepertinya, Tante Riri akan mengizinkannya. Wanita itu juga mengenal Arka dengan baik. Menerima ajakan dari Arka sepertinya tidak ada salahnya.

Tanpa lama-lama akhirnya Ara menganggukkan kepalanya.

"Ke mana?" tanya Ara yang merasa penasaran.

"Pertandingan," ujarnya.

Ara mengerutkan kening. "Pertandingan apa?" tanyanya.

"Balapan. Malam ini Pangeran yang main," jawab Arka.

"Balapan? Apa maksudnya?" bingung Ara.

Arka tertawa kecil. "Nanti juga tahu. Jam 8 malem gue jemput," ujarnya.

Putri Dingin (Lengkap) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang