Chapter 22

1.1K 178 43
                                    

Ayo votes dan comment biar aku semangat!^^

Warning: this chapter contains violence, adult scene, and may contains something unexpected!

.

.

.

Namjoon mengeratkan tali kekang, ia memasukkan beberapa potong roti ke dalam kantung kecil yang digantung pada sadel kudanya. Ia mengerling kearah Taehyung dan menemukan pemuda itu sedang mengusap matanya sembari menguap lebar.

Taehyung terlelap selama satu jam penuh, dan perkataan Yoongi benar adanya. Selama 60 menit pula, Taehyung tertidur seperti orang mati. Matanya terkatup rapat, seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan di dalam jiwanya.

Taehyung kelelahan.

Dalam hati, Namjoon merutuki kebodohan dan keegosiannya. Jika saja Namjoon bersikeras untuk berangkat tepat setelah Taehyung datang, kemungkinan besar lelaki berparas tampan itu akan tumbang pada saat perjalanan.

Dalam hati Namjoon bersyukur karena Yoongi jauh lebih peka dibandingkan dengan dirinya. Lagipula, waktu satu jam tidak terlalu lama. Namjoon yakin Seokjin baik-baik saja, ia harus yakin.

"Aku akan ikut,"

Yoongi melenggang kearah kandang kudanya. Melihat hal tersebut, Namjoon dengan gesit menghalau Yoongi, "Tidak. Kau tidak akan pergi kemana-mana"

Yoongi mengernyit, "Kenapa? Aku ingin membantu"

Namjoon menggeleng, "Tidak, Yoongi. Aku tidak ingin melibatkan lebih banyak orang. Semakin banyak orang yang terlibat, tanggung jawabku untuk melindungi kalian semakin besar. Aku tidak ingin mengambil resiko"

"Tetapi dengan jumlah yang lebih banyak, kita bisa menghentikan—"

"Tidak," Namjoon menggeleng, "Jumlah tidak menjamin sebuah keberhasilan. Rencana yang matang dan taktik yang cerdas akan lebih berpengaruh dibandingkan dengan jumlah orang"

Yoongi mengatupkan bibirnya, lantas memandang Namjoon dengan tatapan kosong.

Namjoon mendesah, ia menepuk pundak Yoongi dengan pelan, "Sungguh, aku sangat berterimakasih atas kemurahan hatimu, Yoongi. Kau sangat baik," Namjoon tersenyum disela-sela kalimatnya, "Tetapi aku tidak ingin kau terlibat. Kehilangan Namu pasti sudah cukup berat bagimu. Aku tidak ingin kau bertaruh nyawa, sedangkan kau tidak memiliki tanggung jawab apapun terhadap Seokjin."

Namjoon meremas lengan Yoongi, "Membiarkanku dan juga Seokjin untuk tinggal beberapa hari disini sudah sangat cukup, Yoongi. Aku benar-benar berterimakasih padamu."

Yoongi berdecih pelan, "Kau sama saja seperti Namu. Selalu melarangku ini itu."

Namjoon terkekeh, "Mungkin aku dan Namu berbagi pola pikir dan sifat yang sama"

Yoongi mendongakkan kepalanya, lantas mengangguk, "Baiklah jika itu maumu. Bebaskan Seokjin untuk saudaraku. Namu begitu mencintai Seokjin, dan sekarang kau juga mencintainya," Yoongi menjeda, "Jadi, tolong selamatkan Seokjin. Untuk saudaraku, dan juga untukmu"

Namjoon mengangguk paham, walaupun kata-kata 'selamatkan Seokjin untuk saudaraku' terasa sedikit aneh di telinga Namjoon, namun ia tetap tersenyum. Bagaimanapun, Yoongi telah berbaik hati untuk berbagi tempat dengannya dan juga Seokjin. Namjoon masih tahu sopan santun, dan ia tidak ingin mengecewakan Yoongi.

UtopiaWhere stories live. Discover now