Chapter 9

966 180 35
                                    

Ayo votes dan comments biar aku semangat!^^

.

.

.

"Ini tidak baik"

Ken bergerak gusar di teras depan rumahnya, ditemani oleh Namu yang memandanginya dari depan. Jujur, Namu juga sangat gusar. Kelewat, malah.

"Sial. Kenapa kau tidak membawanya keluar dari Utopia, Ken?"

Ken memandang Namu, "Kau pikir ini mudah? Membawanya pergi?"

Ken berdecak keras sembari menggigit jemarinya, "Jika ya, memangnya kemana aku harus membawa Seokjin? Sejak balita dia sudah tinggal disini, Namu"

"Yoongi," sela Namu, "Pemuda itu kembali ke Lakuna setelah tahu rahasia gelap Utopia"

Ken mendesah keras, "Bagaimana kondisi petani-petani itu? Mereka sudah berhenti menggoda Seokjin?"

"Ya," Namu memotong, "Karena aku membawa Seokjin ke gudang di utara, mereka bukan menjadi masalah lagi. Jungkook memberitahuku bahwa semuanya aman terkendali"

"Bagus" Ken mengangguk-anggukkan kepalanya, "Seharusnya semuanya baik-baik saja. Kau awasi Seokjin, awasi semuanya. Aku tak ingin Seokjin... kau tahu apa maksudku"

Namu mengangguk, rasa cemas menggerayangi dadanya, "Aku akan membawanya pergi keluar Utopia jika sesuatu terjadi padanya"

"Tidak-tidak," Ken menggeleng, "Biar aku saja"

"Kau gila? Kau anak dari pemimpin besar dan kau ingin menyelamatkan Seokjin? Kau cari mati?!"

"Sialan, Namu! Aku tidak punya pilihan lain—"

"Ada aku," potong Namu, "Aku akan menyelamatkannya"

Ken memicingkan matanya, "Untuk apa? Mengapa kau begitu peduli dengan Seokjin? Seharusnya aku yang menjaga Seokjin, bukan kau"

"Keparat, tidakkah kau mengerti?! Kau adalah Ken, anak pemimpin besar! Tidakkah kau mengerti maksudku? Seharusnya justru kau yang menyiksa Seokjin, bukan malah menyelamatkannya"

Ken sontak mencengkram kerah baju Namu, mendorong Namu ke dinding rumah, dan menatapnya tepat pada manik dongker milik Namu, "Hentikan omong kosongmu."

Napas Ken yang memburu menyentuh kulit wajah Namjoon. Sialan, jika ada seseorang yang melihat mereka begini, tamatlah Ken.

"Lepaskan. Bahaya jika orang melihat kita begini"

Ken dengan terpaksa melepaskan cengkramannya, lalu melempar Namu ke sisi kiri.

Namu memandang Ken tak suka sembari membelai lehernya, dan membenahi kerah bajunya, lalu berdeham, "Sekarang giliran aku yang bertanya. Mengapa kau begitu peduli pada Seokjin?"

UtopiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang