Chapter 8

891 189 34
                                    

Ayo votes dan comments biar aku semangat!^^

.

.

.

Jungkook mondar-mandir di depan dipan kayu, sedangkan Namjoon duduk tertunduk, tak kuasa memandang Jungkook yang sedang dikuasai amarah.

Kedua tangan Jungkook mengacak rambutnya frustasi, giginya bergemeletukan sementara sorot matanya dipenuhi rasa ketidakpercayaan.

Bagaimana bisa Namjoon nekat masuk kedalam sana? Sendirian? Apakah peringatan darinya dan juga Taehhyung selama ini tidak cukup?

"Beruntunglah karena aku yang menemukanmu, Namjoon. Jika orang lain, aku tidak yakin kau akan duduk manis di dalam rumah sekarang"

Namjoon tersenyum sinis, "Lagipula, apa yang kau lakukan selarut itu di dalam aula? Memahat patung? Melukis?"

Jungkook tersenyum pahit, "Tidak, keparat. Aku akan meminjam permadani dari dalam gudang aula. Tetapi aku melihat pintu mimbar yang terbuka sedikit, kukira seseorang sedang melakukan pengecekan," Jungkook mengulum bibirnya, "Tetapi itu kunciku yang tergantung di pintu. Dengan pita merah bermotif kupu-kupu. Karena itulah, aku turun kebawah untuk memeriksa"

Namjoon tampak tak begitu peduli, sedangkan Jungkook menatap Namjoon begitu tajam seakan siap untuk melubangi kornea mata pemuda tersebut.

"Ini tidak akan terjadi lagi, aku sudah memperingatkanmu untuk menjalani hidup normal disini, Namjoon"

Namjoon diam seribu bahasa. Ia tahu Jungkook benar, dan bagaimana Jungkook serta Taehyung mewanti-wantinya untuk tidak terlibat dalam masalah, karena itu hanya membawa Namjoon pada malapetaka.

Namjoon berterimakasih pada mereka, sungguh. Namun tidak begini caranya, tidak disaat ada seseorang yang membutuhkan pertolongan dibawah sana. Namjoon tidak peduli jika semuanya menentang peraturan yang ada. Yang Namjoon tahu, hal ini salah. Peraturan ini salah. Dan Namjoon akan memperbaiki keadaan.

"Kau adalah warga baru dan kumohon jaga tingkahmu. Aku tak ingin berurusan dengan pemimpin besar"

Jungkook akhirnya berhenti tepat di depan Namjoon, memandangnya lekat-lekat hingga mampu membuat dada Namjoon dipenuhi rasa bersalah.

Pukul berapa ini? Mungkin 2 dini hari. Sudah tidak begitu banyak warga Utopia diluar, walaupun masih ada beberapa yang terlihat terjaga sembari menikmati suasana malam sunyi di teras mereka.

"Aku berusaha membantunya, Jungkook"

Jungkook berdecak keras, lantas merebahkan tubuhnya pada kursi dipan di hadapan Namjoon dengan kasar, "Demi Tuhan, Namjoon! Tidak akan ada yang bisa menyelamatkannya, dan tidak akan ada satupun orang yang mau!"

Kini giliran Namjoon yang memandang Jungkook dengan tatapan membunuh, seakan-akan Jungkook adalah seorang iblis tanpa hati yang tega menyakiti orang.

"Aku akan menyelamatkannya, dan kau tidak akan bisa menghentikanku"

"Namjoon, kumohon, berhenti! Ini akan menjadi sangat berbahaya!"

Namjoon naik pitam, saat itu juga Namjoon merasa seluruh dunia menolak kehendaknya, menolak kebaikannya. Namjoon merasa seluruh dunia sedang melupakan keberadaan Seokjin, melupakan memori serta kenangan pria indah tersebut.

"Kau bukan siapa-siapaku, Jungkook. Sekarang hentikan omong kosongmu dan aku akan tidur"

Namjoon beranjak, hendak menuju kamar tidurnya saat Jungkook berucap, "Ini rumah Seokjin"

UtopiaWhere stories live. Discover now