Chapter 1

1.9K 246 22
                                    

Ayo votes dan comments biar aku semangat!^^

.

.

.

Namjoon terbelalak kaget begitu kelopak matanya terbuka lebar. Sinar matahari yang begitu terik menyeruak masuk menerobos masuk kornea matanya.

Jantungnya berdegup dengan cepat, sementara napasnya terengah.

Ia sedang berbaring di dalam kamarnya.

Sontak, Namjoon beranjak dari tidurnya, mengusap wajahnya sembari duduk di sisi ranjangnya.

Hal apa yang menimpanya semalam?

Yang Namjoon ingat hanyalah sebuah pemukiman berukuran sedang, dipadati oleh bangunan-bangunan bernuansa klasik, serta seorang lelaki berkulit putih yang menuntunnya untuk memasuki pemukiman indah itu.

Apa katanya? Utopia?

Namjoon terperanjat begitu dering ponselnya berbunyi dengan volume yang cukup keras, buru-buru dirinya meraih telepon genggamnya.

Park Jimin.

"Kau!"

Namjoon berjengit seraya memejamkan matanya karena teriakan Jimin yang terdengar begitu nyaring dari seberang sana, "Aku mencoba menghubungimu puluhan kali!"

Huh?

"Benarkah?"

"Benarkah?" Jimin tergelak—terdengar mencibir Namjoon, "Kau lihat ini jam berapa? Kau bilang ingin makan siang denganku hari ini. Aku menghubungimu puluhan kali karena semalam kau berkata merindukan diriku dan juga Hoseok."

Namjoon menggaruk rahangnya, terlihat sedikit bingung dengan perkataan Jimin. Namjoon mengalihkan pandangannya kearah jam dinding—lantas ia terkejut, dengan mulutnya yang menganga lebar.

Jam satu siang?!

"Bagaimana bisa sudah jam satu siang?!"

"Harusnya aku yang bertanya padamu, bodoh!" Jimin menggertak, "Kau ini sedang apa? Hibernasi? Berlatih untuk mati? Kau tidur selama 16 jam!"

Tidak mungkin.

Namjoon baru saja kembali dari tempat itu. Ia mengingatnya dengan jelas. Angin sepoi malam yang membuat kulitnya meremang, bara api di sisi jalan setapak, rumah-rumah klasik yang ditumbuhi ilalang disekitar dindingnya.

Ia sedang berkeliling dengan pria berkulit putih itu—lalu entah bagaimana, Namjoon tersadar kembali, dengan kondisi dirinya terbaring diatas ranjang.

Atau, tepatnya, ruh Namjoon memutuskan untuk kembali ke dalam raganya.

Menakutkan.

Yang membuat kepala Namjoon dijalari rasa pening saat ini yakni, satu detik yang lalu ia masih menikmati bintang bertebaran diatas langit, lalu dalam sekejap, sinar matahari hangat tengah menerpa kulitnya?

"A-Ah—" Namjoon mendengar deru napas Jimin, "Maaf. Aku bangun kesiangan"

"Sejak kapan? Kau selalu bangun jam enam pagi dan melakukan sedikit peregangan otot"

"Aku hanya terlalu mabuk. Bukan masalah besar"

Jimin berdecak, "Kau ingin aku kesana? Tampaknya kau sedang tidak baik-baik saja"

UtopiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang