Chapter 13

892 185 22
                                    

Ayo votes dan comments biar aku semangat!^^

.

.

.

Seokjin menundukkan wajahnya, tak bernyali sama sekali bahkan hanya untuk mendongakkan kepalanya.

Seokjin terus menggeliat, berusaha melepaskan genggaman Namjoon yang merekat pada pergelangan tangannya.

Namjoon sinting. Hanya itu yang dapat Seokjin pikirkan. Ia telah menolak mentah-mentah ajakan gila tersebut, namun Namjoon bahkan tidak perlu membantah perkataan Seokjin kembali. Pria sinting itu menarik pergelangan Seokjin secara paksa, tanpa persetujuan Seokjin.

Bagaimana Seokjin dapat percaya pada manusia aneh ini?

"Sudah kubilang, kau perlu belajar untuk percaya padaku, Seokjin"

Namjoon berujar tanpa memandang Seokjin yang kini kewalahan untuk berjalan demi menyetarakan langkahnya dengan Namjoon. Demi Tuhan, Seokjin tidak pernah keluar dari neraka itu selama bertahun-tahun.

Seokjin merasa gembira, tentu saja. Namun pada saat yang bersamaan, jantungnya bertalu-talu tak karuan, telapak tangannya memproduksi keringat dingin yang terlampau berlebihan, bahkan badannya gemetar ketakutan.

Seokjin takut jika seseorang melihatnya tengah melarikan diri, walaupun untuk sementara.

"Namjoon, aku bersumpah—"

"Tenanglah, cantik. Orang-orang itu sedang bersuka cita, mereka sedang berpesta. Tidak akan ada yang memedulikan kita"

Cantik?

Bulu kuduk Seokjin meremang begitu ia mendengar kata 'cantik' terlontar dari bibir Namjoon. Berani-beraninya Namjoon memanggilnya seperti itu?

"Jangan memanggilku cantik"

Namjoon mengalihkan pandangannya pada Seokjin, lalu sudut bibirnya terangkat sinis, "Oke, sekarang aku sadar bahwa pria yang sedang kugandeng ini memiliki sisi menakutkan"

Seokjin memutar bola matanya tak suka, "Kau pikir aku lemah? Simpan pemikiran busukmu itu, Namjoon. Aku cukup tangguh, kau harus tahu itu"

Namjoon terkekeh, "Ya, ya, tuan," Namjoon terus melangkah, sembari menggenggam tangan Seokjin, seakan pria itu akan hilang jika Namjoon melepaskan genggamannya, "Beri aku bukti bahwa kau pria yang tangguh"

Seokjin bergeming, lalu berdeham, "Arena pacuan kuda dulu menjadi rumah keduaku"

Namjoon mengernyitkan dahinya, "Oh, ya?"

Seokjin mengangguk keras, "Aku ahli berkuda, Namjoon. Banyak warga Utopia yang belajar berkuda dariku"

Namjoon melengkungkan kedua sudut bibirnya kebawah, "Aku tidak percaya padamu"

Seokjin mendengus kesal, "Kau menyebalkan."

Namjoon tidak menghiraukan perkataan Seokjin, ia terus melangkahkan kakinya menjauhi hiruk pikuk pesta di dalam pusat kota. Sesekali Namjoon celingukan, waspada apabila seseorang dapat melihat aksi gilanya ini.

UtopiaWhere stories live. Discover now