22

62K 3.9K 122
                                    

Author pov

Riller mengkhawatirkan Zalina yang tidak sadarkan diri, Riller mengelus pelan pipi Zalina dengan gerakan sehalus bulu angsa.

Di usapnya pelan seakan akan Zalina sangatlah rapuh serapuh sayap kupu kupu.

Riller takut jika tadi sedikit saja ia terlambat...bahkan Riller tidak berani membayangkan...karena hal itu...terlalu buruk untuk dibayangkan.

Entah kenapa melihat Zalina di rengkuhannya saat ini ia seakan kehilangan jiwa nya, ia merasakan sakit yang sangat hebat. Jantungnya berdebar kencang hingga rasanya mau meledak, Riller benci melihat Zalinanya tidak berdaya Wanitanya tidak dalam keadaan baik baik saja.

Tepukan di pundak kiri Riller membuat nya memaksakan diri untuk melihat siapa yang berani menyentuhnya.

(note: babang Riller kan nggak bisa bahasa indo nih...jadi pas dialog antara babang riler sama Radit dan juna itu pakai bahasa ing. Ya😉)

"Berikan dia padaku" ujar Radit dengan nada yang dingin dan tegas

"siapa kau!" balas Riller tidak kalah dingin

"siapa aku bukan urusanmu! Berikan Zalina padaku biar aku yang menggendongnya"

"berani sekali kau! Kau pikir kau siapa? Aku tidak akan menyerahkan Zalina padamu!"

"sialan! Justru aku yang bertanya siapa kau!"

Radit mencoba merebut Zalina secara paksa dari Riller

"jauhkan tangan kotormu!" timpal Riller

"tangan kotor kau bilang? Seharusnya kau yang berkaca siapa yang kotor...kau atau aku! Pria sepertimu apa tidak tahu yang namanya salon! Rambutmu bahkan terlihat seperti rambut wanita!" Radit memandang Riller dengan sorot mata meremehkan.

"kau membahas Rambutku? Sebegitu pentingkah penampilan dimatamu! Lalu menurut mu kau terlihat lebih baik? Kulit mu saja terlihat seperti daging gosong yang terlalu lama dipanggang!" delik Riller 'ohh yang benar saja ia meremehkan rambut ini? Dasar bocah kurang ajar' benak Riller

"hei tuan-tuan...hentikan perdebatan kalian yang tidak penting! Berikan Zalina padaku jika kalian lebih memilih berdebat dibandingkan membawa nya ke rumah sakit!" Juna mengeluarkan suara baritonnya agar perdebatan antar pria terhenti

"siapa lagi kau? Tidak cukup kah ada satu pecundang dan kini kau ingin bergabung menjadi pecundang sama seperti pria malam ini?" tanya Riller sinis

"maksudmu apa? Dasar pria kaukasia!" ujar Radit tidak terima akibat julukan yang diberikan oleh Riller yaitu 'pria malam'

"hentikan...kalian terlalu kekanak- kanakan, bersikap lah dewasa! Kalian sudah dewasa bukan? Atau kalian adalah anak kecil yang terjebak di tubuh pria dewasa?"

"bagus jika kau tidak berniat memperkeruh keadaan...kau yang menyetir" Riller merogoh kunci mobil di saku kirinya, sedangkan tangan kanannya menjaga Zalina tidak terjatuh lalu melemparkan kunci tersebut pada Juna

"mobil mu? Kenapa harus mobil mu! Hei juna...kembalikan kunci pria kaukasia itu! Gunakan mobilku!" Radit tidak setuju menggunakan mobil Riller

"mas Radit kan nggak bawa mobil!" Maya mengingatkan Radit pasalnya Radit membawa motor bukan mobil

Radit seketika memucat
Ia berbicara sesuatu yang mulutnya dahului sedangkan otaknya belum berkerja, inilah yang dinamakan berbicara sebelum dipikir.
Lain kali Radit akan berpikir dahulu sebelum berbicara.

"Ayo...ke mobil!" Juna membuka pintu Merlion dan menahannya agar Riller bisa keluar dengan mudah seraya menggendong Zalina.

Ketika Riller telah lewat...Juna segera melepaskan tahanan pintu dan berlari menuju mobil, Radit yang berada di belakang Riller terhantuk pintu yang tertutup dengan sendirinya.

My Baby [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang