Tiga Puluh Dua

Mulai dari awal
                                    

“Biarin!”

Hanya butuh beberapa menit untuk Reyhan membersihkan dirinya sekaligus berganti pakaian di kamar mandi. Tak seperti Reyna yang begitu lama didalam sana. Terkadang Reyhan berpikir, cewek yang suka berlama-lama dikamar mandi itu sebenarnya melakukan apa saja? Melamun kah? Menyanyi kah? Lari Marathon kah? Atau semuanya benar? Aish, cewek memang rumit.

“Ehh tunggu tunggu!!!” jerit Reyna begitu melihat suaminya yang hendak naik ke ranjang.

“Apaan?”

“Kamu mau ngapain?”

“Ya tidur lah,” sahut Reyhan enteng.

“Disini?”

“Ya.”

“Satu ranjang?!”

“Kenapa? Ini kamar aku, ranjang aku.” jelas Reyhan mengingatkan. “Berhak dong?”

“Iya sih..” jawab Reyna kikuk. “Ya.. tapikan aku juga mau tidur disini,” lanjut nya.

“Yaudah tinggal tidur.”

”Kamu di sofa aja kek,”

Reyhan mengangkat sebelah alisnya. “Kalo nggak mau gimana?”

“Ya harus mau!”

“Nggak!”

“Harus!”

“Nggak mau!”

“POKOKNYA HARUS MAU!!!”

“Diam atau aku cium?!”

Deg.

Hanya 4 kata yang keluar dari mulut Reyhan, mampu membuat cewek itu diam terpaku. Dengan sedikit melotot.

Reyhan terkekeh, “Kok diam?”

“Nggak mau aku cium nih?” goda Reyhan. Kini Reyna kembali ke alam sadarnya. Menggelengkan kepala sejenak.

“Iihh harus mau Reyhan! Ini demi kebaikan bersama.” celetuk Reyna.

Sungguh ucapan nya membuat Reyhan menjadi ambigu, ”Kepentingan bersama?” Reyhan mengulang dua kata terakhir ucapan Reyna.

Cewek itu kelabakan sendiri. Bingung harus menjawab bagaimana. Aish, dia kesal sendiri. Apa iya laki-laki dihadapan nya sekarang tak mengerti apa maksud perkataan nya?

“Masa kamu nggak paham sih?!” ketus Reyna.

Sebenarnya Reyhan paham. Paham sekali apa yang cewek itu maksud. Tapi dirinya sengaja berpura-pura tak paham. “Oh.”

Cowok itu tertawa renyah. “Aku nggak akan sentuh kamu.”

“Bener ya?”

“Iya.”

“Janji?”

“Janji.”

Reyhan menahan rasa kesalnya setengah mati. “Udah kan? Aku ngantuk.”

Dengan cepat, Reyhan berniat merebahkan tubuhnya diatas ranjang, tepat disebelah kiri Reyna. ”Ehh tunggu..!!”

“Apalagi?!”

“Guling ini aku pakai buat pembatas.” tutur Reyna sembari membenarkan posisi guling di tangannya.

“Jadi, masing-masing dari kita nggak ada yang boleh melebihi batas yang aku buat. Oke?” beo Reyna seperti burung Kakatua dan burung Beo.

Reyna AprilliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang