Empat Puluh Enam

807 38 2
                                    

“Janganlah kamu menciptakan harapan tinggi jika pada akhirnya akan menyakiti dirimu sendiri”

🍀🍀🍀


“Mama..” panggil gadis cantik nan manis, Kiara Laudya.

Tita sebagai sang ibu menoleh ke sumber suara. “Kenapa sayang?”

“Kia kangen Om Bryan sama tante Reyna.” adu Kiara yang memasang wajah polosnya.

Gadis cantik berambut panjang itu lebih merapatkan jarak duduknya dengan sang ibu. Tita tersenyum kearah Kiara.

“Kia kangen Om sama tante?”

Kiara mengangguk iya.

“Kangen Om Rey juga,”

“Kalo Kia kangen sama mereka, Mama harus melakukan apa, hm?” tanya Tita seraya memindahkan Kiara ke pangkuannya.

Kini posisi mereka berdua saling berhadapan. Kiara yang duduk dipangkuan sang ibu semakin menunjukkan mimik wajah yang menandakan bahwa dirinya menginginkan sesuatu.

“Mama harus telpon tante Reyna, Om Bryan juga di telpon.”

“Telpon mereka?”

“Iya Mama.”

Tap tap tap

“Papa barusan denger ada yang merengek pengen telpon Om sama tantenya. Bener Ma?” Sakha yang baru datang langsung ikut nimbrung antara ibu dan anak yang sedang berbincang ini.

“Iya Pah. Kia katanya kangen sama Om Bryan, tante Reyna dan Om Reyhan.” sahut Tita mengungkapkan.

“Ayok Pah telpon tante Reyna dong.” pinta Kiara dengan suara dan nada yang menggemaskan. “Habis itu telpon Om Bryan.”

“Sekarang udah malam waktunya bobo sayang. Telpon nya besok aja ya, lagipula pasti Om sama tante kamu udah bobo.” tolak Sakha lembut. Seketika raut wajah Kiara berubah 180°.

Selain ekspresi nya yang berubah, bibir gadis kecil itupun dimajukan beberapa centimeter, mirip seperti bebek.

Tita yang melihatnya terkekeh menahan tawa. “Iihh kok manyun manyun sih? Kia jadi mirip bebek kalo begitu.”

“Pah masa Mama bilang Kia mirip bebek, berarti Kia bertelur dong?” oceh Kia tak terima disebut mirip seperti bebek oleh ibunya sendiri.

“Emangnya Kia bertelur ya Pah?”

“Kalo Kia bertelur serem dong ya?” beo Kiara.

“Kayaknya bukan cuma mirip bebek deh. Kia juga bakalan mirip kayak ayam kalo sampe Kia bertelur.”

“Terus ntar suara Kia berubah jadi 'kwek kwek' sama 'kukuruyuk'. Kia gak mauuuuuuu..”

Kiara terus bermonolog membuat Sakha tertawa terbahak-bahak mendengar ocehan demi ocehan dari anaknya itu. Selain Sakha, Tita pun ikut tertawa terbahak-bahak karena ocehan Kia yang lama-lama makin melantur.

Kiara memasang muka tak suka karena kedua orang tuanya masih tertawa terbahak-bahak. “Iihh Papa sama Mama kok malah ketawain Kia sih? Kia ngambek nih.”

Kia menenggelamkan wajahnya di dada Tita sambil memeluk wanita itu dari depan. Spontan Tita mengelus kepala Kiara dan berhenti tertawa.

“Maaf sayang, Mama cuma bercanda.” ucap Tita seraya mencium puncak kepala anak perempuan nya.

“Papa minta maaf juga ya cantik?” Sakha ikut menambahkan.

Kiara mengangkat wajahnya, menatap Sakha dan Tita bergantian. “Papa sama Mama bakal Kia maafin tapi ada syaratnya.”

Reyna AprilliaWhere stories live. Discover now