꒰ 🍷 "18♡ᵎ hesitant

11.7K 1K 20
                                    

yg belom follow akun guweh, kuyy lah takeiteasypren!

d e l a p a n b e l a s. Hesitant

Rekor nggak ketemuan selama seminggu.

Juni sampai beri applause sama dia yang bisa tahan nggak ketemu Zav hampir sembilan hari! Dan ini hari yang ke sepuluh.

Seminggu itu mereka cuma saling chat-an, bahkan telpon dan sleep call juga cuma dua atau tiga kali seingat Juni. Malamnya Zav cuma selalu kirim pesan singkat selamat malam, terus besoknya kalau bukan Juni yang chat duluan, cowok itu bisa hilang kabar seharian.

Nah, sekarang Juni lagi duduk manis di halte depan kantornya, menunggu Zav yang katanya mau jemput. Pertama kali setelah seminggu akhirnya mereka bisa pacaran lagi.

Seminggu ini Juni heran. Ini dia yang betah di rumah apa Zav yang terlalu lama main di luar sampai bisa gitu mereka nggak ketemuan sama sekali selama seminggu padahal rumah juga saling hadap - hadapan??

Juni sampai memutar kembali ingatannya, gimana dia yang bolak - balik ngeliat ke jendela, memastikan motor Zav ada di rumahnya apa tidak. Mau manggil, nggak tahu kenapa Juni malu. Pernah sekali itu dia diledekin tetangganya yang lagi nyapu di halaman rumah, bilang Juni manis banget sampai nyamperin pacarnya ke rumah. Jadi siap itu Juni kapok, nggak mau lagi manggil Zav kalau mereka belum ada janjian.

"Mbak?" Muncul suara dari depannya. Benar saja. Di depannya kini sudah ada cowok keren dengan kotak yang dia pegang. "Boleh tanya?"

"Oh, iya boleh. Maaf, maaf, tadi saya nggak denger," Juni meringis kecil, menyadari bahwa cowok ini sudah sejak tadi berdiri di depannya. "Mau tanya apa, Mas?"

"Ah nggak apa. Saya juga agak ragu tadi mau nanya ngeliat Mbaknya lagi senyum - senyum, takut ngeganggu." Dia tertawa kecil yang membuat Juni semakin malu.

"Duh," dalam hati berujar pasti orang ini berpikir Juni gila karena senyum - senyum sendiri. Yang tadi itu pasti cuma alasan kalau dia takut ngeganggu, padahal takut Juni beneran gila! "Jadi malu saya." Dia terkekeh kecil guna menyembunyikan malunya.

"Jadi itu—"

Zav menghentikan motornya tepat di pinggir trotoar, depan halte tempat Juni menunggu. Ceweknya itu langsung melambai padanya dan melempar senyum. Zav kemudian melihat Juni mengangguk pada cowok di depannya yang langsung pergi tepat ketika Zav turun dari motor.

"Hey," Juni menyapa dengan ceria. Malah dengan santai mendudukkan diri di bangku halte, menepuk kursi di sampingnya untuk Zav. "Sini."

"Siapa tadi?" tanya Zav langsung.

Juni menaikkan alisnya, kemudian menggeleng. "Bukan siapa - siapa," dia lalu menarik lengan Zav dengan senyum mengembang. "Duduk dulu ih!"

Zav menurut. Dia duduk di samping Juni. Mungkin Juni tidak sadar dengan Zav yang sedari tadi menatapnya tajam, menuntut banyak sejak cowok itu baru sampai tadi, tetapi Juni kepalang senang duluan melihat Zav setelah lebih dari seminggu.

"Kangen banget tau," kaki Juni yang menggantung itu berayun - ayun. "Lo nggak kangen gitu sama gue? Kok muka lo biasa aja sih," Juni cemberut.

"Lo tadi senyum,"

"Hah?" Juni langsung diam mengoceh.

Zav mendelik, tidak mau menatap Juni. "Ngapain tadi sama dia?" Dia bertanya dengan nada paling tajam yang menusuk telinga Juni.

"Apa sih, Zav? Ini lagi ngomongin yang mana sihh?" tanya Juni bingung. Alisnya sampai menekuk melihat ekspresi Zav yang agak tegang.

Zav terkekeh kecil, tetapi tidak membalas pertanyaan Juni. Beberapa detik mereka diam, sampai suara Juni menginterupsi, seolah dia baru teringat sesuatu.

Juni Mega & The CrushWhere stories live. Discover now