꒰ ✨ "16♡ᵎ rain effect

12.3K 1.1K 26
                                    

☔ e n a m b e l a s. Rain Effect

"Ya oke aja, asal orangnya elo."

Balik Juni yang menarik sudut bibirnya. Dia bisa melihat kedutan geli Zav, oh, jadi cowok ini berniat mengerjakannya ya? Awas aja, Juni nggak akan baper.

Now is revenge.

"Kalau bukan gue, gimana? Gue nggak bolehin ya lo tanggung jawab anak orang karena bikin mereka baper." Juni menyelipkan rambutnya angkuh. "Tanggung jawabnya ya sama gue aja."

Zav terkekeh kecil. "Kan gue bilang, asal orangnya elo, Juni Mega cantiknya aku."

Sial. Sial. Sial. Rencana Juni gagal total!

Senyum tertekan karena digoda abis - abisan sama brondong pula terulas di wajah cantik Juni. Lama - lama bisa sakit jantung gue kalau begitu terus, Zav!!

"Kita lagi bahas Kiani kenapa melenceng kemana - mana sih? Bawa - bawa tanggung jawab segala lagi??"

Zav menarik dagunya, menggigit pipi Juni yang tembam. "Siapa yang mulai, hm? Siapa, siapa?"

"Aku yang mulai, heheh!" Juni tersenyum polos seperti anak kecil yang habis berbuat ulah. "Udah, ah. Gue mau cerita nggak siap - siap kalau lo godain mulu tauuu." Dia memukul lengan Zav yang daritadi diam.

"Lah elo ngelantur mulu," balas Zav.

Juni tersenyum sabar. "Bisa tidak kita lanjut ceritanya? Lama - lama gue lupa nih. Mau bahas Kiani aja halangannya kayak hubungan gue sama doi."

"Hubungan sama doi mana lagi dah?" tanya Zav agak kesal dari nadanya.

"Perumpamaan doang, Bos. Sorry, keceplosan gue," Juni memukul pelan mulutnya, kemudian terkekeh geli melihat wajah Zav yang lempeng banget.

Mata Zav memicing curiga. "Beneran ada yang lain gue jual ke temen gue yang tadi nih. Awas lu," ancamnya. Cowok Juni itu tampak merajuk sekarang.

"Kagak astagaaa! Nggak percayaan banget??"

Zav mendengus lagi, mendengus terus. Juni sampai hapal kebiasaannya yang satu itu.

Pembahasan membahas Kiani dan bocil ayah bundaan seketika lenyap begitu saja. Berganti dengan Zav dan Juni yang meributkan hal - hal kecil, berujung Zav yang pundung dan Juni yang makin gencar menggodanya.

"Hujan," kata Juni di tengah - tengah pembicaraan.

Tiba - tiba dia merenung. "Jemuran gue udah diangkat tadi apa belom ya?" Juni menopang dagu memikirkan rumah karena ibu dan ayah pergi lagi. Sementara Tio jelas tidak bisa diharap.

Dia tiba - tiba melihat ke arah Zav sambil tersenyum, sementara tangannya masih menopang dagu. "Pulang, yuk."

"Kan hujan," kata Zav. "Lupa bawa mantel," dia melirik motor hijaunya yang terparkir di samping, tidak payah memindahkan karena posisinya yang teduh.

Juni cengengesan sendiri. "Mandi hujan? Hehehe."

Zav mengulum bibirnya. Dia mengacak - acak rambut Juni lalu berlagak menggigit cewek itu. "Bisa nggak Jun sehari aja dah, sehari," katanya gemas.

"Apaaa Zav?" Juni terkikik kecil.

Zav menghela napas pelan, bagaimana ya cara memberi tahu anak kecil ini? Kalau Zav itu nggak kuat, nggak kuat kalau dia gemesin terus..

"Pulang ah," dia tiba - tiba berdiri.

Juni spontan ikut berdiri. Wajahnya bingung dan sedikit terkekeh. "Ish, yang bisa nggak sehari aja tuh apa? Selesain dulu lah ngomongnya, Zav ih!"

Juni Mega & The CrushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang