"Lo kok kayanya marah banget saat penganggum lo berhenti ngirim makanan di kolong meja? Emang apa rasanya Nya, penasaran atau seneng?" tanya Sifa saat berjalan di koridor bersama Anya menuju kantin.

Anya mengangguk dengan senyuman manisnya. "Mungkin keliatannya gue marah?" tanya Anya. Sifa mengangguk mantap.

Bibir Anya membentuk senyum manis sambil menatap lurus kedepan. "Hm ... gue ngerasa jadi orang spesial saat ada yang peduli sama hal sederhana kaya gitu, awalnya si gue penasaran sama pengirim itu, tapi makin lama penasaran itu hilang. Orang tersebut membuktikan ke gue peduli itu nggak harus memiliki bahkan harus kenal, dari dia juga gue belajar peduli ke orang sekalipun kita nggak dekat."

"Peduli dengan sesama?" tanya Sifa. Anya mengangguk.

Saat sudah sampai kantin, Aldo tiba-tiba memanggil Sifa untuk piket kelas, jadi ia sarapan sediri di kantin.

Anya mengaduk baksonya. "Pagi, Jingga." Sapa Kevin.

"Kevin?" ucap Anya terkejut. Bibir Kevin begitu terlihat pucat.

Kevin mengambil aqua yang berada di tengah meja lalu membukanya. "Kevin sakit?" tanya Anya ragu-ragu.

Kevin menoleh pada wajah Anya. "Keliatannya?"

"Bibir Kevin pucet." Jawab Anya. Kevin meneguk air lalu mendekati telinga Anya.

"Karna lo." Ucap Kevin.

"Ha-hah?" tanya Anya gelapan.

Mata Kevin menatap Anya. "Gue akhir-akhir sering banget ngerasain sakau, nahan itu rasanya sakit."

"Nahan?"

"Nahan buat nggak pake narko-"

Anya membekap mulut Kevin, kemudia melihat ke sekeliling dengan wajah panik, Kevin malah tersenyum tipis melihat Anya takut. "Shuttt, diem. Lagian kenapa nggak rehab aja?"

"Lo nggak mau nemenin gue, Jingga." Balas Kevin, Anya diam seribu bahasa. Wajahnya jadi terlihat tegang.

Kevin menghela nafas lalu tertawa kecil sambil mengusap rambut Anya. "Temenin gue makan aja deh sekarang di sini." Kata Kevin.

                           🐟🐟🐟

Bule pindah duduk dekat Kale, mereka tak punya niat untuk pergi ketempat biasa, ditambah Jawa yang sedari tadi sudah menempel dengan meja dan tangan yang dilipat menjadi bantal.

"Anisah ngebalas cht dari dulu tentang guru ngajinya nggak?" tanya Bule.

Kale menggeleng. "Lo sendiri belum di bales?"

Bule ikut menggeleng. "Kayanya dia lagi ada problem, tapi ya kenapa nggak niat cerita ke gue?"

Ah sial, Kale dibuat harus berbohong dalam situasi semacam ini. "Kalaupun dia ada masalah mungkin lagi nunggu tenang buat cerita sama lo."

Bule menghela nafas. "Tapi nggak tahu kenapa, dari kemarin gue ngerasa feeling gue ga baik tentang keadaan Anisah."

"Cuma feeling aja kali." Jawab Kale.

Sudah tiga hari berlalu Anisah mengacuhkan Bule. Rasanya kecurigaan pada Kale kian mendatangi pikiran Bule.

Setelah bel pulang berbunyi Kale bergegas menjemput Anisah yang menunggunya di pinggir jalan.

"Gimana perkembangannya?" tanya Kale pada Anisah yang duduk di sebelahnya.

"Membaik." Jawab Anisah tanpa menoleh.

Kale ternyata mengajak Anisah menikmati eskrim di tepi danau. Tenang sekali rasanya.

"Makasih." Ucap Anisah sambil memakan eskrimnya.

KALE [END]Where stories live. Discover now