18

672 41 5
                                    

Don't forget to VOTE and COMMENT before you read.

Don't forget to VOTE and COMMENT before you read

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ignore the typos.

Your Playlist:
Lie - Sasha Sloan.

°°°°°°°°°°°
Hitchens Palacio - Berlin.Germany.
23:40PM

Jonathan mengerutkan keningnya saat ia rasakan tubuh kecil Elena menggeliat di dalam pelukannya. Ia membuka mata, kemudian menunduk untuk melihat wanita itu yang ternyata masih terpejam, wajah cantik dan polosnya sangat menggemaskan di terpa cahaya remang dari luar jendela. Jonathan tersenyum tipis, menarik selimut sedikit ke atas menutupi pundak polos wanitanya.

Jonathan berniat kembali memejamkan matanya, karena entah mengapa kantuk sangat menyerangnya malam ini. Sepertinya ia membutuhkan lebih banyak waktu untuk lelap. Tetapi niatnya itu tidak berjalan dengan baik, saat bunyi bip pada alat di telingannya terdengar.

"Maaf mengganggu anda Tuan Muda." Jonathan mendesah berat mendengar suara di seberang sana.

"Pemilihan waktu yang buruk Andreas."

"Sekali lagi aku sungguh minta maaf Tuan. Tapi ini perintah dari Mr. Hitchens, beliau bilang kau harus segera ke ruangannya saat ini juga."

"Daddy?? Kenapa dia tidak langsung menghubungi ku?" Jonathan mengernyit.

"Mr. Hitchens bilang anda tidak mengaktifkan fitur komunikasi DEMON anda, Tuan." Jawab Andreas membuat Jonathan langsung menyadari bahwa ia memang lupa menyalakan koneksi keluarga nya itu.

"Yasudah, aku akan segera ke sana."

Setelah komunikasi berakhir, Jonathan menghela nafasnya. Kembali menoleh pada Elena yang masih tertidur tenang. Ia menarik tangannya perlahan dari bawah kepala Elena. Bergerak sangat hati-hati agar tidak mengganggu wanita itu yang sedang bermimpi indah. Sampai akhirnya ia sudah sempurna turun dari atas ranjang, Jonathan berjalan mengambil kimono hitam nya. Sebelum keluar membuka pintu, ia kembali menoleh pada Elena, dan tersenyum tipis.

°°°°°°°°°

Lampu menyala otomatis saat Jonathan memasuki ruangan besar itu, kosong. Cahaya biru pada dinding samping layar teater menyala terang. Membuat Jonathan menekan tombol di dinding sampingnya, sampai kemudian bangku bangku teater terbalik, berubah menjadi meja dengan penuh komputer yang sudah menyala otomatis. Bersamaan dengan layar teater yang menyala, dan langsung menampilkan wajah Argent sangat besar besar di layar sana.

"Jangan teledor lagi untuk tidak mengaktifkan alat komunikasi mu, Jo. Itu sangat penting!" Suara Argent membuka pembicaraan. Jonathan hanya menaikan kedua alisnya.

"Apa kau sudah tiba?" Jonathan bertanya basa basi.

"Menurutmu?" Itu bukan Argent, tetapi ada seorang pria lebih muda, tubuh tinggi dan besarnya nampak di layar berdiri tepat di belakang Argent. Melihat itu Jonathan mengangkat ujung bibirnya.

PLAN to be DISASTERWhere stories live. Discover now