Chapter 39

1.3K 266 6
                                    

Kini sepasang Paman-Ponakan itu sedang duduk tepat di depan rumah minimalis milik Keluarga Judith.

Waktu menunjukkan pukul 11 malam, sudah cukup lama mereka berdua hanya duduk berdampingan dalam diam.

Jennette masih menangis, entah kenapa ia menangis, ia juga tak tau alasannya. Air matanya itu terus terusan keluar tanpa ampun.

Sementara William hanya terdiam, menatap keponakannya yang sedang dalam suasana sedih. Ia tidak berani bertanya, yang ada nanti malah memperburuk suasana.

Haahh, niat hati ingin menghirup udara malam malah mendapati keponakannya yang sedang menangis tak jauh dari rumahnya.

"Jennette....."

"Ingin masuk ke dalam....?", tawar William.

Jennette yang masih terisak menggeleng pelan, "Tak apa, sebentar lagi juga aku akan pulang"

'Ke tempat Alphaeus huh? Aku jadi penasaran apa yang mereka lakukan pada Jennette sampai gadis ini menangis seperti ini', batin pria itu.

Wooshhh

Angin bertiup kencang, menerpa sepasang keponakan yang tengah duduk, uhh semakin malam udara semakin dingin.

Sepertinya pun akan segera turun hujan, kalau berlama lama diluar yang ada mereka berdua akan masuk angin.

"Jennette, ayo masuklah ke dalam, udara di luar dingin"

Jennette menggeleng tanda menolak akan tawaran William.

"Ayolah Jennette, kau bisa sakit. Masuklah, paman akan menyediakan teh dan cookies untukmu", Jennette masih menggeleng.

"Ayolah Jennette, paman mohon....", William memelas.

Akhirnya Jennette pun mengangguk setuju, mereka berdua pun akhirnya masuk ke rumah sederhana milik Keluarga Judith.

"Tuan, anda belum pulih total, tolong kembalilah ke kamar"

"Aku hanya ingin mencari angin segar di luar, sudahlah tak a-"

Pria tua itu menghentikan ucapannya pada pelayan pria di sampingnya dan menatap terkejut ke arah Jennette. William yang menyadari hal itupun dengan cepat memperkenalkan Jennette pada ayahnya.

"A-Ayah perkenalkan ini Jennette, putri kakak"

Jennette menundukkan sedikit kepalanya dan menarik kedua ujung gaunnya sebagai tanda hormat, "Selamat malam..... Baron Judith"

Jennette memanggil William dengan sebutan 'Paman',  haruskah ia memanggil Baron Judith 'Kakek'? Uhh entahlah, ia tak ingin salah berucap.

"K-Kenapa dia bisa berada disini William?", tanya Baron.

Baron Judith tentu terkejut dengan kedatangan Jennette yang tiba tiba, ditambah dengan wajah gadis itu yang tampak habis menangis. Membuatnya semakin terkejut nan bingung.

Tapi ia juga senang, di dalam dirinya itu tersirat rasa senang. Akhirnya ia bisa melihat anak yang dilahirkan oleh mendiang putrinya itu. Untuk pertama kalinya Baron bisa melihat cucunya, setelah 15 tahun.

"Err... Itu....", William tampak kebingungan bagaimana cara menjelaskan hal ini pada ayahnya.

Dilihatnya Jennette pun enggan menjelaskan bagaimana ia bisa berada di sini.

Baron Judith yang melihat hal itu pun dengan segera mengalihkan topik. "Bagaimana kalau kita duduk bersama di ruang tamu? Horan, cepat bawakan teh dan camilan", ujar Baron Judith.

"A-Ah, baik Tuan, dengan segera", setelahnya pelayan yang bernama Horan itu segera pergi meninggalkan ketiga orang itu disana.

"Ayo Jennette"

Jennette [Suddenly I Became A Princess]Where stories live. Discover now