30. Dark Sky

Mulai dari awal
                                    

"Kok lo songong? Apa-apaan lo begitu?" Bastian tidak terima.

"Iya, gue songong. Ya udah, mau gimana lagi?" Daren menyahut. "Lo ajak aja yang lain. Gue ga mau join."

Sedetik kemudian Laskar mencuri perhatian Bastian karena dia bergegas menghampiri Daren yang sudah tiba di pintu. Laskar mengikuti jejak Daren, ia berseru, "Gue ikut, Ren!"

"Laskar! Kalo lo ninggalin markas ini, gue bakal langsung coret nama lo dari list Kazute!" Bastian mengancam.

Laskar sempat terdiam dengan rasa dilema, tapi pada akhirnya ia tetap berpihak pada Daren. Mereka keluar dari markas secara bersamaan, menimbulkan kemarahan besar dari Bastian yang langsung melempar kursi ke arah pintu.

"LO BERDUA ANJING! KO***L!" maki Bastian.

"LO BERDUA ANJING! KO***L!" maki Bastian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⚪️ ⚪️ ⚪️

Lila kedatangan tamu yang tak diundang. Tamu itu sudah meminta izin pada Dara untuk bicara berdua dengan Lila. Sayangnya Dara mudah sekali percaya pada orang asing hanya karena Syadza bertutur amat sangat lembut padanya.

Pintu kamar kembali tertutup ketika Syadza masuk ke kamar rawat Lila. Terlihat Lila sedang melamun sambil tiduran. Satu tangannya memainkan selimut, ia remas-remas ringan.

"Hai, Lila." Syadza menyapa. "Gimana, udah baikan, belom?"

Lila sama sekali tak menoleh meski ia tau kehadiran Syadza di sini. Lila bersikap seakan hanya ada dirinya di kamar ini, karena dengan begitu Lila merasa jiwanya lebih tenteram.

Syadza menggeser kursi ke dekat brankar lalu duduk di sana. Ia bergerak terhati-hati sambil menyentuh perutnya yang berisi makhluk kecil. Senyum Syadza nampak ramah, memancarkan aura ibu hamil.

"Sori gue nggak bawa apa-apa. Tadinya mau beli buah, tapi tokonya tutup. Katanya sih penjualnya lagi pulang kampung," tutur Syadza.

"Gapapa kan gue cuma bawa diri?" lanjut Syadza yang sebenarnya ia tau tak akan ditanggapi Lila.

Untuk mencegah rasa canggung yang makin pekat, Syadza berniat langsung membahas topik yang ingin ia sampaikan untuk Lila. Biarlah Lila tak merespons, Syadza yakin telinga Lila masih berfungsi baik.

"Gue ketemu Langit di kampus. Baru pertama kali ngobrol sama dia, gue langsung ngerti kenapa lo bisa tergila-gila sama Langit." Syadza berkata.

"Ternyata orangnya dewasa banget kalo lagi serius. Omongannya nggak asal. Bonusnya, dia cakep parah," tambah Syadza.

Ternyata topik ini cukup kuat mengambil perhatian Lila. Cewek itu mengedip dan sedikit menoleh ke arah Syadza. Suaranya pelan saat bertanya, "Ngapain lo temuin Langit?"

"Mau gue jadiin pacar baru." Syadza menyeletuk yang membuat Lila secepat itu memanas.

Dalam sekejap Syadza tertawa, tapi ia meredamnya dengan cara membekap mulut. Lalu ia berucap, "Bercanda kok! Jangan langsung marah."

ALAÏA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang