Terjadi hening. Epot tersenyum kecut untuk mencairkan suasana. "Masa iya keluar Bu, jangan gitu lah. Ibu wanita pasti paham kalau setiap anak punya mimpi buat tetap sekolah sekalipun anaknya berandal kaya Jawa dan Bule." Jawab Epot tanpa menyebut namanya.

Bule menyikut kesal perut Epot. "Iya Bu, jangan salah, kita juga punya mimpi, apa Ibu tega cita-cita Epot untuk menjadi tukang somay pupus karena dipecat dari sekolah?"

Mulut Epot membelalak. "Le apaan si lo." Bisiknya kesal.

"Ya, maksud gue jadi bos tukang somay." Jawab Bule yang masih tidak bisa diterima oleh Epot.

"Iya deh, lo berdua yang jadi karyawan somay gue." Kata Epot tak mau kalah.

"Eh, sialan lo!" tandas Jawa sambil menjitak kepala Epot.

"Masa muka kanebo kaya lo jadi bosnya, nggak setuju lahir batin gue!" kata Bule.

"Heh, jaga mulut lo." Kesal Epot. Mereka bertiga jadi sibuk sendiri, menghiraukan Ibu dan Pak Dandi.

"Masa iya mulut dijaga, lo kira rumah orang kaya." Celetuk Bule.

"Nggak kebayang ah mulut Bule di jagain dua satpam." Sekat Jawa. Ketiganya terdiam.

"Hahahah!" lalu tertawa lepas membayangkan apa yang Jawa katakan.

Tamu di rumah Anya pun tiba, mereka memilih untuk makan bersama dilanjut dengan mengobrol santai di ruang tengah, nama tamu Ayah itu Alpan. Wajah nya seperti tak asing di mata Anya.

"Oh, om juga punya anak seusiamu." Ucap Alpan.

"Perempuan?" tanya Anya sopan.

"Laki-laki, tampan. Tapi sedikit agak urak-urakan." Jelasnya singkat, semua hanya bisa tertawa kecil. "Kata nya dia mau kesini pulang sekolah."

"Serius, om? Anya jadi penasaran deh." Jawab Anya.

Bel istirahat berbunyi, tapi mereka bertiga masih betah berurusan dengan perpus. Hukuman nya lumayan melelahkan. Kale datang ke perpus membawa tiga botol minuman.

Epot menghela nafas lelah. "Saik ah, Kale emang paling pengertian." Ucapnya lalu mengambil aqua yang Kale simpan di sebelahnya.

"Satu nya dua puluh ribu." Balas Kale.

"Heekkkk!" Epot tersedak. "Et, itungan amat." Lanjut Epot.

Jawa ikut menghampiri Kale, lalu membuka minumnya. "Pot sini bawain gue air." Kata Bule memerintah, Epot langsung menurut dan mendekati Bule.

Jawa menoleh pada Kale wajahnya dari semalam terlihat murung, padahal kemarin ia pasti bersenang-senang dengan Anya.

"Wa, apa benar lama kelamaan rasa itu bakalan hilang?" tanya Kale.

Jawa menoleh lalu terdiam beberapa detik. "Ya nggak lah, masih gengsi buat damai?" tanya Jawa diiringi tawa kecilnya. "Kuncinya cuma satu, jangan menyimpulkan apa yang kita lihat sebelum mendengarkan penjelasannya. Lo harusunya udah paham soal begini Le, kadang yang merusak hubungan itu bukan orang baru, tapi kesalah pahaman yang enggan mendengarkan sebuah jawaban." Tutur Jawa membuat Kale sedikit paham.

"Itu ngapain si, sidang isbat atau lagi bahas rahasia negara. Serius amat." Celetuk Epot. Kale langsung memasang wajah datar.

Semua anak berhamburan keluar kelas saat bel pulang berbunyi, Jawa keluar lebih dulu. Ia hanya ingin cepat bertemu Najwa.

Setelah mengambil bunga pesanan, Jawa meluncur menuju rumah sakit. Bunga itu di bawa oleh beberapa orang karena memang ukurannya cukup besar, di situ juga tertulis. 'Cepat pulih Najwa' ditambah menggunkan bunga yang dibentuk love.

KALE [END]Where stories live. Discover now