Side Story 4 (A Beautiful Gift Named Wei Xiao Yu)

8.1K 817 36
                                    

Happy reading and-
Enjoy~
.
.
.


Itu adalah bulan pertama setelah dirinya melarikan diri dari negara asalnya.

Wei Wuxian hidup terasing dinegara yang juga asing baginya.

Ia tak memiliki siapapun disini.

Dirinya hidup sendirian ditengah orang-orang asing-

dengan janin yang terus tumbuh dalam perutnya.

Wei Wuxian tidaklah sekuat itu.

Terkadang, ada waktu dimana dirinya merasa frustasi dan putus asa-

Ada waktu dimana dirinya berpikir untuk menyusul kedua orangtuanya saja dibanding harus bertahan dengan hidupnya yang sudah hancur.

Bagaimanapun, Wei Wuxian hanyalah remaja dengan mental yang mudah rapuh, meski berapakalipun ia berusaha kuat dan lapang dada menerima takdirnya,

Namun tetap saja..

Itu terlalu berat untuk dia tanggung sendirian.

Wei Wuxian menyenderkan kepalanya pada permukaan kaca jendelanya, rasa dingin menjalar hingga kehatinya yang sudah membeku.

Gemericik hujan yang menampar permukaan kaca semakin membuat pikirannya kusut tak karuan.

Seperti halnya roll film yang diputar acak, kepalanya kembali mengingat waktu yang dia lalui bersama Jin Zixuan.

"Kenapa sulit sekali." Bisiknya lirih sambil membenturkan kepalanya, berharap bisa menghapus bayangan pemuda itu dari pikirannya, meski ia tau, itu mustahil.

Jin Zixuan adalah satu-satunya orang yang memahaminya, Wei Wuxian yang naif bisa dengan mudah menggantungkan hidup pada pemuda Jin itu, bahkan rela memberikan segalanya.

Wei Wuxian sudah mempercayai pemuda itu dengan sepenuh hatinya,

Dan kemudian, Jin Zixuan dengan mudah menghancurkannya hingga lebur tak bersisa.

Pada akhirnya Wei Wuxian kembali ditinggalkan dalam kubangan gelap dan sunyi sendirian,

Bahkan kali ini lebih dalam dan menyakitkan dibanding ketika ia kehilangan orangtuanya dulu.

Tangan kurusnya mengelus permukaan perutnya yang masih rata, mata abu-abu yang biasanya berbinar ceria telah tergantikan oleh tatapan kosong, wajah yang biasanya berekspresi jenaka telah luntur oleh rasa lelah dan frustasi.

Wei Wuxian seolah telah kehilangan hidupnya.

"Baby, apa kau ingin bergemu kakek dan nenek?" Wei Wuxian kembali mengelus perutnya, ia menunduk menatap perutnya dengan tatapan teduh.

"Pasti menyenangkan berkumpul bersama mama dan papa disana, mereka pasti sangat senang saat bertemu denganmu." Air mata Wei Wuxian sudah menggenang dipelupuk matanya.

Mental dan fisiknya sudah sangat lelah.

Dia pikir, dengan melarikan diri ke negara asing akan membuatnya lebih baik.

Namun nyatanya tidak.

Wei Wuxian malah semakin terpuruk hari demi hari.

"Ugh- hiks." Pemuda Wei itu terisak, dadanya terasa terhimpit dan sesak. Telapak tangannya mengepal kuat untuk mengurai rasa sakit yang mendera dengan begitu hebat.

Siapapun, kumohon tolong aku!

Dirinya membatin frustasi.

.
.

Seminggu setelah hari itu keadaan Wei Wuxian semakin buruk.

Tubuhnya kurus dan kulitnya semakin pucat.

A Boy Named Wei WuxianWo Geschichten leben. Entdecke jetzt