08

8.8K 1.3K 69
                                    

Waktu menunjukan pukul satu dini hari.

Wei Wuxian membuka pintu kamarnya pelan dan memastikan rumah itu sudah sunyi.

Ia berjalan mengendap menuruni anak tangga.

Dihadapannya berdiri sebuah pintu yang terbuat dari kayu mahogani yang kokoh. Lampu didalamnya masih menyala, dan ia bersyukur akan hal itu.

Tok tok

Ia mengetuk pintu itu pelan.

"Masuk." Sahut suara didalam sana.

Wei Wuxian membuka pintu dan menemukan Jiang Fengmian yang tengah duduk dikursi kebesarannya.

Selama ini, tuan besar Jiang itu memang jarang sekali tidur dikamar utama bersama Madam Yu.

Ia lebih sering menghabiskan waktunya di ruang kerja seperti ini.

"A Xian, kau darimana saja tadi? Kenapa tidak bergabung?" Tanya Jiang Fengmian, lelaki itu tersenyum hangat dan mengisyaratkan pemuda dihadapannya untuk duduk.

Wei Wuxian menurutinya, ia hanya tersenyum canggung sambil menggaruk belakang kepalanya.

"Aku ketiduran. Lagi pula aku harus menyelesailan hukuman yang guru Lan berikan padaku." Ia menjawab dusta.

Jiang Fengmian tertawa kecil, sudah paham dengan tabiat nakal putra angkatnya itu.

"Dan apa yang kau inginkan? Tidak biasanya kau menemui paman disini."

Mendengar itu Wei Wuxian kembali gelisah.

Ia ragu akan permintaan yang ingin ia sampikan.

"A Xian?" Jiang Fengmian bertanya khawatir ketika pemuda itu hanya diam sambil menggigit bibirnya kecil. Tampak kalut akan sesuatu.

"Paman, kau pernah bilang bahwa kau akan memberikanku kuasa atas peninggalan orangtuaku ketika aku sudah dewasa." Ia mencicit, merasa tak enak karena telah berkata demikian pada Jiang Fengmian.

Pria itu tertawa kecil, "apa kau pikir kau sudah dewasa?"

Wei Wuxian semakin menggigit bibirnya gugup.

"Paman pikir A Xian masih anak-anak. Kau masih seperti A Xian berusiq sembilan tahun." Pria itu kembali tertawa kecil.

Wei Wuxian memberanikan diri menatap paman Jiang, dan perasaan bersalah semakin menenggelamkannya tatkala senyum lembut itu tertuju padanya.

"Tentu saja paman akan memberikannya. Tapi apakah kau sudah siap?" Jiang Fengmian mulai serius.

Wei Wuxian mengangguk.

"Apa yang akan kau lakukan dengan semua itu? Paman bahkan masih bisa membiayai sekolahmu. Kau bisa menyimpan itu untuk nanti, saat kau sudah benar-benar matang."

Wei Wuxian memilin ujung bajunya diam-diam.

"Paman, izinkan aku pergi."

Ini adalah permintannya yang paling berat.

Ia sudah memperhitungkan reaksi Jiang Fengmian yang akan shock seperti ini.

"Apa?"

"Paman kumohon, qku sangat berterimakasih pada paman yang sudah merawatku dengan baik. Tapi sekarang, kumohon, izinkan aku pergi."

Jiang Fengmian menatapnya tak mengerti. Kenapa putranya meminta hal mengejutkan ini secara tiba-tiba?

"Tapi, kenapa?"

Wei Wuxian tak menjawab.

Ia malah terisak pelan membuat Jiang Fengmian panik.

Pria itu menghampiri Wei Wuxian dan memeluknya erat.

A Boy Named Wei WuxianWhere stories live. Discover now