06

10.3K 1.2K 286
                                    

Cahaya matahari mengintip melalui celah tirai yang tak tertutup sempurna.

Dua orang pemuda masih bergelung nyaman dibalik selimut yang kusut.

Salah satu pemuda bergerak tak nyaman, punggung polosnya terasa panas tersentuh cahaya matahari yang mulai meninggi.

Matanya terbuka perlahan, menatap sekelilingnya dengan linglung. Baju berserakan, beberapa bantal dan guling terlempar keatas lantai.

Juga, seseorang yang memeluk dirinya dengan erat dibalik selimut.

Pipi Wei Wuxian memerah parah.

Hari ini tepat sebulan mereka mulai berkencan, dan tentu saja bukan pagi pertama pula ia bangun dalam keadaan begini.

Namun tetap saja, ia masih belum terbiasa.

"Kau sudah bangun?"

Suara serak Zixuan menyapa telinganya. Wei Wuxian berbalik dan menemukan pemuda itu tersenyum sambil mengelus rambutnya lembut.

"Morning kiss."

Wei Wuxian tertawa kecil dan memukul bibir tipis itu dengan tangannya.

"Mandi sana, aku harus segera pulang sebelum Jiang Cheng kembali mengomel kenapa aku tidak pulang semalaman."

Zixuan berdecak, "Kenapa kau tidak jujur saja kalau habis bermalam denganku? Cepat atau lambat dia harus tau bahwa aku adalah kekasihmu."

Wei Wuxian kembali memukul pria itu, "berhenti bicara omong kosong." Ia berjalan ke arah kamar mandi sambil menyeret selimut yang menutupi tubuh polosnya.

Wei Wuxian tak peduli dengan siulan menggoda kekasihnya ketika bahu seksinya terekspos sedikit dari balik kain selimut.

.
.

"Kau dari mana?" Baru saja ia membuka pintu kamarnya, namun suara Jiang Cheng telah menunggunya di atas kasur.

"Pagi A-Cheng!" Ia berusaha menyapa seceria mungkin, enggan diinterogasi lebih jauh oleh si pemuda Jiang.

"Kali ini apalagi alasanmu?" Jiang Cheng bersidekap. Matanya menyorot dingin Wei Wuxian yang salah tingkah.

"Akhir-akhir ini kau lebih sering bermalam diluar bahkan mematikan ponselmu. Apa yang kau lakukan diluar sana?"

Wei Wuxian tidak menjawab, ia merasa tidak enak pada Jiang Cheng karena terus-terusan membohongi pria itu.

"A A Cheng-"

"Apa kau sudah berubah menjadi jalang?"

"JIANG CHENG!!"

Jujur saja, ia tak pernah menyangka kalimat itu akan keluar dari mulut Jiang Cheng.

Ia- merasa sakit hati.

Bagaimana mungkin Jiang Cheng berani berkata seperti itu padanya?

Sedang Jiang Cheng tersenyum sinis, ia menarik tangan Wei wuxian kasar dan melemparnya kearah ranjang.

"Jiang Cheng, apa yang kau lakukan?"

Pemuda itu tidak menjawab melainkan merangkak kearah Wei Wuxian yang kini terpojok. Dengan kasar menarik kaus pemuda Wei itu, memperlihatkan ruam merah di tulang selangkanya.

"Lihat dirimu, benar-benar jalang." Jiang Cheng mendesis, hatinya terasa panas mengetahui orang yang dicintainya melakukan hal sejauh ini dengan orang lain.

Ia telah dibutakan oleh amarah sehingga memaksa Wei Wuxian.

Jiang Cheng berusaha melepas pakaian Wei Wuxian yang memberontak, menarik wajah pemuda dibawahnya untuk dicium.

A Boy Named Wei WuxianWhere stories live. Discover now