2. Perjuangan

301 26 7
                                    

Kacau sudah, hubungannya dengan Derra hancur karena perempuan itu sempat memilih mengakhiri hubungan keduanya dan ini semua karena Hana. Aksa jelas menolak permintaan Derra mentah mentah, hingga akhirnya Derra memutuskan untuk break sementara. Tetap saja, walaupun break Aksa akan merasa sedikit asing jika bertemu dengan Derra.

Hubungan retak keduanya pun sudah tersebar seantreo sekolah. Hal itu membuat Aksa sedikit risih karena banyak murid murid yang ingin tahu hubungannya dengan Derra. Jelas saja semua heboh, karena Aksa dan Derra adalah pasangan serasi yang tidak pernah digosipkan bertengkar. Bahkan guru guru menyetujui hubungan Aksa dan Derra. Aksa yang tampan dan Derra yang cantik bahkan dibandingkan dengan Hana, Derra jauh lebih baik.

"Lo beneran break sama Derra?" tanya Elvin sambil memakan baksonya.

Aksa hanya mengangguk, akhir akhir ini ia jadi sering marah marah.

"Bagus dong," kata Elvin santai.

Aksa menatap tajam Elvin. Mulut sahabatnya ini terlalu bar bar. Bagaimana tidak, Elvin secara terang terangan menunjukkan sikapnya yang tak menyukai Derra jika berpasangan dengan Aksa. Mungkin ada satu hal yang membuat Elvin seperti itu.

"Goblok lo," ujar Deni tak terima.

Lagi lagi Aksa menghela nafasnya, ia sudah capek jika harus mendengarkan kedua temannya yang adu bacot. Seperti tidak ada habisnya, bahkan setiap adu mulut yang mereka permasalahkan adalah hal yang sama. Kalau tidak Hana ya Derra, memangnya mau siapa lagi?

Daripada mendengarkan mereka adu bacot, Aksa memilih untuk mencari tempat lain. Saat itu ia tengah melihat Derra yang sendirian sedang makan di meja paling pojok. Tanpa ragu Aksa menghampirinya dan duduk di depan Derra.

Keduanya sama sama diam hingga suara Aksa memecah keheningan.

"Mau sampai kapan?" tanya Aksa sedih.

Sudah seminggu lamanya mereka break, dan Aksa pun tidak tahu kapan semua ini akan segera selesai.
Sejujurnya Derra juga merasa kesepian, tapi mau bagaimana lagi? Menurutnya ini adalah jalan yang terbaik.

"Kamu percaya sama aku, aku bisa jauhin Hana kalau kamu mau," ujar Aksa, cowok itu tak henti hentinya memohon kepada Derra agar Derra menyudahi semuanya. Aksa merasa kesepian saat Derra menjauhinya. Aksa sayang kepada Derra melebihi rasa sayang untuk dirinya sendiri.

"Kita selesaiin bareng bareng deh, aku janji bakal jauhin Hana," kata Aksa, kali ini ia menggenggam tangan Derra dengan lembut.

Pertahanan Derra akhirnya runtuh, Aksa selalu bisa membuatnya merasa bersalah. Derra sadar ia terlalu egois, tapi Derra hanya tidak mau ada pihak yang tersakiti. Padahal kenyataannya semuanya sama sama tersakiti. Dirinya dan Aksa, apalagi Hana.

"Kamu gak usah jauhin Hana, maaf aku udah egois, lebih baik kita hentikan break ini. Aku ternyata gak bisa jauh dari kamu," ucap Derra jujur. Akhir akhir ini ia tidak mendapat spam chat dari Aksa, makanya ia rindu cowok itu.

Aksa tertawa di tempatnya, sedetik kemudian ia mengacak rambut Derra gemas. Akhinya mereka baikan, ini adalah hal yang Aksa nanti-nantikan. Aksa janji, akan menjaga jarak dengan Hana kalu perlu ia memblokir suluruh akun sosmed Hana.

"Kita baikan," ujar Aksa sambil bersalaman kepada Derra.

Sejak tadi Hana terus memperhatikan keduanya. Rasanya sakit, tapi ia bisa apa? Lagian ia juga tidak berhak untuk melarang Aksa agar menjauhi Derra. Harusnya Hana tahu risiko jika mau mendekati Aksa, harusnya ia siap mental dengan keadaan yang akan datang. Sialnya saat Hana ingin menghapus perasaannya kepada Aksa ia tidak bisa, semakin dilupakan akan semakin teringat.

Hana memutuskan untuk ke menenangkan dirinya, walau perasaannya hancur ia mencoba untuk setenang mungkin. Hana tidak mau jika kedua sahabatnya mengetahui keadaannya yang tidak baik baik saja.

Langkahnya membawa gadis itu untuk tidak menuju ke kelas melainkan ke UKS. Hana membaringkan tubuhnya di atas kasur. Ia lelah karena seharian dihukum guru BK karena terlambat ke sekolah, hukuman berupa membersihkan seluruh toilet SMA Galaksi.

"Kenapa gue bisa sesayang itu sama kak Aksa? Padahal jelas jelas dia gak mau sama gue," gumam Hana pelan.

Hana memejamkan matanya, suasana hati yang kacau membuatnya sedikit malas untuk ke kelas. Hana berpikir, mengapa rasanya sulit sekali hanya untuk dekat dengan Aksa. Kadang ia mengira jika caranya dalam mendekati Aksa salah. Tapi semua cara sudah Hana lakukan agar bisa dengan Aksa dan hasilnya sama. Aksa tidak peduli atau bahkan tidak akan pernah peduli sama sekali.

Ingin rasa membenci tapi hati menolak, ingin melupakan malah terus teringat. Kadang Hana bingung, cara apa yang harus ia lakukan agar ia bisa menghapus perasaannya kepada Aksa. Hana tidak membenci Aksa, hanya saja sikap cowok itu yang seolah-olah ingin Hana membencinya.

Hana melihat jam, ia mendengus lantaran sebentar lagi akan ada jam matematika. Harusnya ada tugas, tapi Hana tidak mengerjakan. Sudah dipastikan sebentar lagi Hana akan dihukum mengingat gurunya yang killer.

Sengaja Hana berjalan dengan lambat, ia hanya ingin menjernihkan pikirannya. Entah mengapa wajah tampan Aksa selalu masuk ke dalam benaknya.

Tiba di kelas Hana langsung duduk di bangkunya dengan wajah ditekuk. Hal itu sontak membuat kedua sahabatnya mengernyit bingung karena tak biasanya Hana bersikap seperti itu.

"Lo kenapa?" tanya Windi yang duduk satu bangku dengan Hana.

Hana menggeleng lesu, moodnya benar benar jelek hingga membuatnya tidak mau mengeluarkan suara. Bahkan yang ia lakukan kini hanyalah diam tanpa suara layaknya boneka manekin.

"Udah gue bilang, kan banyak cowok lain. Kenapa harus kak Aksa sih?" ujar Zia jengkel.

Windi memegang pundak Zia agar Zia tahu batas, karena Windi tahu suasana hati Hana tidak sebagus biasanya. Menyelesaikan masalah harus tenang, tidak boleh ada satu pihak yang emosi.

"Gue gak nuntut diri gue buat suka sama Kak Aksa."

"Rasa suka itu datang tiba-tiba, gue gak bisa ngontrol hati gue buat suka ke siapa. Gue capek sama perasaan ini, asal kalian tahu!" ujar Hana emosi.

Hana bahkan heran kepada dua sahabatnya yang seolah-olah memojokkannya. Padahal perihal rasa tidak ada yang bisa ditebak. Hanya karena Aksa pernah menebenginya pulang sekolah, Hana bisa sejatuh cinta itu kepada Aksa. Hana belajar dari kisahnya, tidak semua bisa berjalan sesuai ekspetasi. Usahanya untuk berpacaran dengan Aksa mungkin hanya ada peluang lima persen, bagaimana tidak, belum nembak saja sudah ditolak.

"Bukan gitu maksud kita," kata Zia sedikit merasa bersalah.

"Han, lo jangan salah artiin ucapan Zia," ujar Windi.

Sementara Hana hanya diam, harusnya ia tidak boleh emosi hanya karena kejadian tadi yang dilihatnya. Hana tak ambil pusing dengan ucapan Zia walau pernyataan sahabatnya itu sedikit menyentil hatinya. Hana tidak mau hubungan persahabatannya renggang hanya karena kesalah pahaman dalam mengartikan suatu ucapan.

"Gue tahu, gue emang bodoh bisa seyakin itu buat dapetin Kak Aksa," kata Hana lirih.

"Han!" tegur Windi.

Windi tidak suka saat Hana malah membodoh-bodohkan dirinya sendiri. Windi adalah orang yang paling peduli kepada kedua sahabatnya.

"Han, maaf kalau kata-kata gue bikin lo kesinggung. Tapi sumpah, gue gak ada maksud apa-apa," ujar Zia tampak menyesal.

Hana tertawa pelan. "Udah lupain aja."

Segampang itu Hana memaafkan seseorang, sifatnya itu diturunkan dari bundanya yang pemaaf.

"Jadi lo masih mau tetep perjuangin Kak Aksa?" tanya Windi.

"Gue saranin jangan, tapi itu terserah lo sih," timpal Zia.

Hana tersenyum tipis, semua orang tahu jika itu senyum palsu. Hana bisa lemah dengan apapun itu yang berhubungan dengan Aksa.

"Rasa ini tumbuh semakin dalam, gue gak bisa lupain Kak Aksa gitu aja. Gue mau berjuang dulu sampai gue bener-bener capek dan memutuskan buat pergi dari kehidupan dia."


TBC.

Vote komen jangan lupaa:)

Next? Komen yaa:)

Jangan siderrr guys:)

SELIR HATI (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang