22 | Di Bawah Hujan

9.7K 857 60
                                    

Vote komen yaa

Mas Aga, perubahanmu benar-benar ingin membuatku menyerah

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.

Mas Aga, perubahanmu benar-benar ingin membuatku menyerah.

You can' t escape your fate. Kalimat itu yang selalu Arunika ingat. Setiap manusia tidak akan bisa lari dari kenyataan hidupnya. Sejauh apapun pergi nasib yang telah digariskan akan selalu terkena. Termasuk takdir mengenai cintanya. Arunika sadar urusan percintaan yang ia timpa sedang di tengah jurang. Memilih menyelamatkan atau melepaskan. Tergantung Arunika yang memilih untuk berjuang.

Namun, tak akan ada perempuan yang ingin hidup sendirian. Berpisah dengan orang yang sudah sepenuhnya ia berikan jiwa. Dan Aga adalah bagian hatinya. Tak bisa ia sangkal, luka yang tergores di sana belum ia sembuhkan, namun cinta tak akan hilang.

Terdengar dramatis sekali, bukan?

Arunika pun tidak tahu hatinya terbuat dari apa. Namun, segumpal darah penuh luka itu sangat-sangat menyayat batin yang menimpa.

Arunika mengeratkan tali totebag yang tersampir di ketiak. Pandangannya tak henti berpendar pada mobil Rush hitam yang sedang mencari celah untuk keluar dari parkiran. Di depan mobil itu ada Meira yang sedang mengendari motor menuju gerbang keluar.

Tak lama itu, Meira berhenti dan membuka helm. “Ka, beneran nggak mau bareng kita?”

“Ya nggak mungkinlah kita bonceng tiga, Mei. Sudah nggak usah pikirin aku.” Arunika mengulum senyum agar teman-temannya ini tak khawatir.

Meira menganguk, lalu menyuruh Aurora agar segera duduk di jok belakang. “But, your husband—”

“Meira, if I keep running away from problems, my relationships won't find a point of convergence. Aku baik-baik aja. Udah sana pulang nggak apa-apa kok, nanti kalau sudah sampai rumah aku kabarin kalian.” Mendorong tubuh Aurora agar segera menaiki motor, Arunika membentuk jemarinya pertanda oke.

Aurora memasang helm dengan pandangan masih melekat pada Arunika. “Beneran nggak mau kita tunggu sampai kamu masuk ke dalam mobil itu? Tapi, Mark Prin tiruan antagonis bukan pulang sendiri lho, Ka.”

Sebenarnya, ia ragu juga. Mobil itu bukan milik Aga, mungkin saja milik kantor yang sengaja dikendari ke sini. Ah, Arunika berharap Aga mengendurkan egonya untuk turun dari mobil tersebut dan pulang bersamanya. Walau Aga masih saja menghindari Arunika, setidaknya dia punya kewajiban terhadap istrinya.

Dan Arunika berusaha berpikir rasional. Suaminya tak akan setega itu. Sudah lebih dari dua puluh empat jam mereka sama-sama tak bercengkrama. Saling menjauh untuk beberapa saat menenangkan kekalutan di otak. Dan saatnya untuk memperbaiki semua. Cukup sudah, Aga harus menjelaskan.

Untuk, Arunika ✔ [PROSES TERBIT]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon