14 | Please Say Something

10.1K 860 16
                                    

Bismillahirohmanirohim.

Jangan lupa vote dan komen. Happy reading!

Pernikahan, menurut Aga adalah pencapaian terakhir

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pernikahan, menurut Aga adalah pencapaian terakhir. Dari semua perjalanan yang pernah ia tempuh, hanya bahu dan rumahnya pulang yang menjadi akhir. Namun, dia masih ragu. Rumah itu seharusnya di tempati oleh sosok bidadari yang ia cintai, tetapi di sana adalah seorang gadis yang berusaha sekuat baja menghadapi.

Sedikit cerita, dia dan Aluna sudah kenal sejak SMA. Berkedok sebagai sahabat yang akan saling menjaga, malah Aga menaruh hati pada Aluna. Mereka berjuang bersama dan menapakkan kaki di puncak tertinggi impian mereka.

Institut Teknologi Bandung. Impian mereka berdua untuk bisa menempuh pendidikan pascasarjana di sana.

Namun, di persahabatan mereka bertiga bersama Irsyad yang sudah terjalin semasa SMA harus berpisah tatkala sama-sama sudah dewasa.

Ketika gelar sarjana sudah mereka dapatkan, impian untuk mencetak gelar master di belakang nama mereka upayakan. Irsyad melanjutkan studinya di Singapura, sedangkan Aluna dan Aga sama-sama di Bandung.

Aluna memboyong dirinya ke Bandung dengan beasiswa yang ia dapat, sedangkan Aga dengan cara mandiri. Kuliah sambil bekerja untuk meringkan bayaran UKT. Sejujurnya, kedua orang tua sanggup membiayai kuliahnya, hanya saja kedatangan Aga ke Bandung tak disambut suka cita oleh mama dan papa. Alhasil, Aga harus mengupayakan kemandirian dan mengatur uang bulanan yang diberi oleh mama dan papa seadanya.

Namun, Aga tak menyerah. Ada Aluna yang membantunya di sana. Aluna yang saat itu sudah ia deklarasikan sebagai kekasihnya. Selama sepekan di Bandung, Aga menyatakan cinta untuk seseorang yang sudah lama mengisi relung hatinya. Dan tanpa ia duga, Aluna mengiakan dan nenyambut penuh cinta.

Empat tahun menjalin hubungan, Aga dan Aluna baik-baik saja. Kepulangan mereka ke Palembang setelah wisuda, membuat mama dan papa mendesak agar mereka segera menikah. Aga sudah genap dua puluh enam tahun. Sudah matang untuk menjalin bahtera rumah tangga. Tanpa menolak pun, Aga mengajak orang tuanya untuk menemui kakak Aluna.

Aga ingat sekali betapa lebar senyum yang ia bingkai tatkala melihat Aluna sangat cantik menemuinya. Rambutnya di gulung, menyisakan berapa helai rambut di samping kedua telinga.

Ayah Aluna sudah meninggal ketika dia SMP, hanya tinggal ibu yang sakit-sakitan. Seorang kakak laki-laki yang berjuang menghidupkan adik perempuan dan ibunya. Kakak laki-laki yang mencintai keluarganya.

Tak akan pernah ia lupakan kedatangan menuju rumah Aluna bersama kedua orang tua. Bahkan, Aga sudah bekerja sebagai asisten manajer di PT Pupuk Sriwijaya. Tanpa ada celah sekali pun untuk Aluna menolaknya.

Namun, penawaran Fadli--kakak Aluna--kepada Aga untuk menyekolahkan anak sulung Fadli hingga ke perguruan tinggi. Sebab Fadli bertahun-tahun telah meniti kehidupan yang sulit. Menyekolahkan Aluna dan membiayai kehidupan ibunya. Terus terang, Aga mampu jika hanya persyaratan itu. Namun, mama merasa tertampar mendengar penawaran itu.

Untuk, Arunika ✔ [PROSES TERBIT]Where stories live. Discover now