20 | Pertengkaran

11.3K 961 24
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

Vote komennya dulu ya, gais.

Happy reading!

Sepasang mata Arunika tak gencar menahan amarah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sepasang mata Arunika tak gencar menahan amarah. Mendadak hatinya terenyuh mendengar ucapan Aluna tadi. Bahkan, bibirnya kelu sekadar meneriaki lelaki yang sudah berada di hadapannya ini.

“Kenapa sekarang Mas yang balik marah?” Arunika menatap sengit. Buliran di sekitar pipinya masih membekas.

“Karena kamu keluar nggak seizinku. Dan kenapa ada di sini dengan Fajar?”

Di samping kafe yang dipenuhi kursi-kursi kosong tanpa penghuni. Beradu mulut untuk pertama kali, mencetak sejarah pertengkaran selama satu bulan pernikahan. Meninggalkan Fajar dan Aluna yang sama-sama bungkam.

Arunika memalingkan wajahnya ke samping. Menahan deru napas yang kentara tak teratur. “Mas, aku sudah izin lewat WhatsApp. Sejelas mungkin aku terangkan di sana. Tapi, semua percuma saja kan di sini tetap aku yang salah. Seharusnya aku tak menganggu waktu kalian berdua dan seharusnya aku tidak menjadi orang ketiga.”

Tanpa menunggu jawaban dari Aga, Arunika segera membalikkan badan. Seperti apapun usahanya, jika lelaki itu masih saja tak mau menghapus jejak Aluna, tetap saja Arunika tak mungkin masuk di hati Aga. Afeksinya seperti di sayat berjuta-juta kali. Air mata tak mau di ajak bekerja sama. Mengalir terus bersama sesak yang tak kunjung pudar.

“Arunika, bukan seperti itu ....” Aga meraih pergelangan tangan Arunika. Menarik perempuan itu dalam pelukannya. Menghapus segala tangisan yang menyayat dada. Perempuan itu menangis. Bersama luka yang tak kunjung terkais.

Dalam pelukan Aga, Arunika mengeluarkan isakan yang membucahkan dada. Tangisnya pecah. Pelukan dari Aga malah semakin membuat Arunika serba salah. Semudah itu Aga membawanya terbang, lalu menghempaskan ke dasar lautan.

“Mas ...,” Arunika melirih bersamaan menggeliatkan badannya agar keluar dari rengkuhan Aga. Iya, dia butuh pelukan saat ini, namun raganya semakin pilu.

Dia sadari, dirinya lama-kelamaan seperti anak kecil. Dikit-dikit marah bahkan memendam rasa yang ujungnya menyakitkan dada.

Tak butuh lama, Aga melepaskan rengkuhan itu. Tidak lepas dari pandangannya, Aga menyaksikan Arunika pergi dari sisinya. Bersama air mata yang membuat perasaannya di sembilu. Arunika melangkahkan kakinya tanpa sepatah kata pun.

Setelah di rasa jauh dari Aga, Arunika mendudukkan tubuhnya di halte di pinggir jalan. Tangis yang tak mau hilang dan getaran di bibirnya semakin berguncang. Sesakit ini menjadi orang ke tiga, memendam ribuan lebam yang tak kunjung menemukan muara. Kapan saja ia bisa dicampakkan, jika lelaki itu bukan Irsyad.

Untuk, Arunika ✔ [PROSES TERBIT]Where stories live. Discover now