48. PENYEMBUHAN DARURAT

902 158 4
                                    

"Ron!" teriak Harry dengan parau, sambil berlari ke arah Ron, Ginny dan Luna yang baru saja muncul dari sebuah pintu. "Ginny-apakah kalian baik-"

"Harry," kata Ron, sambil terkikik lemah, tiba-tiba maju, sambil menyambar bagian depan jubah Harry dan menatap kepadanya dengan mata tidak fokus, "di sana kamu... ha ha ha...kamu tampak lucu, Harry... kamu berantakan sekali..."

Wajah Ron sangat putih dan sesuatu yang gelap mengucur dari sudut mulutnya. Saat berikutnya lututnya roboh, tetapi dia masih mencengkeram bagian depan jubah Harry, sehingga Harry tertarik menjadi bungkuk.

"Ginny?" Harry berkata dengan takut. "Apa yang terjadi?"

Tetapi Ginny menggelengkan kepalanya dan meluncur dari tembok ke posisi duduk, sambil terengah-engah dan memegang mata kakinya.

"Kukira mata kakinya retak, aku mendengar bunyi patah," bisik Luna, yang sedang membungkuk ke atasnya dan dia sendiri tampak tidak terluka. "Empat dari mereka mengejar kami ke sebuah ruangan gelap yang penuh planet, tempat itu sangat aneh, kadang-kadang kami hanya melayang di kegelapan-"

"Harry, kami melihat Uranus dari dekat!" kata Ron, masih terkikik lemah. "Kau mengerti, Harry? Kami melihat Uranus-ha ha ha-"

Sebuah gelembung darah timbul di sudut mulut Ron dan pecah.

"-bagaimanapun, salah satu dari mereka menyambar kaki Ginny, aku menggunakan Kutukan Pengecil dan meledakkan Pluto di hadapannya, tetapi-"

Luna memberi isyarat tanpa harapan kepada Ginny, yang sedang bernapas dengan lemah, matanya masih tertutup.

"Dan bagaimana dengan Ron?" kata Harry dengan takut, ketika Ron terus terkikik, masih bergantungan di bagian depan jubah Harry.

"Aku tidak tahu dengan apa mereka menyerang dia," kata Luna dengan sedih, "tapi dia jadi agak aneh, aku hampir tidak bisa membawanya sama sekali."

"Harry," kata Ron, sambil menarik telinga Harry ke mulutnya dan masih terkikik-kikik dengan lemah, "kau tahu siapa anak perempuan ini, Harry? Dia Loony... Loony Lovegood... ha ha ha."

"Kita harus keluar dari sini," kata Harry dengan tegas. "Luna, bisakah kamu bantu Ginny?"

"Ya," kata Luna, sambil menusukkan tongkatnya ke balik telinganya untuk disimpan, lalu meletakkan satu lengan melingkari pinggul Ginny dan menariknya bangkit.

"Cuma mata kakiku, aku bisa melakukannya sendiri!" kata Ginny dengan tidak sabar, tetapi saat berikutnya dia tumbang ke samping dan meraih Luna untuk mendapat dukungan.

Harry menarik lengan Ron melewati bahunya namun sepertinya Ron lebih sulit ditangani di banding membawa Hermione yang pingsan sehingga aku menyampirkan lengan Ron yang bebas ke bahuku juga.

"Harry, lihat! Siapa ini?" kata Ron, dia menarik lengannya dari Harry dan berdiri tegak seakan tidak ada apapun terjadi dengannya namun wajahnya terlihat sangat kacau dengan tampang tidak normal sama sekali. "dia Safera pujaan si kembar itu... ha ha ha... Colate, cih,"

Aku mengerutkan keningku, memandang Harry yang tampaknya jelas menghindari kontak mata denganku saat mendengar ucapan Ron yang seperti menghina.

"kau baru saja mengejekku, Ron?" tanyaku.

"mengejek? Ha ha ha... mana mungkin," kata Ron sambil mengibas satu tangannya yang bebas. "Fred akan membunuhku jika aku mengejekmu... ha ha ha... Fred... jujur saja padaku, Safera. Kau tidak benar-benar menyukai Fred, bukan?"

"aku rasa kita harus mencari jalan keluar." Kata Harry mencoba mengalihkanku dari Ron. Dia memandang berkeliling. Kami punya peluang satu banding dua belas untuk mendapatkan pintu keluar yang tepat pada kali pertama. Harry menghela Ron ke arah sebuah pintu, sedangkan yang lain berada beberapa kaki dari kami saat pintu lain di seberang aula membuka dan tiga Pelahap Maut bergegas masuk, dipimpin oleh Bellatrix Lestrange.

GALVANIZEOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz