39. PATRONUS

1.2K 212 0
                                    

Belum genap satu hari setelah pemecatan Profesor Trelawney, aku sudah sangat menyesal melepaskan pelajaran Ramalan. Kalau saja aku tahu pelajaran akan diajarkan oleh seorang Centaur, aku mungkin akan bertahan menghadapi dua tahun dengan omong kosong Profesor Tralawney. Bukannya aku tertarik dengan Ramalan, namun aku lebih tertarik dengan Cantaur, banyak hal yang ingin aku ketahui tentang mereka.

Cantaur memiliki banyak sejarah dan dikenal memilki bakat alami dalam sihir Penyembuhan, Ramalan, dan Astronomi. Meskipun memiliki 'kecerdasan manusia', Centaur digolongkan dalam Divisi Beast alih-alih Divisi Being di arsip Kementerian Sihir Inggris, atas permintaan mereka sendiri, karena mereka tidak suka memiliki status yang sama dengan Hag dan Vampir, atau makluk gelap lainnya. Merpeople membuat keputusan yang sama setahun kemudian. Dengan begiu tercatatlah mereka-Cantaurus dan Merpeople-sebagai 'Binatang Buas' dan mereka harus diperlakukan dengan penuh hormat.

"akhirnya, kau datang juga." Kata Firenze saat aku mengintip ruang kelas sebelas yang berada di lantai dasar berseberangan dengan Aula Besar. Tempat itu adalah salah satu dari ruang-ruang kelas yang tidak pernah digunakan secara teratur dan menjadi sedikit tidak terpelihara dari sebuah lemari atau ruang penyimpanan.

"Anda tahu saya akan datang?" tanyaku, masih di posisiku semula, menyembulkan kepala dari daun pintu.

"itu semua tertulis di langit malam." Katanya, melebarkan pintu ruangan. "silahkan masuk, Nona..."

"Colate, Safera Colate." Sambarku dan berjalan masuk. Aku tertegun saat mendapati diriku berada di sebuah tanah terbuka di tengah hutan.

Lantai ruang kelas itu telah menjadi berlumut seperti musim semi dan pohon-pohon tumbuh di atasnya, ranting-ranting yang daunnya berkibasan di langit-langit dan jendela sehingga ruangan itu penuh dengan bekas-bekas miring cahaya hijau lembut berbayang-bayang.

"aku membaca langit malam..." katanya selagi kukunya berdebam di lantai berlumut. "...bahwa akan ada seseorang yang datang untuk merawatku secepat aku datang ke sekolah ini." Kaki Firenze menekuk di lantai bertanah dan punggungnya bersandar di batu besar.

"aku akan merawatmu..?" kataku tidak yakin.

"aku yakin kau membawa sesuatu untuk menyembuhkan ini..." katanya menunjukkan bayangan memar berbentuk tapal kuda di dadanya.

"aku tidak membaw-" kau tercekat saat penyadari sebuah kotak mengisi kantong jubahku. Aku merabanya untuk meyakinkan diriku sendiri lalu mengeluarkan kotak itu. Bukan kotak, lebih tepatnya sebuah tempat berbentuk bintang. Aku membukanya untuk meyakinkan diriku bahwa ini merupakan benda yang sedang aku pikirkan.

Sebuah salep berwarna hijau cerah terlihat memenuhi tempat bintang itu. Salep Rumput Bintang. Benda ini merupakan salep yang terbuat dari rumput bintang berguna untuk menyembuhkan luka dan memar serta meredakan rasa sakit.

"bagaimana benda ini bisa berada di sakuku?" tanyaku.

Firenze mengangkat bahunya. "terkadang, aku berpikir Profesor Dumbledore dapat melihat masa depan namun sangat sulit meyakinkan itu karena para Centaur sendiri mengamati langit untuk mengetahui pasang-surutnya kejahatan atau pembunuhan, yang terkadang tertanda di sana. Mungkin butuh sepuluh tahun untuk meyakini apa yang sedang kami lihat. Begitu juga dengan hari ini, aku sangat ragu saat mengetahui bantuan datang saat aku memasuki sekolah ini."

"bantuan? Maksut Anda saya?" tanyaku tidak takin.

"tidak ada yang dapat mengetahui pertanda langit kecuali saat tanda itu terjadi..." katanya. "aku rasa kau bisa memulai penyembuhanmu, Nona." Kata Firenze menegakan dadanya namun masih mendudukan keempat kakinya.

Aku mendekati Firenze, membuka tampat bintang yang berada di tanganku dan mengoleskannya di bayangan tapal kuda di dadanya yang bidang. Firenze tetap terlihat lebih tinggi dariku walaupun dia tengah duduk-atau aku mungkin dapat menyebutnya seperti tiu.

GALVANIZEKde žijí příběhy. Začni objevovat