46. BOLA KACA

969 172 7
                                    

"Para pengunjung Kementerian, Anda sekalian diharuskan melalui pemeriksaan dan menyerahkan tongkat Anda untuk diregistrasi di meja keamanan, yang terletak di ujung jauh dari Atrium."

"Baik!" kata Harry keras-keras, "Sekarang bisakah kita bergerak?"

Lantai kotak telepon bergetar dan trotoar naik melewati jendela-jendela kacanya, Thestral yang sedang mengais-ngais sampah bergeser ke luar dari penglihatan, kegelapan menutupi kepala kami dan dengan suara menggerinda yang menjemukan kami merosot ke kedalaman Kementerian Sihir.

Secuil cahaya keemasan mengenai kaki kami dan, semakin lebar, naik ke badan kami. Atrium Kementerian terlihat bear-benar kosong. Cahayanya lebih suram, tidak ada api menyala di perapian yang terpasang di dinding, tetapi ketika lift itu berhenti dengan lancar aku melihat bahwa simbol-simbol keemasan terus berputar berkelok-kelok di langit-langit biru gelap.

"Kementerian Sihir mengharapkan Anda melalui hari yang menyenangkan," kata suara
wanita itu.

Pintu kotak telepon terbuka. Harry jatuh keluar, diikuti segera oleh Neville dan Luna. Satu-satunya suara di Atrium adalah deru air yang mantap dari air mancur keemasan, di mana pancaran-pancaran dari tongkat penyihir wanita dan pria, ujung anak panah centaur, puncak topi goblin dan telinga-telinga peri rumah terus menyembur ke kolam yang mengelilinginya.

"Ayo," kata Harry pelan dan kami bertujuh berlari cepat menyusuri aula, Harry memimpin, melewati air mancur menuju meja tulis tempat penyihir penjaga, melewati gerbang-gerbang keemasan ke lift. Harry menekan tombol 'turun' terdekat dan sebuah lift segera berdentang masuk ke dalam penglihatan, jeruji-jeruji keemasannya bergeser memisah dengan bunyi kelontang hebat yang menggema dan kami bergegas masuk. Harry menusuk tombol angka Sembilan, jeruji-jeruji itu menutup dengan bunyi hantaman dan lift mulai menurun, sambil bergemerincing dan berderak. Ketika lift berhenti, suara wanita tenang berkata, 'Departemen Misteri,' dan jeruji-jeruji bergeser membuka. Kami melangkah keluar ke koridor di mana tak ada yang bergerak kecuali obor-obor terdekat, yang berkelap-kelip akibat aliran udara dari lift.

"Ayo pergi," Harry berbisik, dan memimpin jalan menyusuri koridor itu menuju pintu hitam yang berada di ujungnya.

Luna tepat di belakang Harry, memandang sekeliling dengan mulut sedikit terbuka. Ron, Neville dan Ginny dibelakang Luna dengan tongkat bersiaga sedangkan aku dan Hermione mengekor di belakang.

"OK, dengar," kata Harry sambil berhenti lagi dua meter dari pintu itu. "Mungkin... mungkin beberapa orang harus tinggal di sini sebagai-sebagai pengintai, dan-"

"Dan bagaimana kami akan memberitahumu ada yang datang?" tanya Ginny, alisnya terangkat. "Kamu bisa saja satu mil jauhnya."

"Kami ikut denganmu, Harry," kata Neville.

"Ayo terus," kata Ron dengan tegas.

Harry berpaling untuk menghadap pintu itu dan berjalan maju. Pintu itu mengayun terbuka dan dia berjalan cepat melewati ambang pintu dan kami mengikutinya.

Kami berdiri di atas sebuah ruangan melingkar yang besar. Segala hal di sini hitam termasuk lantai dan langit-langit, pintu-pintu hitam identik, tanpa tanda dan tanpa pegangan terletak pada jarak-jarak tertentu mengelilingi dinding-dinding yang hitam, diselang-seling dengan cabang-cabang lilin yang nyala apinya membara biru, cahaya dingin, berkilauan terpantul di lantai pualam berkilat membuatnya tampak seolah-olah ada air gelap di bawahnya.

"Seseorang tutup pintunya," Harry bergumam.
Neville mematuhinya. Tanpa celah panjang yang meneruskan cahaya dari koridor yang diterangi obor di belakang kami, tempat itu menjadi begitu gelap sehingga sejenak satu-satunya hal yang bisa kami lihat hanyalah kumpulan nyala api biru yang bergetar di dinding dan pantulannya yang remang-remang di atas lantai.

GALVANIZEWhere stories live. Discover now