Dua Puluh Sembilan

18.7K 889 36
                                    

Sesuai permintaan Ann. Ini ketiga kalinya Kavin mengizinkan istrinya itu untuk pergi ke kantor setelah cukup lama dari hiruk pikuk masalah yang mereka lalui. Walaupun awalnya Kavin keukeuh tidak memperbolehkan, Anna tetap merengek dan merajuk seperti bocah. Kavin tidak ingin Anna kelelahan lagi seperti dua minggu yang lalu. Kavin masih tetap bertahan dengan keputusannya. Tapi siapa sangka Anna akan diam mengalah, justru wanita itu mengeluarkan jurus andalannya yang selalu membuat Kavin menuruti setiap kemauannya. Dia menangis dan terus mendiamkan Kavin seharian. Dan akhirnya Kavin menyerah, keputusannya runtuh saat melihat tetesan air itu keluar dari kedua bola mata indah istrinya.

Kavin keluar kamar mandi dengan handuk melingkar di pinggang. Dada bidangnya terekspos begitu menggiurkan. Dia menghampiri istrinya yang sedang sibuk mengukir wajah cantiknya di depan meja rias.

Anna menoleh ke arah Kavin berdiri. Dia menyadari ada perubahan di wajah suaminya itu. Kavin menatapnya dengan mata melotot dan rahang mengeras.

"Kenapa melihatku seperti itu?" Anna bangkit berdiri dihadapan Kavin.

"Ganti pakaianmu!"

"Ada yang salah dengan penampilanku?" Tanya Anna bingung. Dia meneliti kesetiap bagian tubuhnya.

"Jangan memakai celana. Kamu ingin menyakiti anakku?"

Anna menghela napas. Sekarang Kavin terlalu cerewat untuk ukuran suami kepada istri. Banyak sekali aturan yang Kavin berikan untuk dirinya. Tidak boleh makan ini, tidak boleh melakukan itu, jangan memakai pakaian seperti ini, seperti itu. Yah, dulu Anna sangat berharap diperlakukan dan diperhatian seperti ini oleh Kavin. Tetapi sekarang, terkadang membuat Anna sebal karena Kavin terlalu berlebihan kepadanya.

Tetapi hati Anna tidak bisa dibohongi. Dia  merasa sangat senang dan menikmati semua perlakuan manis Kavin kepadanya.

Walaupun dari dulu Kavin memang tipe orang penyayang, dan dia pun sering memberikan perhatikan kecil kepadanya. Hanya saja, sekarang rasanya sangat jauh beda. Kavin yang sekarang benar-benar telah berubah, dia begitu lembut dan semua kasih sayangnya dia limpahkan kepada Anna. Janjinya dua bulan yang lalu benar-benar dia tepati. Anna sangat bersyukur dengan hidupnya yang sekarang.

"Vin, celana ini longgar. Lingkar pinggangnya pakai karet, dan tidak terasa sesak sama sekali diperutku."

"Tetap saja kamu memakai celana. Jika terlalu lama duduk, pasti akan terasa sakit. Perut kamu sudah terlihat membesar." Kavin masih menatapnya penuh peringatan.

"Vin..."

"Ganti atau tidak pergi ke kantor!" Kavin memberi ultimatum terakhir. Sehingga membuat Anna mau tidak mau harus menurutinya.

Anna memutar bola matanya sebal. Suaminya itu sungguh tidak bisa terbantahkan. Dengan muka di tekuk Anna berjalan menuju lemari mencari pakaian yang sesuai di perintahkan Kavin.

"Satu lagi. Awas saja kalau kamu berani memakai sepatu berhak. Akan aku patahkan..."

"Iya... Kamu terlalu banyak bicara, cepatlah bersiap-siap aku tunggu di meja makan untuk sarapan." Kata Anna, dengan tangan menarik resleting bagian belakang pada drees selutut yang sekarang dia pakai.

Melihat penampilannya sudah rapi, Anna meninggalkan Kavin yang masih sibuk dengan ritual paginya. Memakai segala perlengkapan kantor. Anna menutup pintu cukup kencang, membuat Kavin terlonjak kaget.

Kavin tersenyum lebar. Dia sangat gemas kepada istrinya. Selama masa kehamilan, mood istrinya sering tidak stabil, sehingga membuat Kavin suka sekali menggoda Anna.

*****

Kabar kehamilan Anna sangat cepat telah tersebar luas di kantor, membuat Anna tidak nyaman di tatap banyak orang di dalam lobi. Hatinya risih karena banyak pasang mata yang terus memperhatikannya. Cengkraman tangan Kavin di pinggangnya semakin mengetat. Membuat dirinya sedikit lebih tenang karena ada seseorang yang akan selalu melindungi dirinya.

Pure LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang