Empat

19.5K 1.2K 10
                                    

Anna dan Rissa belakangan ini disibukan dengan tugas semester akhir. Bagaimana caranya Rissa harus lulus lebih cepat dari mahasiswa lainnya. Karena, tiga bulan lagi Rissa akan menikah dengan Kavin.

Mendengar kabar pernikahan sahabatnya, Anna bahagia. Tetapi, ada rasa sedih pula di hatinya.

Seminggu sebelum hari pernikahan Rissa. Anna menerima kabar, bahwa ia mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan jenjang kuliah master-nya di Singapura.

Di hari bahagia sahabatnya, Anna pun diam-diam pergi dari panti. Anna hanya meninggalkan sepucuk surat untuk Bunda Yanti, tidak untuk Rissa.
Tidak ada satupun orang tahu Anna pergi, karena disaat waktu itu semua orang sedang sibuk dengan acara pernikahan Rissa.
Biarlah Rissa membencinya, karena dia memang pantas untuk di benci. Dengan lancangnya dia mencintai calon suami sahabatnya.

*****

Disaat Bunda Yanti tahu bahwa Anna pergi meninggalkan mereka, dia tidak marah karna tahu alasan Anna pergi. Dia merasa kasian kepada Anna. Anna salah satu anak kesayangannya, karena Anna anak yang cerdas dan pendiam tidak memiliki banyak teman.

*****

Setelah acara resepsi pernikahan selesai, Rissa meminta Kavin untuk mengantarkannya ke panti. Sesampai di halaman depan panti Rissa tergesa-gesa turun dari mobil dan berlari ke dalam rumah mencari keberadaan Anna. Rissa mencari ke dalam kamar, tidak ada. Lalu, berlari ke halaman belakang di bawah pohon mangga, tidak ada. Rissa tidak menemukan Anna dimanapun.

Air mata Rissa pun tidak dapat terbendung. Dia bersimpuh di bawah pohon mangga menangis, berteriak memanggil nama sahabatnya.
Kavin berlari menghampiri sang istri yang sedang menangis. "Dia pergi. Dia pergi meninggalkan aku. Dia sudah tidak menyayangi aku lagi. Aku membencinya" adunya dalam dekapan Kavin.
Disinilah Rissa kecewa, bahkan membenci Anna.

*****

Kavin menatap nanar kearah jalanan yang macet. Menggeram karena tubuhnya yang sudah lelah, kini dia harus berlama-lama dalam mobil. 'Jakarta selalu saja macet' gerutunya sambil menyandarkan kepalanya ke jok penumpang.

Ponsel Kavin berdering untuk yang kesepuluh kalinya dalam waktu dua puluh menit terakhir. Kesal, Kavin mengeluarkan dari saku celana dan mendapati nama Mamanya berkedip-kedip di layar.
Setibanya Kavin di Bandara, Mamanya tidak berhenti menghubunginya. Meminta Kavin segera pulang kerumah utama keluarga mereka. Ada sesuatu yang ingin Bella tanyakan kepada Kavin.

Mobil yang Kavin tumpangi memasuki pelataran rumah orang tuanya.
Kavin melangkahkan kaki jenjangnya memasuki rumah bergaya mediterania.

"Ternyata kamu sudah pulang kerumah" Kavin tidak dapat menutupi rasa terkejut melihat sang adik tengah duduk santai di atas sofa.

Karel mendongak "eh, tenyata Mas tersayangku sudah sampai" ejeknya sambil mengedipkan sebelah mata
"Mama dan Papa sudah menunggumu di ruang makan"

Meja makan sudah penuh dengan berbagai hidangan. Rasa lelah membuat Kavin kehilangan selera makan. Yang dia inginkan segera pulang kerumahnya lalu berbaring di atas tempat tidur.
"Ma, Pa" sapa Kavin sambil menarik kursi di sebelah kanan.

"Kamu sudah sampai, sayang" sambut Bella dengan hangat.
Malam ini, Bella terlihat sangat ceria membuat dahi Kavin menyerngit.
"Apa yang sedang terjadi?" Tanyanya

"Lebih baik kita makan dulu" Bella lalu melangkah pergi memanggil anak bungsunya untuk makan bersama.

***

"Apa ada sesuatu yang kamu sembunyikan dari Mama?" Tuduh Bella tanpa basa-basi kepada anaknya. Selesai makan mereka berpindah tempat keruang keluarga untuk bersantai.
"Maksud, Mama?" Kavin terlihat bingung dengan pertanyaan Mamanya.
"Anna. Sudah dua minggu dia menjadi sekretarismu. Tapi, kamu tidak memberitahu Mama kalau kamu bertemu Anna" terlihat jelas ada kesedihan di mata Bella.
"Anna? Anak panti Mekar Lestari itu, sayang?" Tanya sang suami sampingnya.

Pure LoveWhere stories live. Discover now