Tujuh

17.6K 1.1K 3
                                    

Pagi ini Anna sudah siap dengan pakaian kerjanya serba hitam, celana slim fit dan blouse lengan pendek di padukan dengan blazer. Dia memilih warna hitam karena hatinya masih dirundung kesedihan.

Cuaca hari ini cukup panas, Anna harus berjalan lebih cepat menuju kantor. Jarak dari halte ke kantor lumayan jauh, membuat bulir keringat keluar dari pori-pori kulitnya. Memasuki lobby kantor, banyak mata yang menatapnya aneh. Anna tidak memperdulikan, dia terus melangkah dengan wajah datarnya.

Waktu menunjukan pukul 7:45 masih tersisa lima belas menit lagi sebelum jam kerja di mulai. Anna memutuskan untuk merapihkan meja kerjanya. Terdengar derap kaki di lorong, membuat kegiatannya terhenti.
"Permisi, Bu. Lantainya mau saya bersihkan dulu."

*****

Jam tujuh pas. Kavin sudah duduk manis ruangannya, padahal jam kantor biasanya dimulai jam delapan.
Kavin bukan bos yang terlalu rajin, hanya saja dia sedang merasa tidak betah berada di rumah sendiri. Tanpa melakukan apa-apa membuat Kavin kesal mengingat permintaan Mamanya. Dia memutuskan berangkat ke kantor lebih pagi.

Kavin memijat pelipisnya yang terasa pening. Sepertinya tidur adalah pilihan yang tepat. Laki-laki itu bangkit dari kursi kebesarannya dan bergerak menuju sofa panjang berwarna hitam berada di tengah ruangannya. Laki-laki itu berbaring dengan kepala bersandar pada lengan sofa.

*****

Untuk kesekian kali Anna mengecek jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Sudah jam 9:40, dan Kavin belum datang juga.

Wanita itu mondar-mandir di depan meja sekretaris yang biasa dia tempati. Di mana Kavin? Tidak biasanya dia terlambat seperti ini, apalagi dua puluh menit lagi meeting akan segera dimulai.

Ini memang bukan jenis meeting penting. Hanya meeting bagi para dewan direksi, pemegang saham perusahaan, dan semua manager dari setiap divisi.

Anna mendesah pasrah, sebelum akhirnya memutuskan untuk masuk kedalam ruangan Kavin. Anna hampir berjenggit kaget saat menemukan seseorang yang dengan lelapnya tidur di ruangan sang atasan andai dia tidak mengenali siapa orang itu. Bosnya.

Sejak kapan Kavin berada di sana? Kenapa Anna tidak sadar kalau atasannya sudah datang? Tidak mungkin semalam Kavin menginap di sini, bukan?

Akhirnya setelah menimbang-nimbang sebentar, Anna memutuskan untuk membangunkan Kavin, meski tidak tega membangunkan bosnya yang tidur begitu nyenyak.

"Permisi. Pak, hari ini ada meeting"  bahkan hanya dengan tepukan pelan di lengannya saja, Kavin sudah terjaga.

"Jam berapa sekarang?" Tanyanya kemudian menguap lebar.

"Hampir jam sepuluh, Pak. Dan sebentar lagi akan ada meeting yang akan dilaksanakan." Terang Anna. Padahal sekretarisnya sudah memberi tahu mengenai ini kemarin.

"Meeting?" ulang Kavin. Matanya yang tadi setengah terpejam kini membuka lepar. Langkah kaki besar Kavin tergesa menuju lantai delapan.

Ruangan tampak terisi penuh oleh jajaran petinggi dan manager di setiap divisi saat Kavin memasuki ruangan meeting. Hanya ada tiga kursi yang masih kosong, termasuk kursi utama. Kavin bernafas lega. Setidaknya, meeting belum di mulai.

*****

Anna meregangkan kedua lengannya. Tubuhnya terasa sakit karena terlalu lelah. Lingkaran hitam di bawah mata Anna terlihat jelas.

Waktu sudah memasuki jam makan siang. Anna tidak ada ke inginin untuk makan, dia memutuskan untuk melanjutkan pekerjaannya saja. Matanya mengerjap agar bisa kembali fokus pada layar komputer. Tulisan-tulisan itu terlihat seperti garis lurus tanpa bentuk di mata Anna. Dia menyerah, matanya sudah tidak bisa di ajak bekerja sama. Anna memutuskan untuk mengistirahatkan otaknya, dia meletakan kepalanya di atas meja "memejamkan mata sebentar, mungkin tidak masalah" lirihnya.

Pure LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang