Makan Malam dan Genetorium

214 29 7
                                    

Suasana ruang makan benar-benar riuh saat ini. Bayangkan saja ada 130 anak berkumpul di satu aula dan semuanya berbicara dengan suara keras. Begitulah yang kuhadapi. Makanan dari buffet telah ada di depanku, dan aku hanya duduk berhadapan dengan Nic karena tidak tahu dimana orang-orang yang telah kami kenal berada.

Kami duduk tepat di bagian tengah ruangan, dan meja panjang serta kursi yang seharusnya dapat diisi oleh 10 orang setiap meja masih belum terisi oleh siapapun selain kami. Setidaknya begitu untuk beberapa saat, sampai beberapa orang lelaki datang bergerombol ke arahku dan Nic.

“Hey, bolehkah kita mengganggu dua burung cinta ini?” ucap yang seorang sambil duduk di sampingku. “Hai, Aku Tame.” Lelaki itu merangkulku sesaat ketika lelaki yang lain lagi menepis lengannya sebelum aku melakukan hal tersebut, “Jangan aneh-aneh di hari pertamamu. Bisa-bisa kau mendapat masalah.”

“Aku Felix, boleh kita duduk disini?” Pertanyaan itu dia ajukan pada Nic yang menatap Tame sekilas dengan tajam, “Lebih baik kau duduk di samping gadis ini, sebelum Ia macam-macam kepada temanku.”

Felix mengangkat bahunya, “Oke.” Selanjutnya Ia mendorong keras Tame hinga ke sudut bangku lainnya dan duduk di sampingku.

“Kau gila? Kasar sekali, Man!” ucap Tame sembari menyentuh lengannya yang didorong oleh Felix. Ketiga orang lelaki yang  belum berbicara tampak menaruh piring dan duduk di samping Nic.

“Oh, perkenalkan teman-temanku! Aaron, Warren, El.” Felix kembali membuka mulut dan menunjuk temannya satu per satu. Pandanganku tertuju kepada seseorang yang duduk di bagian paling pojok meja, El.

Lelaki itu tampak lebih mencolok dengan hitam di sekujur tubuhnya. Ia telah mengganti pakaiannya menjadi hoodie hitam polos dengan jeans hitam dan converse hitam bertali putih. Ia juga menggunakan beanie hat berwarna hitam.

“Jadi, kau... Namamu siapa gadis manis?”

“Kau tampak seperti penculik anak kecil dengan perkataanmu itu, Tame.” Seseorang dengan bibir tebal, Warren, membalas pertanyaan Tame lebih cepat daripadaku.

“Aku Keira, ini temanku Nic.”

“Temanmu?” Aaron tersenyum, “Sepertinya lelaki ini tertarik padamu.”

“Apa maksudmu?” Aaron menggeleng setelah pertanyaanku. “Lupakan saja, hanya terpikir untuk sesaat.”

Makan malam berlangsung sedikit repot dengan adanya penggoda seperti Tame. Lelaki semacam dirinya memang mudah ditemui, apalagi pada usia SMA seperti ini, bagaikan virus penyebab batuk pilek di masa pancaroba. Jadi aku hanya mengabaikannya. Jika aku salah merespon, bisa-bisa situasi menjadi rumit dan aku tidak ingin hal itu terjadi.

Setelah makan malam selesai, seorang wanita tambun memberi kami cara untuk mengumpulkan peralatan makan kotor dan menyuruh kami duduk kembali setelah selesai membersihkan meja kami masing-masing. Wanita itu tersenyum dengan pipi gembulnya, “Selamat malam semuanya, sekarang adalah waktu kalian untuk mengenal lingkungan Genetorium ini. Kami berempat yang akan memperkenalkan Genetorium ini kepada kalian dalam 4 kelompok berbeda.”

Perempuan yang kemungkinan besar bernama Madam Aileen itu menekan remote dan tampaklah pembagian kelompok di belakangnya. “Kelompok Sir France akan pergi terlebih dahulu, disusul kelompok saya, kelompok Sir Dean, dan terakhir adalah yang bersama Miss Della. Kelompok Sir France bisa bergerak ke pintu keluar sekarang.”

Aku berdiri karena mendapat kelompok pertama, “Kau sendiri?” tanya Nic. Aku menaikkan bahuku, “Entahlah, mungkin aku akan bertemu dengan orang yang sudah kukenal nantinya.”

The GeneticsWhere stories live. Discover now