BK 15

12.2K 768 38
                                    

Selamat membaca🔥

Jam telah menunjukkan pukul 23:55, itu artinya Adnan sudah waktunya menjalankan tugas atasannya. Sebelum naik ke helikopter, ia memberikan selembar note kepada Rangga.

"Buat Maurine" ucap Adnan.

Setelah mendengar ucapan Adnan bahwa note tersebut untuk Maurine, Rangga ingin tau apa isinya. Saat hendak membuka note tersebut Adnan menahan tangannya dan melarangnya membuka note tersebut.

"Kingpin!" Teriak seseorang dari dalam helikopter dengan maksud menyuruh Adnan untuk segera naik

Sebelum berjalan menuju heli, Adnan berpesan kepada Rangga untuk terus menjaga dan memantau Maurine karena sepertinya Maurine bukan dari keluarga biasa, namun Rangga belum paham dengan ucapan Adnan memutuskan untuk mencari tau sendiri karena jika ia bertanya sekarang hanya akan menghabiskan waktu.

"Sandhiyudha!" Teriak Rangga dari jauh

"Komando!" Teriak para prajurit dari atas heli

"Komando!" Balas Rangga. Setelah itu mereka terbang untuk melaksanakan tugas.

Setelah keberangkatan mereka, Rangga yang masih penasaran dengan isi note tersebut langsung membukanya. Disitu tertulis

Saya pergi hanya 3 Minggu.
Jaga diri sendiri dan
JANGAN CEROBOH!
Jika ada sesuatu hubungi Rangga.

Adnan Admiral

Rangga merasa ada yang janggal dalam pesan tersebut. Admiral, sejak kapan marga Adnan jadi Admiral?. Tiba tiba Rangga berpikir jika Adnan dikeluarkan dari keluarganya karena belum menemukan pasangan, padahal umurnya sudah cukup dan harta juga tidak akan habis untuk 3 turunan karena Adnan memiliki toko roti yang sudah berpuluh puluh cabang.
Setelah selesai dengan pikirannya, Rangga memutuskan untuk pergi ke camp.

Sesampainya di camp, ia menghampiri tenda hijau yang berdiri megah. Bagaimana tidak megah jika hanya satu satunya tenda di tempat tersebut.

Rangga memanggil Maurine dengan memukul mukulkan tangannya di tanah sebagai ganti ketok pintu.

"Tenten mana?" Tanya Maurine to the point.

"Ini" ucap Rangga dengan memberikan note tersebut kepada Maurine.

Maurine kaget karena Adnan pergi tanpa berpamitan, padahal ia tau jika selama berada disini Maurine selalu bergantung pada Adnan. Yang lebih mengagetkan lagi adalah nama belakang Adnan yang awalnya Wijaya menjadi Admiral.

"Pak Rangga, sejak kapan tenten jadi kakak Maurine?"

"Apa lah kau, Rin"

Kemudian Maurine menjelaskan bahwa Admiral merupakan marga keluarganya. Namun ia bingung kenapa nama belakang Adnan jadi Admiral, sejak kapan Adnan menjadi saudaranya?. Namun Rangga malah berpikir sebaliknya, ia kaget bukan main saat tau jika Admiral merupakan nama keluarga Maurine. Secara tidak langsung Adnan..... Tapi pikirannya terpecah pada suatu hal.

"Admiral.... Sepertinya saya pernah tau" pikir Rangga

"Barusan kan Maurine sebut" ucap Maurine dengan kesal.

"Nathan Holad Admiral?" Ucap Rangga dengan ragu. Namun Maurine menyanggah ucapan Rangga tersebut karena nama kakaknya Harold bukan Holad.

"Jadi kau adiknya Nathan? Cucunya bintang empat?" Rangga kaget karena ternyata ini maksud dari ucapan Adnan beberapa waktu lalu jika sepertinya Maurine bukan dari keluarga sembarangan.

"Jangan keras keras" ucap Maurine dengan memukul lengan Rangga

"Astaga.... Kau dari keluarga genius tapi kenapa kau seperti ini, Rin... Miris sekali" mendengar ucapan tersebut lantas Maurine mengambil jaket dan memukulkannya ke Rangga.

"Beruntunglah kau masih kebagian paras yang elok hahahaha"

Sesaat kemudian Maurine meminta kepada Rangga untuk jangan menyebarkan berita tersebut, karena ia malas jika harus diistimewakan karena latar belakang keluarganya, dan yang paling parah ia malas jika banyak orang yang berlagak baik namun sebenarnya hanya memanfaatkannya.

"Tenten sekarang sampai mana ya?" Tanya Maurine

"Sampai udara"

"Nyesel tanya" ucap Maurine dengan sebal.

"Saya pergi dulu" ucap Rangga

Kini Maurine hanya ditemani dengan dengan satu buah lampu gantung dan alat tulis. Ia mulai melanjutkan tugasnya, namun fokusnya pecah dengan suara tembakan dari para siswa yang entah sedang menembaki sesuatu yang tidak ia ketahui.

"Makan"

Maurine kaget dengan kedatangan salah satu prasus yang tidak ia kenal.

"Makasih" ucap Maurine, namun orang itu langsung pergi tanpa menjawab terimakasih dari Maurine.

Setelah makan, ia melakukan kebiasaan malamnya yaitu menghayal. Entah mengapa, Maurine tidak bisa tidur jika tidak menghayal terlebih dahulu.

______________________/

Di lain tempat, Adnan terbangun dari tidurnya karena merasakan sesak di dadanya. Ia mengingat ucapan Rangga bahwa terdapat lada hitam pada makanan tadi. Ia menyesal tidak mempercayai Rangga. Jika saja tadi ia membenarkan perkataan tersebut mungkin alerginya tidak akan kambuh.

Adnan alergi terhadap lada hitam, jika memakan lada hitam sedikit saja, ia bisa sesak nafas. Bahkan dua tahun lalu ia pernah dilarikan ke rumah sakit karena memakan masakan Jepang yang mengandung lada hitam.

"Kapten kenapa?" Tanya salah satu rekan yang masih terjaga, namun Adnan hanya menjawab dengan gelengan kepala.

Sekuat tenaga Adnan berusaha mengatur nafas agar dia tetap bisa menjalankan tugasnya. Ia tak habis fikir mengapa Maurine bisa bisanya memberikan lada ke masakannya, padahal ia tau bahwa Adnan alergi terhadap bumbu tersebut.

Apa mungkin jika Maurine sengaja memberikannya karena ia tak mau Adnan pergi bertugas, tetapi Maurine belum tau jika Adnan hendak bertugas. Apa mungkin karena ia kesal dengan Adnan yang tidak membantunya saat kakinya sakit waktu dalam perjalanan menuju camp?, Jika hanya karena itu, mengapa balas dendam Maurine sangat kelewatan. Entahlah, intinya sekarang Adnan sangat kesel kepada Maurine.

Namun entah mengapa tiba tiba rasa sesak pada dadanya berangsur membaik dan Adnan memutuskan kembali tidur untuk melupakan rasa kesalnya pada Maurine.

Gimana gimana gimana?
Udah update lagi nih hehehe
Semoga kalian suka bacanya ya💙
Jangan lupa vote dan komen🥰

Bersamamu kaptenWhere stories live. Discover now