Chapter 23 - Layak (3)

1.2K 145 29
                                    

Sizhui semakin memeluk erat tubuh Jingyi. Ia benar-benar tidak tahu bahwa kekasihnya itu memikirkan hubungan mereka dengan begitu dalam. Untuk orang dengan kepribadian seperti Jingyi, memikirkan hubungan mereka sampai seperti itu berarti ia menganggap hubungan mereka sangat penting baginya.

Jingyi menatap ke arah langit-langit rumah itu, seakan mencoba mengingat sesuatu di kepalanya.

"Apa kalian tahu, kenapa ayahku membangun rumah di ujung jalan seperti ini ?"

Sizhui melepaskan pelukannya, dan Jin Ling melepaskan genggaman tangannya. Mereka menatap Jingyi dan menggeleng pelan. Tampaknya Jingyi akan mengutarakan alasan kenapa ia menghilang selama ini dan memilih untuk menyendiri disini.

Jingyi, "Sama seperti keluarga sekte Lan yang lain, aku dulu tinggal di dekat rumah keluarga utama sekte Lan. Ayahku adalah salah satu tetua sekte Lan. Walaupun tidak sehebat Tuan Lan dan Zewu Jun, tapi ayahku cukup dikenal sebagai orang yang pemberani. Ia selalu siap berkorban demi teman dan sektenya. Pandangannya pada prinsip-prinsip kebenaran juga sangat kokoh. Karena sifatnya itulah, banyak orang menghormati dan segan kepadanya. Apalagi, ayahku dikenal cukup dekat dengan Zewu Jun."

Jingyi memulai ceritanya.

"Walaupun pemberani dan seakan tidak kenal rasa takut, tapi ayahku memiliki sisi lain yang ia sembunyikan dari orang-orang. Ayahku mengatakan 'tidak apa-apa' setiap kali ia sedang terluka, tapi ketika sendirian, ayahku terkadang menangis kesakitan. Ia hanya tidak ingin menunjukkan kelemahannya kepada siapapun."

"Suatu hari setelah pertarungan melawan mayat ganas, ayahku terluka cukup parah. Tapi seperti biasa ia tetap berlagak gagah di depan teman-temannya dan mengatakan bahwa 'ia baik-baik saja'. Begitu pertarungan selesai, ayahku pergi ke gunung belakang sendirian. Menangis dan mengerang kesakitan sejadi-jadinya. Tanpa ia sadari, ada murid perempuan sekte Lan yang saat itu berada disana. Murid perempuan itu adalah ibuku."

Sizhui menatap halus Jingyi yang seakan menyembunyikan kesedihan yang begitu mendalam. Ini adalah pertama kalinya ia mendengar kisah tentang orangtua asli kekasihnya itu.

"Berbeda dengan ayahku, ibuku adalah murid yang biasa-biasa saja. Sama sekali tidak berbakat dan tidak punya reputasi atau prestasi apapun. Tapi ibuku adalah orang yang benar-benar ceria. Tak peduli apapun masalah yang dihadapi, ibuku akan selalu tersenyum. Ayahku bahkan pernah mengatakan bahwa riasan wajah wanita terbaik yang pernah ia temukan adalah senyuman ibuku."

"Ibuku menjadi satu-satunya orang yang tahu rahasia ayahku. Tapi bukannya mengoloknya, ibuku malah menjadi pengobat ketika ayahku terluka, menjadi penghibur ketika ayahku menangis. Sedangkan ibuku mengatakan bahwa di balik luka dan tangisannya, ayahku adalah orang paling berani yang pernah ia temui."

"Mereka menikah, dan orang-orang pun mencemoohnya."

Jingyi terdiam. Mencoba menahan emosi dan air matanya.

"Ayahku yang seorang kultivator pemberani menikahi kultivator wanita yang biasa-biasa saja. Banyak orang yang mengatakan bahwa ibuku tidak pantas mendapatkan ayahku. Atau omongan bahwa ibuku hanya akan menjadi beban dalam kehidupan ayahku. Bahkan ada yang mengatakan bahwa ibuku hanya merusak citra dan karir kultivasi ayahku."

"Tapi ayahku sama sekali tidak peduli. Begitu juga dengan ibuku. Bisa bersama saja sudah membuat mereka sangat bahagia. Hingga saatnya aku lahir."

Jingyi mulai meneteskan air matanya.

"Orang-orang mulai membicarakan kelahiranku. Apakah aku akan mewariskan sifat pemberani ayahku, ataukah aku hanya akan menjadi orang yang tidak berguna seperti ibuku. Dan itu membuat orang tuaku sedikit khawatir tentang diriku. Mereka khawatir aku akan hidup dengan cemoohan dan ejekan orang sepanjang hidupku."

Best Friend [[Vakum]] (Lan Sizhui x Lan Jingyi / Zhuiyi)Where stories live. Discover now