PD-28

1.1K 173 46
                                    

Kadang nggak paham sama diri sendiri. Kayaknya aku lancar jaya tiap buat Yoona menderita tapi macet-macet terus kalo buat scane sedikit manis aja:')

Kan, dan aku bilang! Aku tuh sefakir romance itu:')

Kan, dan aku bilang! Aku tuh sefakir romance itu:')

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

insyekurlaaaaah kaliaaan!

***

Chapter 28 — Kita Sudahi

Kata orang, bahagia akan datang pada waktu yang tepat. Tapi waktu yang tepat itu kapan akan terjadi?

Kata orang, bahagia tak selalu diukur dengan seberapa senang kita mendapat dan memiliki sesuatu. Tapi bukankah manusia adalah makhluk yang tak pernah merasa cukup?

Happiness is bullshit.

Yoona beranggapan bahwa bahagia hanya sebuah omong kosong.

Bahagia itu sederhana?

Tidak benar. Karna bahagia adalah delusi akan suatu pemuasan harapan dan keinginan. Ya delusi, karna ingin itu, berharap begini, akan bahagia jika sudah terpenuhi dan tercapai. Tapi, apakah setelah itu akan menjamin kalau sudah tak ada keinginan untuk mendapatkan lagi?

Bahagia hanya sebuah kata.
Penuh daya tarik dan penuh rahasia. Saat bahagia dikejar dia semakin menjauh begitu pun saat dicari, dia akan bersembunyi dan semakin dibutuhkan dia semakin manja. Bahagia tak benar-benar nyata.

Jika itu benar-benar ada, mungkin Yoona adalah seorang pengkhianat bangsa di kehidupan terdahulu hingga semesta selalu menekan dirinya pada titik terendah. Saat senyumnya terulas senang, gravitasi itu kembali menjatuhkan dirinya. Saat tawanya mengisi sebuah ruang, rotasi bumi kembali memutar balik keadaannya. Saat keinginan untuk memiliki satu hal itu, takdir menghalangi. Seisi semesta seolah alergi melihat Yoona sedikit merasa senang. Tapi itu sangat jahat, itu keterlaluan, itu terlalu keras untuk Yoona.

Yoona menggigit bibir bawahnya. Mendengarkan nasehat dari dokter yang meminta Yoona untuk tak melakukan ini dan itu hanya untuk kesehatan calon manusia di perut Yoona.

Setelah pertengkaran kecil dengan Jaehyun, Yoona memilih untuk keluar dari rumah pemuda itu. Niat awalnya Yoona hanya ingin keluar untuk mencari udara segar dan menjernihkan pikirannya tapi Yoona justru semakin mangambil hati ucapan Jaehyun dan semua cukup rasional. Yoona tak seharusnya terus menghindar, sekejam apapun suatu hal itu menunggu Yoona, Yoona harus tetap menghadapi itu. Tapi Yoona justru terperangkap di Rumah Sakit karna tiba-tiba perutnya keram.

"Nah, Nona Lim, ini resep dan catatan untuk anda." Dokter itu memberikan dua carik kertas, "lain kali ajaklah suami Nona, agar beliau tahu dan selalu mengingatkan anda," tambah Dokter itu seraya tersenyum hangat.

Yoona hanya tersenyum kikuk dan tanpa menjawab lagi, Yoona keluar. Ia memegang perutnya, sekarang apa yang harus ia lakukan?

-

[1] Pak Dosen [COMPLETED] Where stories live. Discover now