PD-19

1.4K 192 51
                                    


〰️〰️〰️

Chapter 19 Kesalahan

Yoona memainkan kerikil kecil dibawah sepatunya. Tubuh mungilnya kini terbalut jaket bomber kebesaran yang hampir membuat tubuhnya tenggelam. Yoona mendenguskan hidung merahnya. Mata sembab juga wajah yang kucel akibat tangisnya beberapa saat yang lalu membuat Yoona kehilangan riasan di wajahnya.

Yoona sendirian di sini, menunggu bus di halte terdekat dengan kampusnya. Suasana sunyi membuat Yoona teringat kembali pada Jaehyun yang beberapa saat lalu mengejarnya.

Yoona merengek tiba-tiba seraya menjatuhkan tubuhnya sampai terduduk dan menyembunyikan wajahnya diantara lutut. Sebenarnya dari dasar hatinya paling dalam Yoona menyesali perbuatannya. Jung Jaehyun itu satu-satunya teman yang Yoona punya dan hanya pemuda itu yang selalu Yoona andalkan dalam situasi apapun. Tapi sekarang mungkin Jaehyun akan menjauhi Yoona karna perbuatan Yoona pada Jaehyun.

Walau sebenarnya Yoona ingin menyangkal kalau itu bukan sepenuhnya salahnya tapi kenyataanya memang salah Yoona.

Yoona yang tak bisa mengontrol emosinya, Yoona yang tak bisa memikirkan akibat dari tindakan yang dipilihnya, Yoona yang tak bisa melakukan semuanya dengan benar. Dan akibat terburuknya adalah Yoona akan ditinggal sendirian, lagi.

Seperti saat Seungwoo meninggalkannya bahkan mungkin ini akan lebih menyakitkan.

Suara klakson mobil menyadarkan Yoona dari lamunan kelamnya. Wanita muda itu itu mengangkat wajah dan menemukan mobil SUV silver berhenti di depannya. Kaca mobil itu turun dan memperlihatkan seorang pria duduk di balik kemudi. Yoona buru-buru merapihkan tampilannya dan langsung memasang wajah datar.

"Masuk." titah Sehun tanpa basa-basi.

Yoona pura-pura tuli. Wanita muda itu itu justru membuang muka.

"Masuk." titah Sehun, lagi. Ternyata pria itu masih mempunyai kesabaran untuk menghadapi Yoona.

"Sir—"

"Dad mengundang kita di acara perusahaan klien dia," potong Sehun. "Dan kau bisa berbicara dengan orangtuamu untuk rencana perceraian kita, seperti apa yang kau inginkan," tambah Sehun dan kali ini Yoona merasa ditembek tepat.

"Aku takkan menahanmu," kata Sehun, acuh.

Yoona merapatkan bibir yang kemudian mengela napas panjang dan akhirnya menurut. Wanita muda itu duduk di kursi samping kemudi, memasang sabuk pengaman dan diam sepanjang perjalanan.

Hatinya entah mengapa terasa panas setelah mendengar perkataan Sehun. Ya, Yoona sadar kalau dirinya tak pernah mendapatkan perasaan apapun dari Sehun. Hubungan mereka hanya sebuah permainan rumah-rumahan yang diinginkan oleh keluarga mereka dan Yoona juga percaya pada perasaannya yang masih menginginkan satu orang.

Mister Siwon.

Tapi, kok, panas, ya?

"Semua yang terjadi pada Kakak mu, bukan salah mereka. Kau sadar itu, kan?" suara Sehun akhirnya lebih dulu mengisi keheningan dalam mobil. Membuat satu-satunya manusia bersamanya itu menoleh dengan pandangan dingin.

Sehun melirik sesaat yang kemudian berdeham singkat. "Ini masalah hati, kau sendiri yang bilang kalau—"

"Hm, tapi akan lebih baik kalau yang dikatakan oleh wanita itu bukan sesuatu yang akan menyakiti perasaan Seungwoo. Kalau memang dia tak pernah menaruh rasa pada Seungwoo jangan bertingkah seolah dia memilikinya dan seolah menjadi wanita paling beruntung karna Seungwoo juga—ah, ya, dia wanita paling beruntung karna sampai akhir hayat Seungwoo, wanita sialan itu yang masih Seungwoo cintai."

"Ta—"

"Astaga! ini gila!" erang Yoona tiba-tiba bahkan sampai membuat Sehun di sampingnya terlonjat kaget karnanya. "Sekarang aku berkeingin untuk menggali kuburan Seungwoo dan memakinya karna meninggal dengan hati yang masih diisi oleh wanita ular itu!?!"

Sehun merapatkan bibir mendengar rentetan kalimat Yoona. Pria itu geleng-geleng kepala, sadar kalau sekarang jiwa barbar Yoona sudah kembali.

"Sir! antarka naku ke—"

"Yaa, hei, hei," Sehun mengela napas berat dengan sabar. Nyatanya, Yoona yang seperti ini yang lebih membuatnya lelah. "Yang lebih penting itu kau harus meminta maaf pada Jaehyun," tutur Sehun yang sukses membuat Yoona mencebikan bibir sebal karna diingatkan lagi dengan pemuda itu.

Kembali, lah, sudah perasaan bersalahnya.

---

Nggak apapa ya, gue buat kejutan up work ini sebelum gue lockdown ini cerita, wkwkwk

Nggak apapa ya, gue buat kejutan up work ini sebelum gue lockdown ini cerita, wkwkwk

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
[1] Pak Dosen [COMPLETED] Where stories live. Discover now