RAHASIA MASA LALU

5.2K 622 4
                                    

Setengah sepuluh malam, Gitani sudah mengantar Edo yang telah dijemput oleh para pegawainya. Sekembalinya ke kamar Gitani menemukan pintu kamar Reangga yang masih sedikit terbuka. Gitani teringat dengan perubahan sikap Reangga yang tiba tiba ketika melihat Edo siang tadi. Dia melangkah kearah pintu kamar Reangga.

Diketuknya pelan pintu putih itu, tanpa menunggu waktu lama Reangga muncul yang kemudian mempersilakannya masuk kedalam kamar. 

"Masuk Gi" ucap Reangga yang langsung duduk di sofa menghadap kearah televisi yang menyala dengan suara samar.

Kamar Reangga bentuknya sama dengan miliknya, namun perbedaanya kamar itu hanya sangat sangat rapi, tidak banyak barang miliknya di meja atau dimanapun, rasanya seperti kau baru saja masuk kedalam kanar hotel yang baru saja dipesan.

Di atas meja sofa terdapat satu botol minuman keras yang sudah berkurang setengahnya. Satu gelas kecil yang sepertinya baru saja digunakan. Sebuah buku tebal yang sepertinya tentang pekerjaan konstruksi dilihat dari gambar sampulnya. Laptop masih menyala den menunjukkan sebuah gambar konstruksi penuh dan beberapa kertas penuh coretan. Hanya meja itu saja yang berantakan.

"kamu mau minum?" tanyanya pada Gitani.

Gitani menggeleng, kemudian duduk di sisinya.

"Aku tidak memiliki bir disini" ucapnya.

Gitani hanya mengangguk, mengiyakan ucapannya.

Kemudian Reangga menuang lagi cairan kuning keemasan kedalam gelas dan segera meminumnya. Gitani yang melihatnya setengah ngeri dan khawatir. Reangga mengambil botol lagi dan bersiap menuangnya, namun tangan Gitani lebih cepat menahanya. Reangga menyerah meletakkan kembali botol itu.

Aneh sekali melihat laki-laki ini bersikap seperti ini, karena Reangga yang di kenalnya adalah seseorang yang sangat bisa mengontrol emosinya. Kali ini dia melihatnya sangat berbeda.

"Hey, you oke?" ucap Gitani lembut.

"besok jangan lagi mengajak seorang laki-laki kedalam kamarmu ya" ucapnya lirih berada dibawah pengaruh minuman keras. 

Gitani menggigit bibirnya. Mengerti maksud laki laki lain itu adalah Edo.

"ahh... he is Edo, sahabat dan pacar dari sahabatku. Kita sudah bersama cukup lama, sejak kuliah aku sudah mengenalnya" ucap Gitani mencoba menjelaskan.

"Gi.... Aku pernah memiliki kekasih" Ucapnya seraya menyandarkan punggung di sofa.

"seseorang yang benar aku cintai sepenuh hatiku. Dia cantik, cerdas, menyenangkan. semua kriteria yang kusukai dari seorang perempuan ada didalam dirinya." Lanjutnya, Gitani masih terdiam, memperhatikannya dan membiarkannya melanjutkan semua yang ingin dikatakan.

"Aku hampir saja menikah dengannya kita sudah berpacaran lima tahun. Aku mengenalnya sejak kami masih kuliah bersama. Ditahun ke tiga kami resmi berpacaran.Dia pekerja keras, tidak pernah sekalipun aku mendengar dia mengeluh tentang hidupnya atau apapun yang sedang dihadapinya. Dia selalu dapat menyelesaikan setiap masalah dengan kepala dingin, sesulit apapun dia selalu diam dan menyelesaikannya dengan baik. Tidak pernah dia menunjukkan pada orang orang jika dia sangat kesusahan. Dia benar benar seseorang orang yang sangat ku kagumi. Kedewasaannya, semuanya aku benar benar sangat jatuh cinta kepadanya. Sempurna. Sangat Sempurna."

Akhir tahun 2015 kami berencana menikah. Saat itu minggu pertama bulan November, dua minggu sebelum hari H pernikahan kami. Saat itu perusahaan tempatku bekerja sedang sibuk sibuknya. Aku meninggalkan hard drive dirumah sahabatku karena malam sebelumnya aku menginap disana, sore itu aku mengambilnya. Aku tidak tahu jika hari itu akan menjadi salah satu hari terburukku. Ketika aku sampai di apartmentnya kamu tahu apa yang kutemukan? Pacarku dan sahabatku sedang bersama. Alcohol, folks music, and half naked both of them."

Gitani menggenggam jemari Reangga. Kemudian ia memeluknya mengusap usap punggung laki laki itu menenangkanya.

"It's okay, aku tidak melakukannya" ucap Gitani pelan.

Reangga melepaskan pelukan Gitani, "dia menyukai bir sepertimu, sama sepertimu" lanjutnya dengan kesal.

Gitani diam, terkejut dan memilih untuk diam. Terlebih berurusan dengan seseorang yang sedang mabuk saat ini.

Dia berada dikamar Reangga hingga laki laki itu tertidur setelah meracau tentang banyak hal, tentang pekerjaannya, bahkan tentang kecoa yang pagi ini ditemukan di dapur kamarnya. Gitani pergi setelah menutup tubuh Reangga dengan selimut sofa.

Gitani mengambil ponselnya, kemudian mengetikkan nama lengkap Reangga pada kolom search engine. Ia menemukan banyak sekali artikel tentangnya, juga sebuah akun Twitter dan Instagram dengan user name namanya.

Kantuknya mendadak hilang begitu membuka sebuah artikel dari media online tentang arsitektur dan bangunan, lalu lanjut pada artikel lain yang juga masih sama membahas tentang teknologi dalam membangun sebuah gedung yang tak dipahami Gitani istilah-istilahnya.

Lalu ia membuka akun twitter dan Instagram dengan username nama Reangga. Tidak dikunci. Instagramnya hanya berisi foto foto pemandangan alam dan gedung gedung tempat ia pernah singgah dan berpergian. Tidak ada foto dirinya, hanya foto  profil yang bisa dipastikan memang akun itu miliknya.

"Dia telah pergi ke banyak tempat" gumam Gitani.

"Wow, he's even go to Tibet" gumamnya lagi setelah melihat foto yang lebih lama. Instagram feeds yang rapi dan menyenangkan untuk dilihat.

Gitani melihat ke kolom profil, tiga ribu tiga puluh orang pengikutnya. Ia menekan tombol follow.

Gitani baru saja selesai bersiap siap untuk berangkat ke kantor ketika Reangga mngetuk pintu kamarnya.

"Good morning" sapa Reangga kikuk. Dia sudah mengenakan pakaian kerja yang rapi dan wangi. Tidak seperti semalam.

Dengan senyum Gitani mempersilahkan Reangga masuk. Mereka berdua duduk di sofa.

"I'm sorry about last night" ucapnya.

Gitani menggigit bibir dan menggeleng. "Are you feel better now?"

"Maafkan aku untuk semua yang telah aku katakan tadi malam....." Belum selesai Reangga berbicara Gitani membungkamnya dengan sebuah kecupan singkat di bibir yang membuat Reangga terkejut, kemudian tertawa.

"Tentang masa lalumu, aku telah mendengarnya semalam. Apakah masih ada yang harus kau ceritakan lagi yang lainnya?"

Reangga terdiam, kemudian menggelengkan kepalanya.

"Berangkat yuk" ajak Gitani kemudian.

*****

UNDER CONSTRUCTIONWhere stories live. Discover now